Kupang, Vox NTT-INOVASI menggelar sosialisasi Program Water, Sanitation and Hygiene (WASH) yakni Air, Sanitasi, dan Kebersihan Responsif Gender, Disability, Social Inclusion (GEDSI) yakni Kesetaraan Gender, Disabilitas dan Inklusi Sosial di Sekolah Dasar di Sumba Barat dan Nagekeo.
Sosialisasi ini digelar pada Sabtu 12 November 2022, secara daring dan during.
Sebelumnya, telah dilaksanakan pertemuan dengan Mitra Pembangunan dalam Penyusunan Pedoman Pengembangan WASH Sekolah Dasar Responsif GEDSI, pada tanggal 8 April 2022. Pada pertemuan itu dihasilkan draft pedoman pengembangan sanitasi (khususnya jamban) di Sekolah Dasar.
Oleh karenanya untuk finalisasi draft pedoman tersebut perlu dikonsultasikan kepada pihak-pihak terkait, khususnya pemerintah daerah, yaitu Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Nagekeo.
Informasinya, saat ini Pemerintah Kabupaten Sumba Barat telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp1,635,596,000.
Dana tersebut untuk pembangunan jamban atau toilet dan sarana sanitasinya. Sedangkan Kabupaten Nagekeo Rp162.900.000.
Berdasarkan hasil koordinasi dan komunikasi dengan Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sumba Barat dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo, saat ini Pemerintah Daerah belum memiliki acuan atau referensi tentang bagaimana pembangunan jamban atau toilet yang ramah terhadap isu GEDSI.
Berharap program INOVASI dapat membantu memberikan standar atau referensi yang akan menjadi acuan untuk melaksanakan pembangunan dan atau rehab jamban atau toilet.
Ada beberapa mitra pembangunan daerah yang telah bekerja pada isu WASH di Sumba Barat; di antaranya Stimulan dan Yayasan Bahtera.
Sedangkan di Nagekeo, yaitu Yayasan PLAN Internasional dan WVI juga telah bekerja secara khusus menangan isu WASH di sekolah.
Oleh karenanya dalam tindak lanjut pertemuan ini juga akan melibatkan mitra pebangunan yang telah terlibat pada pertemuan pada tanggal 8 April 2022.
Hal ini penting agar apa yang sudah dirumuskan disepekati dan digunakan bersama oleh Pemerintah Daerah ataupun oleh mitra pembangunan dalam membangun sanitasi (jamban) di sekolah.
Butuh Kerja Lintas Sektor
Pada sosialisasi yang digelar turut dihadiri oleh Kepala Dinas P dan K Kabupaten Nagekeo yang diwakili langsung oleh Sektretarisnya Severinus Meo.
Saat diminta menyampaikan pernyataan pembuka, Severin menyampaikan terima kasih bagi semua pihak.
“Saya berterima kasih kepada tim INOVASI yang pada hari ini boleh memberikan kesempatan kepada kami. Sosialisasi panduan ini sangat penting bermanfaat. Karena akan menjadi frame work bersama. Baik stakeholder yang berkaitan dan juga menyiapkan fasilitas yang sesuai standar untuk sanitasi di sekolah masing-masing. Terutama bagaimana menciptakan kebersihan di sekolah. Membenahi manajemen berkaitan dengan sanitasi di sekolah. Karena itu semua unsur menjadi sangat penting,” jelas Severin.
Di kesempatan yang sama, Severin juga memaparkan data terkait sanitasi tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten Nagekeo.
“Untuk Kabupaten Nagekeo sarana dan prasarana berdasarkan data, 177 SD sarana prasarana untuk responsif GEDSI, belum semuanya. Karena ada beberapa sekolah yang belum terpenuhi. Baru sebanyak 164 sekolah yang memiliki saranan WC khusus siswa laki-laki yang berfungsi dengan baik,” jelasnya.
Menurut Severin, untuk WC putri yang berfungsi baik jumlahnya 156 sekolah. Berarti masih ada selisih sekira 20-an sekolah yang berfungsi dengan baik.
“Padahal kita berbicara bagaimana soal sanitasi itu berfungsi dengan baik. Berkaitan dengan kurikulum merdeka ada poin tentang bagaimana siswa bisa membiasakan diri untuk hidup sehat,” imbuh dia.
Severin mengatakan bahwa terkait dengan GEDSI masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, bagaimana akses menuju WC bisa diakses oleh siswa-siswa disabilitas.
“Mari kita diskusi lintas instasi agar sepehaman siapa berbuat apa. Masih banyak sekolah di Nagekeo meskipun di pusat kota masih belum terakses oleh air bersih. Anak-anak membawa ember ke sekolah supaya bisa dipakai untuk WC, cuci tangan dan siram tanaman. Peran kita menjadi sangat sentral agar bisa terwujud, tidak bisa dilakukan hanya oleh Dinas Pendidikan, tetapi juga oleh dinas lain, juga kepada sekolah,” imbuhnya.
WASH Respons GEDSI Sumba Barat Masih Rendah
Sebelum membuka kegiatan secara resmi, Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga, Kabupaten Sumba Barat, Lobu Ori juga memaparkan data tingkat sanitasi sekolah dasar di Sumba Barat yang masih rendah.
“Biacara soal responsif GEDSI kami di Waikabubak ada 91 SD hanya terdapat 30 jamban. Ini menjadi persoalan yang sangat mendasar. Harus ada jamban khusus untuk disabilitas. Di Sumba Barat tidak semua sekolah bisa akses air bersih. INOVASI selama ini sudah banyak memberikan kontribusi untuk pembangunan sekolah-sekolah di Sumba Barat,” jelasnya.
Sebagai Kepala Dinas, Lobu sudah menargetkan beberapa programnya ke depan untuk pendidikan Sumba Barat.
“Saya punya program semua sekolah tidak boleh ada sampah plastik. Saat ini sudah berjalan setiap siswa wajib menanam, tanaman yang umur pendek dan bisa di panen untuk konsumsi oleh siswa dan masyarakat. Di Sumba Barat tingkat stunting tinggi kita juga ingin melihat asupan gizi bagi siswa. Masih ada beberapa sekolah yang belum ada jamban. Ke depan melalui sekolah ini saya mohon kepada INOVASI agar memperhatikan sekolah-sekolah yang lain,” jelasnya.
Sementara itu, mewakili INOVASI NTT, Yoan Wicitra hadir sebagai pemateri dalam sosialisasi menyambut baik antusias dan respons dinas terkait.
“Mewakili tim INOVASI saya ucapkan terima kasih dan kami sangat bangga terlibat dalam WASH SD. Saya melihat komitmen yang sangat besar. Kami dari INOVASI selalu berusaha untuk terus mendukung pendidikan di Indonesia. Lingkungan sebagai pendukung upaya pendidikan kami rasa juga sangat penting,” paparnya.
Kabupaten Sumba Barat, demikian Johan, sudah ada anggaran untuk 11 sekolah dan juga tahun 2023 untuk 24 sekolah.
INOVASI mencatat isu-isu dan proses pembangunannya sudah berjalan di beberapa sekolah.
“Di saat yang sama panduan sedang dibahas ada juga praktik yang dilakukan. Hari ini kita undang bapa ibu kepala sekolah untuk memfinalkan poin yang sudah dibahas. Sehingga di masa depan dapat terlaksana dengan baik. Kita ingin membuat panduan tingkat sekolah. Untuk mewujudkan cita-cita kita. Semangat dan komitmen semua pihak tercermin. Awalnya baru bahas pembangunan sampai sekarang DAK sudah turun. Ini semua adalah bukti bahwa kerja lintas sektor ini terus dilakukan,” ujarnya.
“Kami pada dasarnya mengucapkan terima kasih atas dukungan dari semua pihak, ini terjadi karena kerja sama. Semoga proses ini bagian dari pintu masuk untuk kesetaraaan jender,” sambungnya.
Sebagai informasi, selain dikuti oleh pejabat Dinas P dan K Kabupaten Sumba Barat dan Nagekeo, kegiatan sosialisai ini juga melibatkan perwakilan Kepala Sekolah Dasar dari dua kabupaten itu. [*]