Oleh: Adrianus Nabung
Harapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 pupus sudah ketika FIFA membatalkan perhelatan akbar tersebut.
Keputusan tersebut merupakan pukulan telak bagi prestasi olahraga Indonesia.
Ia menyoroti berbagai isu kompleks, termasuk kebutuhan untuk berinvestasi dalam pengembangan olahraga, mempromosikan kohesi sosial dan budaya, terlibat dengan komunitas internasional.
Selain itu terkait erat dalam mempromosikan transparansi dan akuntabilitas, mempromosikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, memerangi korupsi, dan mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Ragam Persoalan
Pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 menyoroti ragam persoalan kompleks yang harus dihadapi negara ini ke depan.
Acara ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk merefleksikan prioritasnya dan membuat perubahan penting untuk mendorong pembangunan dan stabilitas di negara ini.
Salah satu masalah paling signifikan yang dihadapi Indonesia adalah kebutuhan untuk berinvestasi dalam infrastruktur dan pembangunan olahraga.
Meski memiliki populasi lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia masih berjuang untuk mengembangkan atlet kelas dunia, khususnya dalam olahraga beregu.
Pembatalan Piala Dunia U-20 oleh FIFA, menuntut perlunya investasi yang lebih besar dalam pengembangan olahraga, khususnya di tingkat akar rumput.
Ini termasuk membangun fasilitas olahraga baru, mempromosikan partisipasi yang lebih besar dalam olahraga, dan memberikan peluang pelatihan dan pengembangan bagi atlet muda.
Dengan berinvestasi dalam pengembangan olahraga, Indonesia dapat mendorong partisipasi dan inklusi yang lebih besar, sekaligus memberikan kesempatan bagi kaum muda untuk mengembangkan keterampilan hidup yang penting.
Pelajaran Penting
Pelajaran penting yang didapat dari pembatalan Piala Dunia U-20 adalah perlunya mengatasi meningkatnya konservatisme dan gerakan Islam sayap kanan.
Indonesia memiliki sejarah panjang keragaman dan toleransi beragama, tetapi ada kekhawatiran yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir atas pengaruh ideologi ekstremis.
Pembatalan Piala Dunia U-20 menyoroti perlunya upaya yang lebih besar untuk mempromosikan kohesi sosial dan budaya, khususnya dalam konteks daerah-daerah Indonesia dengan populasi Muslim yang besar.
Ini termasuk mempromosikan keragaman dan inklusi yang lebih besar, berinvestasi dalam pendidikan dan pembangunan ekonomi, dan mengambil sikap tegas terhadap ekstremisme dan radikalisasi.
Tekanan Geopolitik?
Selain meningkatnya konservatisme, Indonesia juga harus mengarungi tekanan geopolitik yang lebih luas.
Negara ini secara tradisional non-blok, tetapi tidak mampu mengisolasi diri dari komunitas regional dan global yang lebih luas.
Hal ini berarti, terlibat dengan mitra regional dan global untuk mempromosikan perdagangan, investasi, dan pertukaran budaya, sambil juga berupaya memainkan peran yang lebih aktif dalam organisasi dan forum internasional.
Namun, Indonesia juga harus memperhatikan kepentingan dan prioritas nasionalnya sendiri, terutama dalam menghadapi pengaruh eksternal yang dapat merusak stabilitas dan keamanannya.
Persoalan Infrastruktur
Isu kesiapan infrastruktur turut mencuat di balik pembatalan Piala Dunia U-20. Dengan itu tentu mendorong perlunya transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar dalam sistem politik Indonesia.
Keputusan FIFA untuk membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 didasarkan pada kekhawatiran atas kurangnya kemajuan negara dalam mengembangkan infrastruktur olahraga dan menangani isu-isu kunci lainnya.
Hal ini menggarisbawahi pentingnya para pemimpin politik bertanggung jawab kepada orang-orang yang mereka layani, mempromosikan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar, dan bekerja untuk membangun kepercayaan dan keyakinan dalam sistem politik.
Indonesia juga harus memprioritaskan pembangunan ekonomi berkelanjutan untuk memberikan peluang dan meningkatkan penghidupan warganya.
Negara ini kaya akan sumber daya alam, tetapi kesulitan menerjemahkan kekayaan ini menjadi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Hal ini menyebabkan kemiskinan dan ketimpangan yang terus berlanjut, terutama di daerah pedesaan.
Investasi Lebih Besar
Pembatalan Piala Dunia U-20 menggarisbawahi perlunya investasi yang lebih besar dalam pembangunan ekonomi, khususnya di bidang-bidang seperti infrastruktur, pendidikan, dan teknologi.
Ini termasuk mempromosikan integrasi regional dan global yang lebih besar, mendorong investasi asing, dan mendorong inovasi dan kewirausahaan.
Pada aras lain, pembatalan Piala Dunia U-20 telah menyoroti pentingnya mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara, dan stabilitasnya sangat penting untuk kawasan yang lebih luas.
Negara harus memainkan peran yang lebih aktif dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan, termasuk bekerja untuk menyelesaikan konflik di negara tetangga, mempromosikan kerja sama regional yang lebih besar, dan membangun hubungan diplomatik dan ekonomi yang lebih kuat dengan negara lain di kawasan.
Isu Kompleks ke Depan
Demikianlah, pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 telah menyoroti berbagai isu kompleks yang harus dihadapi negara ini ke depan.
Ini termasuk berinvestasi dalam pengembangan olahraga, mempromosikan kohesi sosial dan budaya, terlibat dengan komunitas internasional.
Urgen juga hal mempromosikan transparansi dan akuntabilitas.
Demikian pula poin tentang mempromosikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, memerangi korupsi, dan mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Dengan mengatasi isu-isu utama ini, Indonesia dapat terus tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat modern yang demokratis, sekaligus melindungi kedaulatan dan keamanannya.
Penulis adalah Pengajar di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng