Borong, Vox NTT- Pemerintah Daerah Manggarai Timur (Pemda Matim) diminta untuk membuka mata melihat kondisi gedung darurat Tambahan Ruangan Kelas (TRK) dari SDI Wae Ciu yang berlokasi di Kampung Larok, Desa Satar Kampas, Kecamatan Lamba Leda Utara.
“Pemda Matim seharusnya buka mata terkait kondisi TRK Mbijar Larok karena ruangan yang ada sekarang ini hasil swadaya masyarakat dengan nilai uang 60 juta,” tegas Ketua Komite TRK Larok Vinsensius Simer saat dijumpai wartawan pada Jumat (20/1/2023).
Vinsensius juga meminta Bupati Matim Agas Andreas agar tidak hanya berbicara di atas meja kerja kerjanya. Bupati Agas diminta untuk turun dan segera memperhatikan kondisi gedung darurat TRK Larok.
BACA JUGA: Bantuan Mengalir, Bangunan TRK Larok Hampir Rampung
Selama ini, kata dia, gedung TRK Larok dibangun atas kerja swadaya masyarakat setempat. Kemudian, pada 4 Januari 2023 lalu, masyarakat Kampung Larok dan Mbijar bahu-membahu membangun kembali gedung TRK.
Vinsensius juga menceritakan TRK Larok resmi beroperasi pada 8 Agustus 2016 lalu. Namun sejak beroperasi, sekolah tersebut tidak ada bantuan dari Pemda Matim dalam bentuk apapun.
“Gedung TRK Larok Mbijar ini betul-betul swadaya dari masyarakat setempat,” pungkasnya.
“Saya meminta kepada Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, tolong memperhatikan kondisi gedung sekolah ini karena usia TRK ini sudah 7 tahun, namun sampai saat ini pemerintah belum memperhatikan sama sekali kondisinya,” tambah Vinsensius.
BACA JUGA: Sedih! Gedung TRK Ambruk Diterpa Angin, Siswa KBM di Rumah Warga
Dia menambahkan, TRK Larok dibangun bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa. Sebab itu, pemerintah segera memperhatikannya.
Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, gedung TRK ambruk rata tanah usai diterpa angin kencang pada Senin (02/01/2023) lalu.
Gadung darurat berukuran 20×5 meter itu dibangun pada 7 tahun lalu. Meski sudah lama dan tampak darurat, di TRK Kampung Larok terdapat 5 rombongan belajar dan terdapat 54 siswa. Selama ini mereka bertahan di tengah serba kekurangan demi menuntut ilmu.
Namun setelah angin kencang “mengamuk” dan meluluhlantakkan gedung darurat itu. Akibatnya, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) tentu saja terganggu.
Usai kejadian tersebut bantuan swadaya dari berbagai pihak mengalir. Kini, bangunan ukuran 20×5 meter dengan volume 5 rombongan belajar (rombel) itu sudah kembali dibangun secara darurat. Kini, hanya menyisakan lantai tanah.
Sebelumnya, fasilitas sekolah yang mengalami kerusakan antara lain; kursi 42 unit, meja 35 unit, rak buku 5 unit dan papan tulis tripleks 5 lembar.
Selain itu, seng, balok, papan dinding dan pintu juga mengalami kerusakan berat.
Taksasi kerugian material bangunan darurat TRK Larok setelah dihitung bersama tukang setempat mencapai Rp52.750.000. Sebagian biaya bersumber dari swadaya warga.
Pembangunan TRK yang ditargetkan 10 hari kerja itu ternyata lebih cepat 6 hari.
“Semua itu berkat semangat warga setempat yang dikoordinasi langsung pihak Kecamatan Lamba Leda Utara, serta aliran dukungan yang hebat dan tulus dari para pihak, mulai dari Pa Wili Nurdin, Pa Yos Harsan, Pa Jhon Nembo, Pa Stefanus Gandi, Pa Ajidin Jafar, pihak Kecamatan Laut, Forkopincam, pihak Pemerintah Desa Satar Kampas, termasuk dukungan yang maksimal Kepala SDI Wae Ciu Damianus Sati,” terang Camat Lamba Leda, Agustinus Supratman, Jumat (13/01/2023).
Bantuan lain menurut Camat Agus, bersumber dari Pemda Manggarai Timur yakni semua kursi, meja, lemari buku dan papan tulis.
Sisi lain dukungan untuk pembangunan TRK Larok datang dari Anggota DPRD Matim, Sifridus Asman.
Asman yang merupakan kader PAN itu datang langsung melakukan reses bersama warga yang lagi kumpul kerja bakti di TRK Larok.
Penulis: Ardy Abba