Labuan Bajo, Vox NTT-
Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi menyampaikan pidato dalam rangka HUT ke-78 Republik Indonesia pada Rabu (16/08/2023).
Dalam pidato tersebut, Bupati Edi Endi mengungkapkan capaian hasil pembangunan sebagai implementasi visi dan misi pemerintah daerah periode 2021-2026.
Bupati Edi Endi menjelaskan, pembangunan pada beberapa aspek sektoral menunjukan hasil yang positif seperti pada sektor pertanian, khususnya subsektor palawija.
Pembangunan pertanian yang dilakukan secara berkelanjutan, kata dia, merupakan bentuk komitmen dan upaya pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan masyarakat dan peran daerah sebagai salah satu daerah sentra produksi pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tak tanggung-tanggung, kata Bupati Edi Endi, komitmen tersebut berhasil mewujudkan Kabupaten Manggarai Barat menjadi daerah suplai beras untuk daerah lain di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
“Produksi padi pada tahun 2022 sebesar 221.474,1 ton mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2021 sebanyak 180.101,4 ton,” jelas Bupati Edi.
Kendati mengklaim mendapatkan hasil yang positif di sektor Pertanian, Bupati Edi Endi tidak menyinggung secara detail salah satu program kerja Edi-Weng tentang Pertanian berbasis zonasi.
Janji Kampanye Edi-Weng
Catatan VoxNtt.com di dalam kampanye, pasangan Edi-Weng mengatakan, berdasarkan statistik, 79% warga Manggarai Barat (Mabar) bergantung pada sektor pertanian, perkebunan dan peternakan.
Jika dilihat dari potensi pertanian dan perkebunan di Mabar sebenarnya sangat kaya dan menjanjikan.
“Sawah di Lembor dan Terang semestinya membuat petani kita kaya. Potensi sawah dua daerah itu mestinya cukup menopang pariwisata dan ekspor sehingga petani makmur. Tetapi, itu gagal diberdayakan. Begitupun pertanian dan perkebunan di Kuwus yang sangat potensial,” ungkap Edistasius Endi kepada VoxNtt.com, Selasa (03/11/2020) lalu.
Untuk itu, kata Edi, ingin melakukan sistem zonasi pertanian agar memudahkan identifikasi potensi setiap desa dan kampung.
“Terang dan Lembor akan menjadi zonasi sawah dengan peningkatan alat-alat pertanian, air dan embung,” jelas Ketua DPD NasDem Mabar itu.
Selanjutnya, kata Edi, untuk di Kuwus, Paket Edi-Weng akan mengembangkan perkebunan.
“Khusus untuk aren di Kuwus dan Macang Pacar kita akan bikin kluster agar menjadi besar. Edi-weng akan menyediakan mesin pengolah aren menjadi gula aren yang bisa dijual di pusat pariwisata di Labuan Bajo,” tegasnya.
Dia juga akan mengupayakan sertifikasi legal gula aren agar menjadi brand gula lokal yang menjanjikan.
Untuk di Mbeliling dan sebagian wilayah di Lembor jelasnya, Paket Edi-Weng akan membentuk zonasi hortikultra, sayur dan buah-buahan agar bisa memasok ke sektor pariwisata.
“Bibit-bibit berupa durian dan produk-produk hortikultur kami akan sediakan dengan memungut dana CSR dari investor-investor pariwisata,” tandasnya.
Edi menambahkan, dengan sistem zonasi ini, Edi-Weng optimistis Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Mabar dari sektor pertanian, perkebunan dan peternakan akan mencapai Rp200 miliar per tahun.
“Kita berharap petani menjadi berjaya di atas tanah Mabar. Mabar Bangkit dan Mantap,” tambahnya.
Tanggapan DPRD
Klaim keberhasilan Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi di sektor pertanian masih diragukan oleh Wakil Ketua II DPRD setempat Marselinus Jeramun.
“Saya sedikit meragukan data yang disampaikan (Bupati Edi Endi),” ujar Jeramun.
Menurutnya, jika melihat kondisi eksisting masalah saat ini, di mana-mana dirinya mendengar jeritan petani soal gagal panen, kelangkaan pupuk, harga gabah pasca-panen dan sebagainya.
Menurut dia, sejauh ini beragam masalah tersebut belum diperkuat oleh regulasi yang kuat dari pemerintah daerah.
Data peningkatan hasil produksi pertanian, kata Jeramun, pasti saja meningkat secara kuantitatif saja. Kemudian, ada kaitan dengan adanya penambahan masyarakat yang bergerak di bidang pertanian.
“Bukan data kualitatif. Nah, saya kira ini yang harus dipertegas oleh pemerintah, wilayah mana saja yang mengalami peningkatan. Karena kalau dilihat di wilayah Lembor, wilayah Komodo, Boleng yang merupakan kantong-kantong pertanian sejauh ini masih menjadi soal terkait hasil pertanian,” tegas Politisi PAN itu.
Karena itu, Jeramun meminta Bupati Edi Endi untuk menyampaikan kondisi yang sesungguhnya kepada masyarakat.
Jeramun kemudian mengkritisi pertanian berbasis zonasi yang hingga tahun ketiga pemerintahan Edistasius Endi dan Yulianus Weng (Edi-Weng) belum menemukan kebijakan konkret terkait pertanian berbasis zonasi.
“Tentu sekali ini urusan tim teknisnya, tapi sebagai pemimpin sebagai Bupati, ya bupati punya otoritas untuk memaksa OPD teknis atau dinas teknis agar segera menjalankan pertanian berbasis zonasi tersebut,” katanya.
Menurut Jeramun, jika dibandingkan atau dikomparasikan dengan kondisi masyarakat Manggarai Barat ditemukan kesulitan yang luar biasa.
“Saya kira ada kesulitan yang luar biasa terutama untuk pelaku pedagang hasil-hasil pertanian untuk bisa menemukan di mana basis komunitas pertanian tersebut. Saya ambil contoh misalnya ketika orang mencari cengkih mencari kakao atau vanili tentu agak sulit bagi pembeli karena kita tidak punya pemetaan yang jelas,” ujar Jeramun yang juga Ketua DPD PAN Mabar itu.
Dia mengingatkan Bupati Edi Endi di tahun terakhir kepemimpinannya agar segera mengeluarkan kebijakan konkret terkait dengan pertanian berbasis zonasi tersebut.
Anggota DPRD Mabar lain, Inocentius Peni, mempertanyakan tindak lanjut dari janji kampanye Bupati dan Wakil Bupati Edistasius Endi dan Yulianus Weng (Edi-Weng) terkait pertanian berbasis zonasi.
Ia menilai pembangunan pertanian berbasis zonasi ala Edi-Weng masih sebatas jargon.
“Kira-kira bagaimana implementasi dari pembangunan pertanian berbasis zonasi yang ada sekarang ini, jadi itu masih sebatas jargon dan sampai sekarang masih belum kelihatan apa yang dilakukan secara masif untuk menunjukkan oh ini dia yang namanya pembangunan pertanian berbasis zonas,” ungkap Inocentius Peni dari Fraksi AIR kepada VoxNtt.com, Kamis (24/03/2022).
Ino, sapaan Inocentius, mengingatkan kepada pemerintahan Edi-Weng bahwa PDRB terbesar Manggarai Barat dari sektor pertanian. Karena itu, Paket Edi-Weng tidak boleh melupakan sektor pertanian yang merupakan basis.
“Karena itu mestinya keberpihakan pada pembangunan pertanian mesti diperkuat. Dan kita dulu berharap banyak pada Pemerintahan Edi Weng dengan pertanian berbasis Zonasi ini,” tegas Ino.
Ino menambahkan, saat ini masyarakat Manggarai Barat masih menunggu soal pemetaan wilayah pertanian berbasis zonasi.
“Kita sekarang ini menunggu hasil pemetaan mereka (pemerintah), komoditi mana basisnya ada di mana. Sampai sekarang kita belum tahu, bagaimana kita mengusulkan misalnya saya mengusulkan kepada pemerintah bahwa tolong pengadaan benih ini, benih itu sementara kita belum tahu berdasarkan hasil pemetaan mereka ini bagaimana. Ini kan kita masih tunggu,” tutup Ino.
Penulis: Sello Jome