Labuan Bajo, Vox NTT- Badan Pelaksana Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOLBF) telah menggelar konsultasi publik terkait Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) lahan 400 hektare di Hutan Bowosie sejak tahun 2019.
Konsultasi publik tersebut tepatnya dilakukan di Kantor Camat Komodo pada Kamis, 12 Desember 2019 lalu dan diikuti oleh 44 orang dari berbagai lembaga di Manggarai Barat.
Adapun hal yang dibicara dalam hal tersebut ialah soal rencana pengelolaan dan pembangunan kawasan pariwisata Labuan Bajo Flores pada lahan seluas 400 Ha di hutan Bowosie, Desa Gorontalo, Desa Golo Bilas, Desa Wae Kelambu, dan Desa Nggorang, Kecamatan Komodo.
Direktur Utama BPOLBF Shana Fatina menyebut proses AMDAL dilakukan sejak tahun 2019 dan selesai pada tahun 2020. Proses AMDAL ini juga jelasnya, dilakukan sesuai prosedur dan dikawal oleh Pemerintah Provinsi NTT.
“Kalau masalah AMDAL, jadi AMDAL ini sebenanrnya mulainya sudah lama, dari November tahun 2019 itu sudah mulai kita daftarkan, kemudian berproses dan 2020 itu selesai dan tentunya AMDAL ini sama seperti AMDAL-AMDAL yang lainnya, dilakukan sesuai dengan tahapan dan prosedur yang seharusnya, dikawal penuh oleh teman teman provinsi NTT,” ujar Dirut Shana.
Shana menjelaskan, meskipun dalam situasi Pandemi Covid-19, saat proses terakhir pengurusan AMDAL tetap dilakukan secara online dan offline tapi terukur di Hotel La Prima.
Shana memastikan, semua pihak dari Pemerintah dan elemen masyarakat telah dilibatkan dalam proses AMDAL.
“Semua dari elemen masyarakat khususnya dari semua pimpinan itu sudah pasti jadi Kepala Desa, Camat, OPD semua hadir, kemudian dari masyarakat perwakilan-perwakilan, tokoh-tokoh juga semua hadir yang berkepentingan dan juga akan terdampak dari proyek pengembangan lahan otorita,” tegas Shana.
Shana menjelaskan kembali, bahwa dalam pengurusan AMDAL telah sesuai dengan prosedur yang ada. Proses itu kata dia, telah melibatkan banyak pihak dari seluruh elemen masyarakat.
“Kalau misalkan kita omong sesuai prosedur kan memang dari awal keterlibatan masyarakat dari awal pasti ada di dalam AMDAL-AMDAL itu, nah kembali lagi kita juga tidak mungkin meraih seluruh masyarakat satu persatu, sehingga metode yang kita lakukan adalah berkomunikasi dengan tokoh-tokoh masyarakat dan harapannya bisa dibantu ikut mensosialisasikan dari pimpinan masyarakat tersebut,” lanjutnya.
Shana mengatakan, saat proses AMDAL, pihaknya juga fokus dalam pengelolaan limbah di lahan tersebut.
Pihaknya kata dia, akan menyiapkan tempat sampah dan akan diolah untuk kemudian dibawa ke TPA.
“Kalau kita berbicara tentang limbah, kalau untuk limbah memang di lokasi kita siapkan untuk tempat pengumpulan sampah. Nah, kemudian nanti akan kita olah dan kita bawa ke TPA yang ada di Manggarai Barat,” ujarnya.
Pihaknya, telah memikirkan sejak lama untuk meminimalisasi dari sisi limbah itu sendiri dengan melakikan pemilahan dengan menggunakan mesin-mesin untuk bisa memastikan pengelolaan limbah setelah dikumpulkan.
“Nah, tapi kita juga lagi berpikir bagaimana meminimalisasi dari sisi limbah itu sendiri dengan melakukan pemilahan pastinya, kedua ada banyak mesin-mesin yang bisa kita gunakan ya, untuk memastikan bisa mengolah limbah setelah dikumpulkan,”
Shana menambahkan, pihaknya juga akan bekerjasama dengan komunitas pengelola sampah di Labuan Bajo untuk sampah-sampah yang masih bisa dimanfaatkan.
“Nah untuk limbah-limbah yang masih bisa dimanfaatkan kita akan kerjasama dengan komunitas pengelola sampah yang ada di Labuan Bajo ini, jadi mereka bisa memberikan nilai tambah atau value add dari sampah tersebut,” tutup Shana.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba