Oleh: Agustinus Nuradarmada
Setapak jalan kulalui setiap waktu
Tanpa henti berharap pada baiknya waktu
Langka demi langkah tak peduli terantuk oleh waktu
Ingin kukisahkan dalam setiap lembar tentang apa yang kulalui
Agar kau dapat memahami betapa indahnya dikau
Kusiapkan penah dan lembaran baru tentang kau selalu
Kurangkai kata demi kata tuk lukiskan setiap peristiwa
Tinta penaku tak habis kupakai tuk merangkai kata
Demikian pula lembaranku tak kunjung usai
Sepenggal kalimat mulai kurajut walau tak puitis
Tak kuharap menjadi pujangga
Biarlah waktu yang kisahkan dan nikmatinya
Andai lantunan nada dapat menawan
Adakah kau akan berkata rayuan pujangga?
Di sini lembar demi lembar kurangkai kata walau tak bermakna
Ingatlah ada untaian kata yang kurajut walau tak menyentuh kalbu
Tapi kuharap kau memaknai
lantunan kata yang kurangkai tak seelok karya pujangga
Mengertilah kuharapkan.
Kini kulantunkan dari setapak jalan yang ku lalui
Berdiri, berceramah pada bintang-bintang kecil
Menjual suara berbagi kasih bukan badai.
Berharap untuk dikenang walau hanya sebatas kata-kata
Memang gelap telah habis dan terang telah terbit
Tapi apalah daya hati tetap terusik, karena bukan diabaikan tapi dilupakan.
Sakit walu tak dibantai….
Tapi rasa selalu jujur.
Ada angin datang dari surga
Tapi tak terasa sejuk malah menuai pedih.
Nasib si penapak sungguh malang selalu diambang
Bimbang walau terlihat riang
Membimbing bukan untuk iming-iming
Tapi hati tidak ingin berpaling
Tetap tenang tak menantang berharap tak lagi diasing.
Matahari memang telah terbit
Gelap takkan lagi menguasai
Tapi jagan pilih kasih
Hati bukan milik orang mati
Tapi miliki hati yang berbagi kasih
Disana di atas singgsana terpampang wajah-wajah bijak nan mulia
Pandai merangkai mencuri hati
Tapi bukan dari hati
Bermain api menuai badai
Tersebar wabah seluruh pantai.
Selasa, 25 April 2023