Kefamenanu, Vox NTT- Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) bersama Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) menggelar sosialisasi bagi warga binaan Rutan Kefamenanu Kelas II B, Senin (17/10/2022).
Sosialisasi yang dihadiri oleh ratusan warga binaan Rutan Kefamenanu itu berkaitan dengan pencegahan penyebaran penyakit HIV/Aids.
Terpantau, kegiatan yang dimulai pukul 10.00 Wita itu dihadiri Sekretaris KPAD TTU dokter Rienarmi Usfinit, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten TTU Clara Boleng serta para dokter dari Puskesmas Sasi.
Selain materi tentang HIV/Aids, informasi terkait penyebaran penyakit menular seksual lainnya juga menjadi bahan yang ramai didiskusikan oleh pemateri dan peserta.
Dalam sosialisasi tersebut, para warga binaan terlihat cukup aktif bertanya dan menyampaikan keluhan yang dialaminya.
Usai dilakukan sosialisasi, dilanjutkan dengan screening penyakit dari para warga binaan tersebut.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten TTU Clara Boleng kepada wartawan menjelaskan, warga binaan tergolong dalam kelompok masyarakat yang berisiko tertular penyakit menular seksual, baik HIV/Aids, Sifilis maupun penyakit lainnya.
Sehingga sosialisasi dan screening tersebut, jelasnya, dilakukan sebagai bentuk pencegahan akan adanya penyebaran penyakit dimaksud.
“Kita hanya lakukan screning, kalau ditemukan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan di rumah sakit untuk diketahui penyebab penyakitnya dan selanjutnya bisa dilakukan pengobatan secara intensif,” tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris KPAD TTU dokter Rienarmi Usfinit menjelaskan, jumlah kumulatif penderita HIV/Aids sejak tahun 2005 hingga saat ini mencapai 717 orang.
Dari jumlah tersebut, jelasnya, sebanyak 30 persen penderita diketahui meninggal dunia.
Untuk kondisi tahun 2022, kata dia, jumlah kasus penderita baru yang berhasil terdata sebanyak 166 orang. Jumlah itu tersebar di 24 kecamatan di Kabupaten TTU.
Namun sayangnya dari jumlah tersebut, yang rutin melakukan pengobatan hanya 96 orang. Sedangkan 70 orang lainnya tidak.
“Kesulitan kita di penanggulangan HIV itu orang mau tidak untuk berobat rutin selama hidup, padahal ada obatnya dan tersedia secara gratis,” tuturnya.
Dokter Rienarmi menjelaskan, salah satu bentuk pencegahan penyakit HIV/Aids telah dilakukan pihaknya dengan membentuk kelompok masyarakat di desa yang peduli tentang HIV/Aids.
Kelompok masyarakat tersebut, jelasnya, bertugas mendata serta mensosialisasikan tentang penyebaran HIV/Aids.
“Di TTU sudah ada 7 desa yang berhasil kita bentuk, hanya 7 desa ini juga masih harus terus kita dorong, semoga ke depan bisa lebih banyak kelompok masyarakat di desa lainnya yang ikut terbentuk,” tambahnya.
Penulis: Eman Tabean
Editor: Ardy Abba