Ruteng, Vox NTT- Hari Anak Nasional (HAN) diperingati pada 23 Juli Setiap tahunnya.
Untuk HAN tahun 2022, Komunitas Momang Anak Manggarai turut mengambil dalam merayakannya.
Komunitas ini terdiri dari praktisi pendidikan, play therapy anak, pegiat anak, guru penggerak , dan beberapa orang guru yang jumlahnya 18 orang.
Komunitas Momang Anak Manggarai merayakannya dengan bermain ceria dan belajar yang menyenangkan bersama dengan anak – anak di Kampung Adat Wae Rebo, Desa Lenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai dari tanggal 9- 10 Juli 2022.
Mengisi waktu malam, Komunitas Momang Anak Manggarai menggelar diskusi dalam forum Lonto Leok bersama dengan beberapa orangtua dan tokoh adat Kampung Wae Rabo.
Kegiatan diskusi dengan tema “Harapan dan Tantangan Generasi Muda Kampung Wae Rebo” tersebut dipandu oleh salah satu guru penggerak Kabupaten Manggarai, Stefanus Agming.
Saat diskusi salah satu orangtua murid Wihelmus Rupun mengatakan, anak zaman sekarang banyak yang bermental instan dan kurang memiliki semangat juang yang tinggi.
Anak zaman sekarang juga, kata Wihelmus, sering membuang waktu dengan hal – hal yang tidak produktif seperti bermain game dari HP.
“Ini menjadi tantangan untuk ke depannya terutama bagi perkembangan Kampung Adat Wae Rebo,” katanya.
“Saat ini kami yang berperan, esok anak kami yang akan melanjutkan, namun apakah mereka mampu?” tukas Wihelmus.
Pada saat yang sama, praktisi pendidikan sekaligus play therapist anak Narwastu Anggie Ratsih menjelaskan, orang yang sukses itu bukan hanya pintar, tetapi memiliki karakter yang baik.
Anggie pun menekankan pentingnya pola pengasuhan parenting bagi orangtua. Orangtua harus mengedepankan dialog dengan anak.
Selanjutnya, jelas dia, sebelum orangtua mengoreksi anaknya maka perlu dibangun koneksi yang baik atau conection before corection.
Salah satu cara untuk membangun koneksi dengan anak adalah dengan dialog. Selain dialog, metode yang cukup simpel adalah dengan cara bermain.
“Itu akan menjadi pintu masuk untuk bisa berdialog dengan anak,” jelas Anggie.
Sebagai play therapist, metode bermain bisa mempengaruhi emosi dan mengeluarkan hormon-hormon kesenangan, serta bisa mempengaruhi struktur otak.
“Kita perlu belajar dari filosofi pohon bambu, pertumbuhannya agak lambat dari usia 0 – 5 tahun, yang diperkuat itu akarnya bukan batangnya. Begitu juga manusia yang perlu diperkuat itu dalam 0 – 5 (usia dini) sebagai usia emas seorang anak manusia semestinya harus diperkuat,” jelas Anggie.
Dalam kesempatan diskusi, hadir juga RD. Marthin Wiliam yang bersama dengan beberapa Guru SMAK St. Fransisiskus Xaverius Ruteng. Mereka melakukan kunjungan wisata di Wae Rebo.
Pastor Marthin Wiliam kemudian menyampaikan pentingnya keteladanan orangtua dalam membentuk karakter anak.
Orangtua, kata dia, harus menjadi contoh dan memiliki integritas sehingga bisa diikuti oleh anak – anaknya.
Bermain dan Belajar
Pada Minggu, 10 Juli 2022, Komunitas Momang Anak Manggarai melaksanakan kegiatan bermain ceria dan belajar menyenangkan bersama anak – anak dari Kampung Wae Rebo.
Kegiatan bermain sambil belajar diawali dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh RD. Martin Wiliam.
Dalam kotbahnya, Pastor Martin menekankan bahwa selain kecerdasan intelektual, juga membutuhkan kecerdasan spritual dan kecerdasan sosial.
“Kita harus menjadi menusia yang berguna bagi sesama kita,” katanya.
Setelah misa, Komunitas Momang Anak membagi anak-anak ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan bakat dan minat mereka masing – masing.
Ada yang memilih kolompok seni, kelompok sains (IPA dan Matematika) dan kelompok bermain.
Anak – Anak sangat antusias dan bahagia mengikuti kegiatan yang dibawakan oleh tim Momang Anak Manggarai.
Felis salah satu siswa kelas VI SDK Denge mengaku senang dan semangat untuk belajar pun tumbuh setelah mengikuti kegiatan ini.
Pengakuan yang sama juga disampaikan oleh Ecin, siswi kelas VIII SMPN 4 Dintor Satarmese Barat.
Ecin mengatakan, kegiatan yang dibawakan oleh Komunitas Momang Anak Manggarai membuat mereka senang dan semangat dalam belajar.
Play therapist anak Narwastu Anggie Ratsih mengatakan, Komunitas Momang Anak Manggarai memiliki kerinduan agar hak anak itu bisa terpenuhi.
Adapun hak anak tersebut adalah hak hidup, hak tumbuh kembang, hak partisipasi, dan hak mendapatkan perlindungan.
Kepada orangtua, Anggie mengharapkan agar hak-hak anak ini bisa terpenuhi supaya mereka bisa menjadi generasi yang berkualitas untuk bangsa dan negara, terlebih khusus untuk Kampung Wae Rebo.
Koordinator guru penggerak Kabupaten Manggarai Mario Kurniawan Toro juga mengharapkan agar orangtua sekiranya selalu membangun dialog dengan anak.
“Salah satu cara agar anak-anak bisa berdialog adalah dengan bermain,” jelas kepala sekolah SMPN Satap Rangkang Kalo ini.
Sementara itu, salah satu pegiat anak Hilaria Kurniati Meot berharap para wisatawan yang mengunjungi Wae Rebo, selain menikmati indahnya kampung adat itu bisa juga berbagi hal-hal postif dari daerahnya untuk kemajuan orangtua dan anak-anak di sana.
Terpisah, Koordinator Komunitas Momang Anak Manggarai Stefanus Agming menjelaskan, kegiatan ini bertujuan agar, pertama, memenuhi hak anak bermain untuk tumbuh kembang optimal. Kedua, mengembalikan budaya/nilai-nilai kebersamaan dan kegiatan sosial. Ketiga, melestarikan permainan tradisional. Keempat, mempererat hubungan orangtua dan anak. Kelima, meningkatkan kemampuan literasi dan sains anak.
Kontributor: Almon Gaut
Editor: Ardy Abba