Oleh: Fortunatus Hamsah Manah
Di punggung bukit Golomori
Di suatu senja yang hitam kelam
Angin sepoi basah, Menyapa lembut kulit wajah
Lelaki tua renta
Ia duduk termenung
Di bawah pohon lontar nan rindang
Menikmati senja yang berangsur-angsur hilang
Bagai hilang termakan zaman
Dengan sebatang rokok di tangan
Sesekali ia mengisap kepulan asap
Dengan tarikan nafas yang dalam
Sedalam kenangannya akan tanah itu
Pandangannya pun melekat
Tenggelam jauh pada suatu masa
Di mana ia pernah berdendang
Sembari duduk di atas punggung kerbau yang berkubang
Kubangan lumpur pekat itu
Kini digadai dengan seonggok rupiah
Dendangan masa kecilnya pergi
Berganti tangis di senja kala
Ia pun menyesali masa tuanya
yang hitam kelam
Penuh laknat dan noktah
Lelaki tua itu pun terus duduk
Menerawang jauh pada setiap kuluman rindu
Rindu akan setiap kepingan kisah
Masa kecilnya yang selalu ceria
Hamparan kubangan di tengah sabana Golomori
Seolah mengajaknya kembali berdendang
Ia pun rindu pada kerbau tambun
Yang selalu berdamai dengan kubangan
Ruteng, 16 April 2023