Bajawa, Vox NTT-Direktur Lembaga Stefanus Gandi Institut (SGI), Stefanus Gandi, terus kebut menyalurkan bantuan semen ke berbagai tempat ibadah dan rumah adat di Pulau Flores, sebagaimana targetnya sebanyak 10.000 sak hingga akhir tahun 2023 mendatang.
Sudah banyak gereja dan masjid serta rumah adat yang sudah kebagian dari misi kemanusiaan ini. Kini, giliran rumah adat Sao Manukaku, Kampung Ulubelu, Desa Ulubelu, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
Stefanus Gandi memberikan bantuan sebanyak 50 sak semen. Tidak hanya itu, ia juga menyerahkan bantuan berupa bola voli 2 buah beserta net, bola kaki 1 buah dan kostum bola kaki untuk anak muda di Kampung Ulubelu.
Kepala adat Kampung Ulubelu, Andreas Anu, memuji Stefanus Gandi atas kerelaan hatinya untuk membantu masyarakat.
“Bantuan ini sangat luar biasa untuk pembangunan rumah adat ini. Dengan bantuan ini kita terima dengan senang hati,” kata Andreas di sela-sela acara penerimaan bantuan dari Stefanus Gandi di Kampung Ulubelu, Selasa (23/08/2022).
Setelah mendapatkan bantuan tersebut, ia berharap agar perjuangan Stefanus Gandi dapat dimudahkan ke depannya.
Terpisah, Stefanus Gandi mengatakan bantuan material semampunya untuk pembangunan rumah adat merupakan salah satu misi kemanusiaannya di Pulau Flores.
Bakal calon Anggota DPR RI Dapil NTT 1 itu mengaku mulai konsen bertemu masyarakat Pulau Flores sejak satu tahun lalu.
Ia datang bukan dalam rangkah untuk berkampanye. Sebab waktu kampanye, kata dia, belum ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Menurut Stefanus, ia mengelilingi Pulau Flores dengan kemasan misi kemanusian dan pendekatan sosial kemasyarakatan.
Selama satu tahun belakangan ini, Stefanus telah banyak membantu material untuk rumah adat, rumah ibadah, kelompok tani, bantuan sembako, dan kelompok usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Misi kemanusiaan ini sebenarnya sedang menjalankan kerja-kerja kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama. Semua proses pekerjaan yang dikerjakan, kata dia, akan menjadi lebih efisien jika dilakukan secara bersamaan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
“Yang kami kemas adalah memperkenalkan diri dan pendekatan sosial kemasyarakatan yang sifatnya keuntungan bersama,” katanya.
Di setiap titik pertemuan dengan masyarakat, Stefanus kerap menggali dan menawarkan bantuan semampunya.
Stefanus sendiri menyadari bahwa bantuannya memang sedikit tidak seperti para pihak yang sedang memangku jabatan tertentu di eksekutif dan legislatif.
Namun bantuannya tentu saja untuk kepentingan umum sembari berharap ada pihak lain yang bisa melakukan gerakan kemanusiaan serupa.
“Yang kami gali adalah apa yang kami bisa bantu. Ini sebagai bentuk partisipasi kami. Sebbagai bentuk keluarga baru,” kata Stefanus.
“Ini adalah bentuk kolaborasi yang kami buat. Karena saya belum jadi apa-apa, saya bantu sebisa saya. Kegiatan sosial ini kan tidak ada batasan,” imbuh dia. [*]