Labuan Bajo, Vox NTT- Keberadaan aplikasi INISA merupakan salah satu contoh program digitalisasi management yang diaplikasikan dalam mengontrol kualitas standar pelayanan jasa wisata serta terwujudnya tujuan konservasi di Kawasan Taman Nasional Komodo, khususnya Pulau Padar dan Pulau Komodo.
“Sedari awal kita sudah siapkan sistem Wildlife Komodo dalam aplikasi INISA. Sistem ini berfungsi untuk mengatur berapa jumlah maksimal kunjungan wisatawan di Pulau Komodo maupun Padar, sehinggah tidak akan ada over kunjungan yang bisa menyebabkan habitat Komodo terganggu, atau bahkan ada yang menyebut wisatawan terlantar,” ujar Abner Ataupah, Direktur Operasional PT Flobamor, Jumat (16/06/2023).
Abner menjelaskan, setelah berkomitmen dalam mewujudkan tujuan Konservasi di dalam Kawasan Taman Nasional Komodo, PT Flobamor sebelumnya telah menyiapkan aplikasi INISA dimana didalam aplikasi ini terdapat sistem Wildlife Komodo yang secara otomatis akan mengontrol jumlah kunjungan di Pulau Komodo dan Pulau Padar.
Penggunaan sistem Wildlife Komodo dalam aplikasi INISA selain bertujuan untuk membatasi jumlah kunjungan wisatawan demi tujuan konservasi juga berfungsi untuk mendata jumlah calon wisatawan yang akan berkunjung ke Taman Nasional Komodo sehinggah kualitas pelayanan jasa wisata bisa secara maksimal diberikan bagi para wisatawan.
“Kalau setiap bookingan itu bisa terdata di sistem Wildlife Komodo maka kita akan tau apakah jumlah calon pengunjung sudah memenuhi kuota atau belum dan juga positifnya, jika kuota sudah penuh maka sistem bookingan akan otomatis tertutup dan mekanisme selanjutnya adalah menyiapkan SDM – SDM yang nantinya akan bertugas melayani para wisatawan sesuai dengan jadwal yang memang telah dipilih saat mendaftar,” katanya
“Jadi lebih terkontrol, kunjungan wisatawan diatur waktunya, tidak bertumpuk pada waktu tertentu tapi tidak mengurangi kualitas pelayanan kepada wisatawan. Kalau tidak terkontrol kan yah agak susah, Naturalist Guide yang disediakan hanya puluhan tapi wisatawan yang datang ribuan tentu pasti akan kewalahan dan tentu berdampak buruk pada ekosistem komodonya,” lanjutnya.
Memasuki bulan Juni sendiri merupakan awal masa musim ramai atau high season bagi sejumlah destinasi wisata di Indonesia, Khususnya di Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo.
Musim ramai ini sendiri diperkirakan akan berlangsung hingga bulan Januari tahun depan, untuk itu Abner menyampaikan agar upaya bersama dalam menjaga keutuhan konservasi dalam kawasan Taman Nasional Komodo menjadi perhatian semua pihak.
“Ini sudah memasuki musim high season bagi pariwisata Labuan Bajo, tentu tujuan konservasi di Kawasan Taman Nasional Komodo tetap harus menjadi konsentrasi kita bersama,” jelasnya
Abner menjelaskan, jumlah kunjungan yang terkontrol serta adanya pemerataan kunjungan wisatawan pada setiap destinasi wisata yang ada tentu menjadi sebuah hal yang positif yang akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.
“Jika di Pulau Padar dan Pulau Komodo bisa kita kontrol jumlah kunjungannya tentu akan berdampak pada meningkatnya kunjungan ke destinasi wisata lainnya, seperti di kampung Komodo yang sudah mulai banyak dipilih wisatawan semenjak penerapan harga jasa pemandu wisata di Pulau Komodo dan Pulau Padar,” tegasnya
Dirinya menambahkan, jika hal ini dilakika tentu akan menjadi hal yang positif juga bagi masyarakat.
“Kita berharap pembatasan atau pengaturan jumlah kunjungan dapat berdampak positif bagi ekosistem pariwisata dalam kawasan Taman Nasional Komodo maupun di Labuan Bajo,” imbuhnya.
Penulis: Sello Jome