Bajawa, Vox NTT- Raut wajah Thomas Wae tampak ceriah, Selasa (23/08/2022) pagi. Sesekali ia melemparkan senyum ceriah dan tertawa lepas dengan sesama warga lain di Kampung Hobosara, Desa Sarasedu 1, Kecamatan Golewa Tengah, Kabupaten Ngada.
Thomas bahagia dan senang ketika bakal calon Anggota DPR RI Dapil NTT 1 Stefanus Gandi bersedia menginjakan kaki di rumahnya dalam rangka menggalang dukungan menuju Senayan.
Di depan rumahnya, Thomas dan warga lain menyambut Stefanus Gandi dan langsung mengenakan pakaian adat khas Bajawa.
Di kepala Stefanus dikenakan Boku berwarna coklat tua. Boku ini dipakai dengan cara dibelit membentuk kerucut sebagai penganti topi.
Kemudian, Mari ngia yang merupakan selembar kain berwarna merah tua berornamen tertentu sebagai simbol dari mahkota sekaligus berfungsi menahan atau mengikat boku.
Selanjutnya, ada juga Lu‘e yakni lain hitam bergambar kuda dengan warna putih yang dipakai dengan cara dilepit menyilang di punggung Stefanus Gandi.
Kemudian, Sapu yang adalah kain yang lukisan dan warnanya sama dengan Lu’e. Ini dikenakan di bagian bawah sebagai penganti jubah atau celana.
Lalu, Keru yang adalah ikat pinggang dengan gambar kuda yang ditenun secara khas dan difungsikan untuk mengganjal sapu.
Dan, Weko sebuah tas tas anyaman yang terbuat dari pucuk daun lontar muda.
Setelah pakaian adat ini dikenakan, Thomas kemudian mengajak Stefanus Gandi dan rombongan untuk mengikuti acara adat Mate Ura Ngana dengan khusyuk.
Setelah doa adat sambil menyembelih satu ekor babi di depan rumah, Stefanus Gandi tampak gagah mengenakan pakaian adat khas Bajawa kemudian diarahkan Sa’o Teda atau rumah adat.
Menurut Thomas, acara adat Mate Ura Ngana dilakukan sebagai bentuk pengukuhan Stefanus Gandi menjadi salah satu anak Sa’o Teda.
“Acara ini sebenarnya dengan hati yang tulus menerima Pak Stefan sebagai anak kami,” jelas Thomas.
Thomas sendiri bahkan rela menjadikan rumahnya menjadi sekretariat pemenangan Stefanus Gandi dalam Pileg tahun 2024 mendatang.
Sementara itu, Stefanus Gandi mengucapkan terima kasih atas penyambutan dan kerelaan hati warga Kampung Hobosara yang telah mengukuhkannya sebagai anak.
Ia pun mengajak warga Kampung Hobosara agar mendoakan yang terbaik baginya menuju Senayan di Pileg tahun 2024 mendatang.
“Saya punya harapan besar agar kita berjalan bersama dalam kerja-kerja ke depan,” kata Direktur PT Indojet Sarana Aviasi itu.
Dorong Kerja Kolaborasi
Sebelumnya, Stefanus mengaku mulai konsen bertemu masyarakat Pulau Flores sejak satu tahun lalu.
Ia datang bukan dalam rangkah untuk berkampanye. Sebab waktu kampanye, kata dia, belum ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Menurut Stefanus, ia mengelilingi Pulau Flores dengan kemasan misi kemanusian dan pendekatan sosial kemasyarakatan.
Selama satu tahun belakangan ini, Stefanus telah banyak membantu material untuk rumah adat, rumah ibadah, kelompok tani, bantuan sembako, dan kelompok usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Misi kemanusiaan ini sebenarnya sedang menjalankan kerja-kerja kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama. Semua proses pekerjaan yang dikerjakan, kata dia, akan menjadi lebih efisien jika dilakukan secara bersamaan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
“Yang kami kemas adalah memperkenalkan diri dan pendekatan sosial kemasyarakatan yang sifatnya keuntungan bersama,” katanya.
Di setiap titik pertemuan dengan masyarakat, Stefanus kerap menggali dan menawarkan bantuan semampunya.
Stefanus sendiri menyadari bahwa bantuannya memang sedikit tidak seperti para pihak yang sedang memangku jabatan tertentu di eksekutif dan legislatif. Namun bantuannya tentu saja untuk kepentingan umum sembari berharap ada pihak lain yang bisa melakukan gerakan kemanusiaan serupa.
“Yang kami gali adalah apa yang kami bisa bantu. Ini sebagai bentuk partisipasi kami. Sebbagai bentuk keluarga baru,” kata Stefanus.
“Ini adalah bentuk kolaborasi yang kami buat. Karena saya belum jadi apa-apa, saya bantu sebisa saya. Kegiatan sosial ini kan tidak ada batasan,” imbuh Direktur Lembaga Stefanus Gandi Institut itu. [*]