Ruteng, Vox NTT- Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Ruteng Santu Agustinus mengadakan pelatihan pembuatan pakan fermentasi bagi warga Poco Leok yang menolak rencana pengembangan Geothermal Ulumbu, Sabtu (16/09/2023). Kegiatan ini dalam rangka Memperingati Dies Natalis 54 tahun PMKRI Ruteng.
Diketahui, pakan fermentasi merupakan pakan ternak yang telah melalui proses perubahan struktur kimia yang dibantu oleh enzim mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.
Ketua Presidium PMKRI Cabang Ruteng Santu Agustinus, Laurensius Lasa, mengatakan kegiatan ini merupakan wujud kepedulian organisasi kemahasiswaan Katolik tersebut untuk warga Poco Leok yang menolak rencana pengembangan Geothermal Ulumbu.
“Ini merupakan kepedulian dan inisiatif kami di PMKRI Cabang Ruteng untuk memberdayakan masyarakat adat Poco Leok di tengah penolakan mereka (warga) terhadap rencana Pemerintah Kabupaten Manggarai dalam mengembangkan Geothermal Ulumbu di Poco Leok,” jelas Laurensius kepada VoxNtt.com, Sabtu malam.
Selain itu, pria yang kerap disapa Loin itu menjelaskan, tujuan program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pembuatan pakan ternak fermentasi agar dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.
Ini juga untuk menunjang kestabilan ekonomi di tengah aktivitas penolakan warga terhadap rencana pengembangan Geothermal Ulumbu di Poco Leok.
Warga, kata dia, sempat mengeluh. Sebab, mereka harus melepas kesibukannya sehari-hari sebagai peternak karena menghabiskan waktunya untuk mengadang aparat kepolisian bersama PLN yang hendak ke wilayah itu.
“Atas dasar itu kami berinisiatif untuk melakukan pelatihan agar warga yang menolak geothermal memiliki kestabilan ekonomi dan tetap konsisten untuk mempertahankan hajat hidupnya di Poco Leok,” ujar Loin.
Loin juga mengungkapkan hasil advokasi PMKRI Ruteng terkait pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PLN berupa bantuan babi beberapa waktu lalu.
PMKRI menemukan bahwa CSR yang diberikan PLN hanya menyasar kepada warga yang setuju dengan perluasan Geothermal Ulumbu.
“Tentu ini menyimpang dari konsep keadilan dalam hidup bernegara. Sehingga kami pun hadir untuk memberdayakan warga Poco Leok yang menolak geothermal sesuai dengan potensi yang dimiliki warga,” pungkas Loin.
Katarina Emuk seorang ibu peternak babi yang menolak perluasan geothermal merasa senang dengan adanya inisiatif dari PMKRI Ruteng yang menggelar pelatihan pembuatan pakan ternak fermentasi.
“Emet neho dakun, senang keta laku (kalau menurut saya, saya sangat senang),” ucap Katarina.
Berdasarkan pengalamannya, selama ini ia baru mendapatkan uang sekitar empat sampai lima juta rupiah, ketika babi berumur satu atau dua tahun.
“Sehingga one mai kegiatan ho’o bao lami baen co’o caran pande pakang kut gelang dapat seng (sehingga dari kegiatan ini kami mendapat cara untuk membuat pakan babi supaya cepat mendapatkan uang). Jadi, terima kasih keta lami (Jadi, kami mengucapkan terima kasih),” katanya.
Sementara itu, warga lain Tadeus Sukardin menyampaikan bahwa dirinya tidak pernah menduga bakal mendapatkan pelatihan dari PMKRI.
“Kalau selama ini kan, kita selalu mengharapkan tim dari pemerintah untuk melakukan pelatihan-pelatihan seperti ini agar dapat memperbaiki perekonomian kami di sini, tapi sampai sekarang belum ada,” ungkap Tadeus.
Tadeus menambahkan, situasi Poco Leok saat ini sangat miris, di mana warga melepaskan pekerjaan pokoknya masing-masing. Sebab, mereka menghabiskan waktunya untuk mengadang pihak PLN yang hendak masuk ke wilayah itu. Sehingga kegiatan ini dapat mengurangi beban bagi warga ketika melakukan aktivitas penolakan terhadap pengembangan geothermal.
“Jujur saja, selama ini waktu kami terkuras hanya untuk menjaga pihak PLN agar tidak boleh masuk. Sehingga kami mengabaikan pekerjaan pokok kami masing-masing termasuk beternak. Justru, geliat hari ini akan membantu kami ketika ada hal-hal yang berkaitan dengan geothermal,” ungkap Tadeus.
Penulis: Igen Padur