Oleh: Aloysius W. Parera
1“ Guru biasa memberitahukan, Guru baik menjelaskan, Guru ulung memeragakan, Guru hebat mengilhami. 2. “Guru yang baik tidak menyatakan siswanya bodoh, tapi guru yang baik selalu menyatakan, siswaku belum biasa.”
Setiap tanggal 25 November Negara kita memperingati Hari Guru Nasional. Hari Guru Nasional ditetapkan Presiden saat itu yakni Soeharto pada tanggal 25 November 1994.
Hal ini berdasarkan keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional. Penetapan hal itu sebagai penghormatan kepada guru. Dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dalam tulisan ini, penulis mengutip apa yang tertera Dalam Program Merdeka Belajar saat ini, yang mana Guru dikembalikan lagi kebebasannya yang selama ini terkesan hilang dan terbelenggu oleh kurikulum dan kebijakan yang sentralistik.
Sekaligus akan memberikan peluang bagi guru dan peserta didik untuk menggali segala potensi sumber daya manusia (SDM), potensi budaya, dan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Penulis mencoba untuk memulai dari pendapat seorang filsuf Aristoteles. Menurut Aristoteles bahwa pada kodratnya manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, guru tentunya harus mampu memberi pengaruh positif kepada orang lain dengan tabiatnya.
Sebagai misal, kehadiran seorang guru harus mampu memberi pengaruh yang positif terhadap siswa. Oleh karena itu, pendidik dalam mempengaruhi peserta didik di lingkungan pendidikan harus memiliki jiwa dan raga yang positif terutama pada saat mengajar dan mendidik.
Guru di era Merdeka Belajar saat ini harus mampu menjadi sosok yang luar biasa bagi peserta didik. Guru yang senantiasa memberikan pelbagai hal yang positif, yang berhubungan dengan pembentukan tabiat.
Hemat penulis bahwa program Belajar saat ini membuka seribu kesempatan kepada Guru dan peserta didik. Artinya, melalui program meredeka belajar, guru merasa merdeka dalam menjalankan tugasnya sebagai guru di dalam kelas.
Dalam hal ini, guru dapat membongkar semua apa yang ada dalam diri atau dengan kata lain sumber daya manusia yang ada dalam diri Guru maupun peserta didik benar-benar dituangkan serta memberanikan diri untuk mengeksplorasi ilmu pendidikan dengan ikut ambil bagian dalam Program Belajar Merdeka.
Dalam hal lain juga dapat memberikan motivasi bagi Guru dan peserta didik dalam pelbagai aspek kehidupan sebagai jembatan atau bentuk upaya untuk mengembalikan kebebasan dan mengurangi rasa terbelenggu pada dunia pendidikan kita.
Guru dan peserta didik yang telah dibekali pelbagai pengetahuan dapat diteruskan dalam keseharian hidup, sehingga pengetahuan tersebut bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi semua orang, dan juga apa yang menjadi cita-cita dan harapan bisa tercapai dengan baik.
Dalam tulisan ini juga, penulis berupaya menggangkat martabat Guru, yang adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah sosok manusia, yang adalah sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam dunia pendidikan.
Manakala semua orang memperdebatkan soal dunia pendidikan, sosok guru mesti muncul dalam album pembicaraan, terutama yang berkaitan dengan persoalan Pendidikan formal di sekolah. Hal tersebut tak dapat dimungkiri karena Lembaga Pendidikan formal adalah dunia pendidikan kehidupan guru.
Sebagaian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat. Di sekolah, guru menjalankan profesinya atau tugasnya dalam suasana interaksi edukatif di kelas.
Eksistensi Guru lebih nampak dalam tanggung jawabnya sebagai pendidik. Tentu dalam hal ini, Guru memposisikan dirinya sebagai sosok yang patut dan pantas dicontohi. Dengan demikian Guru dan peserta didik dekat secara emosional.
Pada hakikatnya, Guru dan peserta didik itu berada dalam iklim yang sama. Mereka itu berada dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah tetapi jiwa mereka statis satu sebagai dwitunggal yang kokoh bersatu.
Posisi Guru dan peserta didik boleh saja berbeda secara kelas sosial, tetapi dalam misi pendidikan, dua elemen ini mesti searah dan setujuan.
Dalam hal prinsip, mesti disadari benar bahwa kesatuan jiwa Guru dan peserta didik tidak dapat diceraiberaikan oleh dimensi ruang, jarak, dan waktu.
Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan merupakan sesuatu perbuatan yang mudah dilakukan. Namun lebih dari itu menjadi guru berdasarkan panggilan jiwa atau tuntutan nurani.
Nurani adalah sesuatu yang tidak mudah karena padanya lebih banyak dituntut suatu pengabdian loyal dan total serta bertanggung jawab atas nasib para peserta didik.
Guru dalam prinsip sadar mesti mendasarkan pengabdiannya karena panggilan jiwa. Dengan kesadaran seperti ini, guru dalam prinsip komunikasi edukatif akan termotivasi untuk bekerja secara total.
Kehadiran guru di kelas bukan sekedar mentransfer pengetahuan saja; tentang apa yang guru tahu tetapi hal urgen yang mesti dilakukan.
Guru memanfaatkan kegiatan-kegiatan pelajaran dengan peserta didik akan sanggup mengubah karakteristik peserta didik yang tidak baik, akan sanggup membangun situasi yang menciptakan kesejukkan dan ketenangan peserta didik di dalam kelas.
Bercermin dari ilustrasi tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa sosok guru adalah sebuah obor yang dapat menerangi dan memberi cahaya kepada siapa pun karena tanpa seorang guru pendidikan tidak akan berkembang dan maju.
Mohammad Tohir mengatakan bahwa ada lima point penting untuk menjadi guru profesional yang ideal: 1. Guru berani melakukan perubahan. 2. Guru adalah penggerak dan pendidik. 3. Guru yang rendah hati. 4. Guru yang bijaksana. 5. Guru dapat menjadikan suasana belajar seperti taman belajar.
Berdasarkan Kelima point tersebut dapat disimpulkan bahwa: untuk menjadi sosok guru profesional yang ideal, maka guru harus melakukan sebuah perubahan diri kepada yang lebih baik, guru harus menempatkan diri sebagai pembimbing, penasehat, pendidik, pengajar, pemberi motivasi, rendah hati, penuntun, tegas dan terhormat.
Di samping itu juga guru harus ikhlas dalam mendidik peserta didik dan mampu menguasai kompetensi keguruannya yaitu pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian. Dengan memperingati Hari Guru, semoga Negara Indonesia yang kita sayangi ini menjadi bangsa yang besar.
Oleh Karena itu, semoga dengan peringatan Hari Guru ini dapat membantu untuk mewujudkan cita-cita Bangsa.
Terutama dalam dunia pendidikan, yaitu dapat menumbuhkembangkan peserta didik yang berakhlak mulia dan sebagai guru, kita dapat menjadi guru yang benar-benar ikhlas mendidik para peserta didik.
Menutupi tulisan ini, penulis mengajak para pendidik untuk menanamkan benih-benih kebaikkan dan berkomitmen untuk terus berusaha menjadi guru yang luar biasa di masa yang akan datang, sehingga mencetak generasi masa depan dengan karakter yang diharapkan oleh bangsa dan negara.
“Jadilah seorang guru yang menjadi sosok inspiratif dan memberikan motivasi bagi keberhasilan peserta didik.”
Penulis adalah Guru Sosiologi di SMAK St. Gregorius Reo