Oleh: Agustinus Nuradarmada
Wahai Kau
Wahai kau yang berdiri di depanku
Di awal kita bertemu aku tidak mengenal engkau
Kau memberi begitu banyak walu tak pernah kuminta Tak ada pelit yang kurasa dengan semua pemberianmu
Wahai kau yang berceramah di depanku
Kau mengajarkanku banyak hal yang membuat banyak tau tanpa dipaksakan kau mengajariku
Tanpa ku minta sedikitpun dari mu
Tetapi kau sangat memahami kebutuhanku
Wahai kau yang selalu bersamaku
Kau memberiku pengertian tentang hidup
Kau menuntunku keluar dari gulita yang tak nyata
Kau juga yang membaskanku dari cengkraman kebodohan
Kau juga yang menyudahi masa-masa kelamnya gulita
Dalam lembaran hidup yang sudah, sedang dan yang akan kau yang memberi walau kau tak dianggap
Engkau selalu sabar diberi walau banyak persyaratan Dan entah kapan selalu menuai tanya.
Wahai kau julukan pahlawan tanpa tanda jasa, ada kekewatiran di matamu
Menanti sesuatu yang tak pasti dan selalu tidak tetap Sampai usiamu memudar dan rambutmu perlahan memutih kau masih berdiri di sana.
Wahai kau…
Tidakkah kau merasa terpojok? Dengan julukan untukmu? Walau tugas kau laksanakan dengan sungguh
Tetapi kau tetap saja tak dihargai
Memang jalan telah dirintis namun banyak kelokan Hingga buntu tak sampai tujuan
Wahai kau
Tugasmu memang berat
Namun prestasimu selalu yang terbaik sepanjang sejarah Tak lelah mengukir prestasi bangsa dari waktu ke waktu Dikaulah harapan bangsa atas anak-anak yang dititipkan
Kau selalu nyalakan pelita untuk negeri agar tak ada pekat menyelimuti.
2 Mei 2023