Ngada, Vox NTT- Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Citra Bakti Ngada, mengadakan kegiatan Visit School dan Lesson Study.
Kegiatan ini diikuti oleh Tim Pengembang Kurikulum (TPK) dan Tim Pengembang Modul Ajar STKIP Citra Bakti bersama INOVASI dan Yayasan Sulinama.
Dalam keterangan pers yang diterima VoxNtt.com, dikatakan bahwa kegiatan Visit School dilaksanakan 1 hari yaitu pada Jumat, 10 Maret 2023 di SD Inpres Wudu, SD Katolik Wolopogo, PAUD St. Clara Wudu dan PAUD Olaewa.
Dijelaskan bahwa, kegiatan ini bertujuan untuk mengamati proses pembelajaran di kelas dilihat dari aspek kebahasaan dan situasi kelas, pemanfaatan sumber/media pembelajaran berbasis bahasa ibu, dan pajangan kelas.
Berdasarkan hasil pengamatan pada aspek kebahasaan dan situasi kelas, bahasa yang mendominasi interaksi antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya adalah hampir seluruhnya merespons menggunakan Bahasa Ibu.
Pada aspek pemanfaatan sumber/media pembelajaran berbasis Bahasa Ibu, rata-rata media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran mengandung konten lokal.
Pada aspek pajangan kelas, rata-rata semua kelas memiliki pajangan alat peraga/media pembelajaran berupa media gambar, kartu huruf, pajangan huruf, pajangan nama hewan (dalam bahasa ibu, bahas Indonesia dan bahasa Inggris).
Selain pengamatan tim juga melakukan wawancara terhadap guru.
Berdasarkan hasil wawancara penggunaan Bahasa Ibu dalam pembelajaran sudah sesuai dengan prinsip prinsip dalam kurikulum (Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013).
Tim pengembang MK Microteaching PAUD, Marlin Kua, menyampaikan bahwa yang ditemukan dalam kegiatan Visit School salah satunya adalah pada kelompok TK B di TK ST. Clara Wudu, terjadi pembagian kelimpok antara yang sudah menguasai bahasa Indonesia dan yang masih dominan Bahasa Ibu.
Marlin Kua mengatakan bahwa ternyata perlu konsep yang matang dalam penguasaan Bahasa Ibu untuk dapat membuat strategi yang baik atau metode yang tepat untuk mengajar di kelas jika menemukan keajemukan bahasa di kelas.
“Laporan dari hasil kegiatan Visit School haruslah temuan-temuan yang bermakna sehingga dapat dijadikan tindak lanjut dalam mengembangkan modul ajar dan RPS merumuskan materi dalam bahan ajarnya yang berbasis bahasa ibu atau pun yang terintegrasi bahasa ibu yang akan menjadi produk dari program pengembangan kurikulum PG-PAUD dan PGSD STKIP Citra Bakti,” jelasnya.
Lesson Study
Selain Visit School, STKIP Citra Bakti juga mengadakan kegiatan Lesson Study yang berlangsung selama 3 hari yaitu, 11,13 dan 14 Maret 2023 di Ruang Vicon STKIP Citra Bakti.
Adapun narasumber dari Yayasan Sulinama, yakni Jhoni Djia, Treysye Kissya dan Lona Maitimu. Sedangkan dari INOVASI, Kania Dewi.
Kegiatan ini diawali dengan presentasi hasil dari kegiatan Visit School yang dijalankan pada kegiatan sebelumnya.
Laba Laksana menegaskan, kegiatan ini sangat penting dilakukan untuk pengembangan modul ajar dan RPS yang akan digunakan oleh mahasiswa STKIP Citra Bakti yang merupakan calon tenaga pendidik nantinya.
Hasil dari kegiatan Visit School yang dijalankan pada kegiatan sebelumnya menjadi temuan-temuan yang dapat dijadikan kajian dalam modul atau RPS yang dikembangkan.
Jhoni Djia dari Yayasan Sulinama memberikan arahan tambahan tentang pentingnya kegiatan Visit School dan Lesson Study.
Pada kesempatan itu, Jhoni Djia mengatakan, mahasiswa harus dibekali keterampilan mengajar literasi dan Bahasa Ibu.
“Dapat kita gunakan indikator pada taksonomi bloom untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam menerapkan skil tentang pemahaman Bahasa Ibu. Sedikit saja teori dalam modul dan bekali mahasiswa mengenai skil tentang metode dan strategi penerapan Bahasa Ibu kemudian diimplementasikan di kelas tentang skil yang sudah dipelajari,” jelas Jhoni.
Menurutnya, dosen dapat menggabungkan beberapa pendekatan untuk membuat strategi khusus dlam memahami penerapan Bahasa Ibu dalam pembelajaran. Strategi khusus mahasiswa harus memahami literasi secara umum barus secara khusus (literasi bahasa ibu).
“Ajarkan prinsip dasar pendekatan yang akan dijalankan dalam memahami penerapan Bahasa Ibu, kemudian minta mahasiswa untuk mempraktikan prinsip tersebut dalam aktivitas mahasiswa. Setelah mereka sudah bisa mempraktikan prinsip tersebut dalam kelas maka kita bisa meminta mahasiswa untuk mepraktikkan keterampilan tersebut di sekolah,” tegasnya. [*]