Reo, Vox NTT- Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Reok menggelar kegiatan pembinaan iman Katolik bagi siswa-siswinya. Kegiatan tersebut berlangsung di Aula Stasi Wangkung, Sabtu (15/4/2023).
Hadir pada kesempatan itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai Nikolaus Nama Payon, Kepala Seksi Pendidikan Guru Agama Katolik Venantius Junggurlin, Pengawas Guru Pendidikan Agama Katolik Aloysius Alamat dan Pastor Paroki Reo Romo Mansuetus Hariman, Pr.
Turut hadir Ketua Komite SMPN 7 Reok Yohanes Hardum Nonto, Kepala SMPN 7 Reok Wensislaus Sumardi, para guru dan siswa-siswi, serta undangan lainnya.
Kegiatan yang digagas oleh Guru Agama Katolik dan keluarga besar SMPN 7 Reok ini dimulai dengan acara penjemputan di depan gerbang masuk Aula Stasi Wangkung. Mereka mengalungkan selendang dan mengenakan topi adat untuk Kepala Kantor Agama Kabupaten Manggarai beserta Kepala Seksi dan Pengawas.
Selanjutnya mereka diterima secara adat istiadat Manggarai melalui kapu manuk tuak curu. Lalu diarak menuju Aula Stasi Wangkung dengan tarian tiba meka dan pagar betis.
Saat kegiatan dimulai Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai menyerahkan uang bantuan pembinaan untuk SMPN 7 Reok sebesar Rp18.000.000.
Ketua Panitia Kegiatan, Vinsensius Safei Nurdin dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Kantor Kementerian Agama beserta Kepala Seksi dan Pengawas yang telah hadir dalam kegiatan pembinaan iman siswa-siswi di SMPN 7 Reok.
Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan sumbangan uang Rp18.000.000 dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai untuk melancarkan kegiatan ini.
Vinsen mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan moderasi beragama dalam hidup beriman di tengah-tengah perbedaan keyakinan iman antarsiswa di sekolah.
Selain itu, kata vinsen, kegiatan ini juga bertujuan membina, meningkatkan dan menyadarkan iman siswa-siswi dan generasi muda Katolik untuk menjadi pribadi yang selalu menyerahkan diri kepada Tuhan dan selalu berpatisipasi aktif dalam kegiatan sosial gereja maupun bangsa.
Ia berharap kegiatan ini dapat meningkatkan potensi, kreativitas dan talenta siswa-siswi SMPN 7 Reok dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.
Lebih lanjut mantan Kepala SMPN 2 Reok ini mengatakan sebagai sekolah yang berlabel negeri, kegiatan pembelajaran di SMPN 7 Reok sangat terikat pada kurikulum pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah. Nuansa pendidikannya bersifat umum dan minim mendapatkan pembinaan rohani, apalagi dengan jam pelajaran Agama Katolik yang terikat.
Standar isi kurikulum 2013, kata Vinsen, menetapkan 3 jam tatap muka dalam seminggu. Hal itu dirasakan kurang memadai dalam pendewasaan iman.
“Oleh karena itu SMPN 7 Reok merasa terpanggil menggelar kegiatan pembinaan iman, sekaligus untuk memastikan bahwa kehidupan iman mesti terus dipelihara sebagai sebuah spirit bersama,” kata Vinsen.
Kegiatan pembinaan iman ini, tambah Vinsen, menjadi langkah strategis untuk menguatkan persatuan antaranak bangsa agar terciptanya moderasi kehidupan beragama yang harum mewangi.
“Karena itu menyadari keberadaan di tengah-tengah orang lain yang berbeda keyakinan, maka kami tentu mengambil sikap agar siswa-siswi bisa memandang perbedaan sebagai sebuah kekuatan yang mempersatukan,” tutur Vinsen.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai, Nikolaus Nama Payon mengatakan bahwa kunci sukses pembinaan iman Katolik SMPN 7 Reok terletak pada kepiawaian guru Agama Katolik yang membawahi kegiatan-kegiatan agama.
Nilai bangsa ini, kata Nikolaus, terletak pada moral dan budaya. Karena itu sebagai guru Agama Katolik harus mampu berada pada orientasi itu, baik secara lahiriah maupun jasmani.
“Sumber yang paling utama dalam pendidikan Agama Katolik adalah ajaran iman dan firman Tuhan. Itulah yang menjadi dasar kita untuk berpijak, setelah itu baru disusul dengan Undang-undang tentang kehidupan beragama,” ķata Nikolaus.
Keaktifan guru agama katolik di lingkungan, sambung Nikolaus, juga menjadi dasar pendidikan iman di sekolah, karena sikap dan moral itu dapat ditunjukan kepada siswa-siswi dalam proses perkembangan pembelajaran.
Guru Agama Katolik yang tidak aktif di KBG atau lingkungan gerejani dianggap guru yang tidak profesional menjalankan misi-misi Agama Katolik.
“Kalau ada guru agama seperti itu lapor ke saya supaya saya panggil dia, l” tegas Nikolaus.
Terkait pembinaan iman, Nikolaus menekankan pentingnya kepekaan guru dan orangtua dalam mewujudkan cara-cara yang menggembirakan agar siswa-siswi mampu berdewasa dalam iman, serta mewujudkan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Dirinya berharap guru dan siswa-siswi SMPN 7 Reok mampu mengamalkan lima butir Pancasila dengan baik dalam mewujudkan karakter iman yang baik.
“Dewasa ini sudah terjadi pergeseran nilai yang menyebabkan krisis iman dalam diri. Karena itu mari kita mendekatkan diri pada Tuhan dalam hidup beragama dan mengamalkan nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa,” tutup mantan Dosen STIPAR Ende itu.
Untuk diketahui, kegiatan pembinaan iman itu diisi dengan perayaan Ekaristi dan materi-materi pembinaan iman Katolik.
Kegiatan tersebut juga mengusung tema “Melalui Pembinaan Iman Katolik Kita Tingkatkan Moderasi Hidup Beragama Dalam Menyongsong Tahun Ekonomi Sejahtera, Adil dan Ekologis”.
Kontributor: Berto Davids
Editor: Ardy Abba