Kupang, Vox NTT – Sejumlah guru dari 4 sekolah di bawah asuhan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), NTT mengikuti pelatihan guru program pendampingan untuk pengadaan sekolah model GMIT berbasis pendidikan karakter.
Pelatihan yang dipusatkan di Sekolah Abdi Kasih Bangsa Kupang berlangsung selama tiga hari. Itu terhitung sejak tanggal 12 sampai 14 Oktober 2022.
Pelatihan merupakan kerjasama Yayasan Pendidikan Kristen (Yapenkris) Prisqila Kota Kupang dengan Yayasan Pelita Kasih Bangsa yang membawahi Sekolah Abdi Kasih Bangsa (SAKB).
Para guru peserta berasal dari SD GMIT Oepura, SD GMIT Oesapa, SD GMIT Oebufu nomor 7 dan SD GMIT Kuanino nomor 2.
Badan pengurus pendidikan Sinode GMIT, pendeta Yahya Obby Milu, SP STh pada kegiatan ini mengingatkan soal peran sentral guru sejak dulu bagi masyarakat dan merupakan warisan kitab suci.
“Tuhan menciptakan manusia dengan imagodei karena segambar dan serupa dengan Allah,” tandasnya.
Manusia, tambahnya memiliki memori yang tidak terbatas. Di sisi lain tugas guru tidak mudah karena harus mengajar dan menjadikan manusia lebih pandai.
“Ini merupakan warisan Tuhan sehingga tugas guru tidak sepele tetapi maha penting. matinya pengajaran sama dengan matinya iman percaya,” tambahnya.
Pada zaman lalu, gereja dan sekolah dibiayai oleh pemerintah. Namun saat ini diberikan kemandirian.
Pendeta Yahya juga mengakui kalau GMIT memiliki 1.500 pendeta dan ada 5.000 lebih guru dan guru honor di 546 sekolah GMIT.
“Tidak mudah menangani masalah guru dan pendidikan,” ujarnya.
Untuk itu, GMIT sudah menentukan grand design, road map dan peraturan tata kelola pendidikan GMIT guna membenahi pendidikan GMIT. Dalam aturan ini relasi gereja dan sekolah diatur.
“Gereja belajar menata sekolah GMIT untuk menjadi sekolah model,” tandasnya.
Pihaknya berharap para guru dari 4 sekolah GMIT di Kota Kupang dapat menjadi pionir untuk mengangkat harga diri dan markat GMIT serta ada harapan dari sinode GMIT agar kerja sama bidang pendidikan terus dilakukan.
Sinode GMIT menyisihkan anggaran 2 persen untuk pendidikan yang diperuntukkan bagi pengembangan sekolah GMIT.
Diakui pula bahwa banyak kendala dalam pengelolaan pendidikan GMIT termasuk honor pengajar yang kecil.
GMIT, tandasnya bertekad agar kondisi ini harus diakhiri dengan rancangan program yang lebih baik.
“Kita gerakkan semua potensi yang ada dan kita menyadari kalau uang adalah fungsi dari pelayanan sehingga kesengsaraan bisa diatasi. Kita benahi kendala-kendala agar ada kepercayaan masyarakat,” tambahnya
Ia juga memuji dedikasi dan pengabdian para guru di sekolah GMIT. “Guru-guru (sekolah) GMIT punya keiklasan dan ketulusan,” tandasnya.
Pelatihan diiisi dengan materi yang disampaikan Pdt Dr J Inabuy yang juga pembina Yayasan Pelita Kasjh Bangsa, Maxwell Halundaka, ketua Yapenkris Prisqila Kota Kupang, Ny Itje Inabuy dan sejumlah pengajar dari sekolah abdi Kasih Bangsa Kupang.
Ketua Yapenkris Prisqila Kota Kupang, Maxwell Halundaka juga menyampaikan tekad membenahi sekolah-sekolah GMIT dengan menggandeng sekolah abdi kasih bangsa Kupang.
Ia juga menyebutkan kalau animo peserta didik di sejumlah sekolah GMIT cukup banyak dan stabil walaupun berdampingan dengan sejumlah sekolah negeri.
“Kondisi yang ada membuat GMIT harus berubah sehingga kami putuskan bekerja sama dengan Yayasan Pelita Kasih Bangsa,” ujarnya.
Ia menilai proses pendampingan oleh Sekolah Abdi Kasih Bangsa Kupang luar biasa sehingga ke depan sekolah-sekolah GMIT bisa berbenah diri.
Sesuai kemampuan keuangan yang ada pada GMIT maka pihaknya mengawali kerja sama dengan 4 sekolah untuk dibimbing karena sesuai animo masyarakat di 4 sekolah ini cukup tinggi walaupun mayoritas guru yang ada adalah guru baru sehingga lebih mudah menularkan hal yang baik dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
Niat mulianya adalah menjadikan sekolah-sekolah GMIT menjadi lebih unggul dan baik karena sebelum ada sekolah pemerintah, sekolah GMIT adalah sekolah yang baik namun karena adanya pola pendidikan gratis maka masyarakat cenderung ke sekolah negeri.
Disebutkan bahwa di Kota Kupang, sekolah-sekolah GMIT pun merupakan sekolah unggul dan tidak kalah bersaing dengan sekolah lain.
Harapannya sekolah GMIT menjadi sekolah unggul dan masyarakat percaya sehingga melahirkan generasi masa depan yang lebih baik. (VoN)