Oleh: Adrianus Nabung
Raden Ajeng Kartini, pahlawan nasional Indonesia, dikenal luas sebagai pembela hak dan pendidikan perempuan.
Visi dan perjuangannya untuk kesetaraan gender, hak asasi manusia, serta akses pendidikan dan kesempatan masih sangat relevan dalam konteks refleksi kekinian.
Utamanya, di Indonesia di mana perempuan masih menghadapi beragam wajah permasalahan baik dalam bentuk penindasan, kekerasan, maupun diskriminasi lainnya.
Melalui surat dan tulisannya, Kartini telah menginspirasi generasi perempuan dan laki-laki untuk memperjuangkan keadilan, martabat, dan pemberdayaan.
Warisannya mengingatkan kita bahwa perjuangan untuk hak-hak perempuan dan kesetaraan gender belum berakhir, dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan misinya dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif untuk semua.
Peran Signifikan
Peran Kartini yang paling signifikan adalah perjuangannya untuk pendidikan dan pemberdayaan perempuan, yang masih relevan hingga saat ini.
Dia percaya bahwa perempuan harus memiliki akses ke pendidikan dan diizinkan untuk berpartisipasi dalam berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, dan kegiatan sosial.
Dia membayangkan sebuah masyarakat di mana perempuan tidak dibatasi oleh peran gender tradisional dan dapat membuat pilihan sendiri dalam hidup.
Gagasan dan tindakannya menginspirasi banyak perempuan untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan membuka jalan bagi generasi perempuan Indonesia masa kini dan masa depan untuk menjadi pemimpin dan agen perubahan dalam berbagai segmen kehidupan.
Saat ini, perjuangan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender terus berlanjut di Indonesia dan di seluruh dunia.
Terlepas dari kemajuan di beberapa bidang, perempuan masih menghadapi hambatan yang signifikan terhadap pendidikan, pekerjaan, dan representasi politik.
Banyak perempuan juga mengalami kekerasan, diskriminasi, dan pelecehan berbasis gender.
Saat ini, perempuan Indonesia telah mengalami kemajuan yang signifikan di berbagai sektor kehidupan.
Mereka telah menjadi pemimpin dalam politik, bisnis, pendidikan, dan profesi lainnya.
Namun, terlepas dari kemajuan ini, perempuan masih menghadapi banyak tantangan yang menghalangi mereka untuk mencapai kesetaraan gender yang seutuhnya.
Tantangan Utama
Salah satu tantangan utama bagi kesetaraan gender saat ini adalah akses ke pendidikan tinggi yang berkualitas.
Sementara lebih banyak perempuan Indonesia yang terdaftar di universitas daripada sebelumnya, mereka masih menghadapi hambatan yang signifikan seperti kendala keuangan, norma sosial dan budaya, serta kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat.
Masalah ini perlu ditangani untuk memastikan bahwa perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mengejar karir mereka dan mencapai potensi penuh mereka.
Selain itu, kekerasan berbasis gender dan diskriminasi terhadap perempuan masih terjadi di masyarakat Indonesia.
Perempuan sering mengalami pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, dan bentuk kekerasan berbasis gender lainnya, yang dapat menyebabkan trauma fisik dan psikologis.
Peran Pemerintah
Pemerintah dan organisasi masyarakat sipil perlu mengambil tindakan yang lebih tegas untuk mencegah maraknya kekerasan dan pelecehan terhadap kaum perempuan; baik dalam kultur masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan.
Peran pemerintah adalah tuntutan terdepan dalam menangani masih bercokolnya peristiwa semacam itu dan menciptakan lingkungan yang aman dan memungkinkan bagi perempuan untuk menggunakan hak-haknya.
Warisan Kartini menjadi pengingat bahwa perjuangan kesetaraan gender adalah perjuangan berkelanjutan yang membutuhkan partisipasi aktif dan komitmen individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Gagasan dan prinsipnya dapat menginspirasi perempuan dan laki-laki untuk menantang peran gender tradisional, mengadvokasi hak-hak perempuan, dan bekerja menuju masyarakat yang lebih setara dan adil.
Dalam pengertian ini, warisan Kartini tetap sangat relevan saat ini dan akan terus demikian di masa mendatang.
Senja Kala Konsep Patriarki
Penting untuk disadari bahwa konsep patriarki telah kadaluwarsa dan tidak lagi relevan dalam masyarakat saat ini.
Perempuan telah membuktikan diri sebagai pemimpin yang mampu dan kompeten di berbagai bidang, dan tidak perlu ada diskriminasi dan penindasan berbasis gender.
Pria perlu mengakui dan mendukung hak dan pemberdayaan wanita dan bekerja sama dengan gerakan kaum perempuan untuk mencapai kesetaraan gender yang sebenarnya termasuk dalam memfasilitasi dan menghargai hak-hak anak di Indonesia.
Berbagai aksi perundungan, bullying dan tindakan represif lain yang menjadikan korbannya kaum perempuan lain adalah gambaran bahwa persoalan diskriminasi gender di negeri ini belum usai.
Pada kondisi ini setiap insan masyarakat, apa pun latar kultural dan sosio-religiusnya harus sepakat untuk menyatakan berakhirnya represi partiarkis.
Konsep kesetaraan (equality before the law) hendaknya menjadi yang terdepan dalam mengakhiri semua aksi kekerasan atas nama adat istiadat, tradisi budaya, agama dan sosial lainnya.
Legasi Kartini
Dengan demikian, legasi figur kepahlawanannya ada pada perjuangan Kartini untuk kesetaraan gender.
Legasinya masih relevan di masyarakat Indonesia saat ini, dan warisannya adalah simbol sebagai kemajuan yang telah dicapai dan pekerjaan yang masih perlu dilakukan.
Perempuan Indonesia berhak mendapatkan akses yang sama terhadap pendidikan dan kesempatan serta kebebasan untuk menggunakan haknya tanpa takut akan kekerasan atau diskriminasi.
Sudah waktunya untuk membongkar norma patriarkal dan bekerja menuju masyarakat di mana perempuan dan laki-laki memiliki hak, kesempatan, dan pengakuan yang sama.
Hal ini hanya dapat dicapai melalui upaya kolektif dari semua sektor masyarakat, termasuk pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan individu, untuk mendukung dan mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Penulis adalah akademisi di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng