Ruteng, Vox NTT- Sejak PLTP Ulumbu mulai beroperasi, Libertus Dambul mengaku sempat bernapas lega.
Pikirannya kala itu campur aduk, antara penasaran akan manfaat hadirnya listrik dan bahagia karena segera bebas dari cengkeraman gelap gulita tanpa listrik PLN selama puluhan tahun lamanya.
Warga asal Lancang, Desa Terong, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai itu pun memulai mengikuti arahan PLN melalui program hemat energi listrik dalam pemakaian lampu sehen sesaat setelah PLTP Ulumbu mulai beroperasi.
Pemasangan lampu tenaga surya hemat energi ini dengan sistem iuran sebesar Rp35.000 per bulan oleh pelanggannya.
Iuran ini dilaporkan sebagai alas biaya untuk pembelian meteran listrik pintar. Jika sudah lunas sampai pada waktu yang telah disepakati, maka meteran listrik akan bebas biaya atau bisa juga mengurangi biaya pemasangan meteran listrik.
“Dulu mereka bilang, kalau sudah ada lampu sehen maka bisa sambung pembayaran meteran listrik PLN atau kurang biaya meteran listrik,” kata Libertus saat ditemui VoxNtt.com di Kampung Jong, Desa Terong, Kamis (20/04/2023).
Namun hingga kini, lampu sehen tersebut sudah dicabut kembali pihak PLN. Ada yang sudah rusak, ada juga yang masih beroperasi tetapi dicabut PLN dengan dalil segera ada perluasan jaringan listrik ke wilayah itu.
Libertus pun mengaku sedih karena hingga kini kampungnya belum juga teraliri listrik PLN. Padahal, PLTP Ulumbu yang adalah sumber listrik PLN ULP Ruteng berlokasi di Kecamatan Satarmese, tak jauh dari tempat tinggal Libertus.
“Kami sedih, mengapa kami saja yang tidak ada listrik. Bagaimana menurut pemerintah terkait hal ini?” timpal Libertus.
Di wilayah ini, kisah penderitaan gelap gulita tanpa listrik PLN tidak saja menyasar untuk warga Kampung Lokom, Jong dan Lancang. Warga Lia, Desa Lia, Kecamatan Satarmese Utara, Kabupaten Manggarai juga belum menikmati manfaat listrik PLN.
Padahal, sudah 77 tahun Indonesia resmi merdeka dari segala bentuk penjajahan. Selama itu pula warga Kampung Lia, Desa Lia, merindukan agar bebas dari gelap gulita tanpa listrik.
Warga setempat mengeluhkan dengan tidak adanya jaringan listrik ke wilayah Desa Lia. Padahal sejak lama mereka merindukan kehadiran listrik.
Martinus Mbambu seorang warga Kampung Lia mengaku kesal dengan kebijakan PLN yang tidak mengaliri listrik ke wilayahnya. Padahal tiang listrik sudah tertanam hingga di Kampung Mowol, Desa Compang Renta, yang tak jauh dari Desa Lia.
Menurut dia, sejumlah warga Kampung Lia pernah mendatangi Kantor ULP PLN Ruteng pada tahun 2020 lalu. Mereka ke sana untuk meminta perluasan jaringan listrik ke wilayah Desa Lia.
“Sudah berapa kali kami usul tentang listrik, tapi tidak ada jawaban dari PLN. Kami waktu itu pergi meminta secara adat Manggarai,” kata Martinus kepada VoxNtt.com saat ditemui di Kampung Lia, Rabu (19/04/2023).
Bahkan, lanjut dia, warga Desa Lia pernah memberikan proposal permintaan pembangunan listrik ke PLN.
Menurut dia, PLN pernah menjanjikan akan mulai mengerjakan jaringan listrik ke Desa Lia pada tahun 2022 lalu. Namun sayangnya, hingga kini janji itu belum direalisasikan oleh PLN.
Martinus pun meminta PLN dan pemerintah agar segera memperhatikan nasib warga Desa Lia yang telah lama dirongrong penderitaan gelap gulita tanpa listrik.
Ketiadaan listrik di lumbung listrik juga terjadi di Kampung Rentung, Desa Golo Ropong, Kecamatan Satarmese Barat. Padahal, PLTP Ulumbu tak jauh dari wilayah itu.
Miris! Tiang Listrik Pakai Bambu
Tak hanya soal ketiadaan listrik, di beberapa tempat di Kecamatan Satarmese Barat dan Satarmese Utara juga awak media menemukan kisah miris di balik perluasan jaringan listrik PLN.
Di Kampung Ntaur, Desa Gulung, Kecamatan Satarmese Utara, misalnya, sudah 12 tahun tiang listrik menggunakan bambu.
Ignasius Jehabun seorang warga Kampung Ntaur mengatakan pada tahun 2010 lalu, PLN melakukan perluasan jaringan listrik ke kampungnya.
“Waktu itu mereka sosialisasi bahwa ada perluasan jaringan listrik ke desa kami. Mendengar hal itu kami sebagai warga setempat sangat senang dan bahagia karena memang waktu itu masyarakat setempat sangat merindukan kehadiran penerangan listrik,” kisah Ignasius kepada wartawan.
Namun di balik kebahagiaan itu, ia mengaku selalu dihantui rasa cemas terutama saat musim hujan.
Sebab, tiang penyangga kabel listrik hanya dari bambu yang bisa saja tumbang dan mengenai rumah warga ketika angin kencang.
Ignasius mengaku pernah menanyakan ke pihak PLN terkait tiang listrik yang menggunakan bambu. Pihak PLN lantas menjawab bahwa tiang bambu hanya bersifat sementara, karena tiang milik PLN masih dalam perjalanan.
“Namun yang terjadi sampai sekarang pihak PLN belum juga ganti tiang listrik dari bambu ini,” kata Ignasius.
Ia juga mengaku sudah beberapa kali diusulkan ke PLN terkait hal ini. Namun sayangnya hingga kini PLN tidak kunjung merespons keluhan masyarakat Kampung Ntaur.
“Kalau musim hujan serta angin kencang tiba, lampu di sini pasti mati karena kabelnya putus terbawa angin,” ujarnya.
Ia berharap kepada PLN agar segera menggantikan tiang listrik dari bambu tersebut karena sangat mengganggu kenyamanan masyarakat setempat.
Di Kampung Weis, Desa Cambir Leca, Kecamatan Satarmese Barat juga tampak tiang untuk mengalirkan listrik ke rumah warga juga dari bambu dan kayu biasa.
Adi Aur, warga Kampung Weis mengaku kecewa dengan pihak PLN karena sudah sekian lama membiarkan tiang listrik dari bambu tersebut.
“Padahal (petugas PLN) selalu datang mengecek meteran kami, namun mereka tidak memperhatikan tiang listrik dari bambu ini,” ujar Adi.
Ia pun meminta agar PT PLN segera memperhatikan kondisi kerawanan tiang listrik dari bambu di wilayahnya.
Sementara itu, hingga berita ini dirilis Manajer PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Ruteng Muhammad Asgar belum merespons pesan konfirmasi VoxNtt.com melalui pesan WhatsApp-nya.
Meski begitu sebelumnya, ia berjanji akan mengecek soal data penyebaran jaringan listrik ke tim atau bagian unit pembangunan UP2K Flores.
“Sore juga om,,Mohon bersabar ya,, sy croscek/konfirmasi dgn Team / bagian unit pembangunan( up2k flores) ya,,tk,” tulis Muhammad saat dihubungi melalui pesan WhatsApp.
Penulis: Ardy Abba