Jakarta, Vox NTT- Stacia Alessandra Nau, guru SD Inpres Rata, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), ikut menjadi narasumber dalam diskusi publik bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tekologi Indonesia, Nadiem Makarim, Selasa (26/09/2023).
Diskusi dilakukan usai peluncuran buku berjudul ‘Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran’.
Dalam penyampaian materinya, Stacia menjelaskan soal penerapan Kurikulum Merdeka di sekolahnya dan juga proses pembelajaran melalui guru penggerak.
Stacia bercerita soal lost Learning siswa di sekolahnya ketika masa pandemi Covid-19 dan sesudahnya.
“Akses internet terbatas. Anak anak tidak mempunyai gadget. Kami melakukan sistem door to door bahkan sampai ke kebun,” kata Stacia.
“Menjadi tantangan bagi kami, kalau di sekolah kita sering bertemu. Ketika pandemi waktu hanya satu jam untuk bertemu dengan anak,” katanya.
Setelah pandemi berakhir, menurutnya, banyak anak yang sudah lupa literasi dan numerasi di sekolah.
“Ketika setelah pandemi, anak anak sudah lupa cara membaca itu menjadi dengan tantangan bagi kami,” jelasnya.
Setelah program kemitraan dengan Pemerintah Australia yakni Inovasi masuk ke sekolahnya, menurut Stacia, ada perubahan metode pembelajaran.
“Masuklah Inovasi ke sekolah. Kami diajarkan bagaimana cara mengajarkan siswa membaca, melakukan asesmen. Kami melakukan pembelajaran bagi siswa berdasarkan level. Kami melakukan pembelajaran yang sesuai dengan level kemampuan anak,” katanya.
Usai melakukan asesmen dan pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan menurutnya, ada kemudahan untuk melakukan pembelajaran.
Stacia juga bercerita soal penerapan Kurikulum Merdeka Belajar yang saat ini diterapkan oleh Kemenristekdikti.
“Tahun ini kami sudah melakukan Kurikulum Merdeka Belajar. Saat ini masih dalam proses pemeriksaan. Kami bersyukur karena kurikulum ini memberikan kebebasan bagi guru dan siswa sesuai dengan karakter,” katanya.
“Kami kolaborasi bersama komite dan kepala sekolah dan rekan guru. Kami mengadakan KKG mini di sekolah saling berbagi pengalaman dalam meningkatkan literasi dan numerasi di sekola,” tambahnya.
Menurut Stacia, melalui kurikulum ini, guru dan siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan sistem pembelajaran.
“Kalau sekarang lebih melihat kembuthan siswa dan karakteristik sekolah. Kurikulum saat ini kita diberikan kebebasan untuk memebrikan pemahaman kepada siswa”
“Anak-anak lebih senang dan lebih aktif. Karena sesuai dengan level kemampuan. Setelah kegiatan kami selalu sharing dan evaluasi kegiatan yang kami sudah dilakukan,” katanya.
Sementara itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim berpesan bahwa perubahan masif sedang terjadi.
“Kita sangat terkejut karena perubahan ini sangat cepat terjadi. Pesan saya untuk para guru keluarlah dari dalam kelas dan bicarakan pada guru-guru lain,” kata Nadiem.
Dia meminta agar guru tidak boleh putus asa dan kebingungan adalah hal yang normal.
“Semua guru pasti kebingungan dengan program guru penggerak. Didalam ruang kelas selalu percaya pada potebnsi anak. Guru hebat adalah guru yang punya kepercayaan pada setiap anak dalam ruang kelasnya bisa maju,” kata Nadiem.
Turut hadir sebagai narasumber, Syarwani Bupati Bulungan Provinsi Kalimantan Utara. Syarwani menjelaskan bahwa di Kabupaten Bulungan Tahun 2015 kemampuan membaca itu 60%.
“Keterampilan membaca dan Numersasi harus kita pastikan di kelas III itu sudah maksimal. Fokus kita seluruh anak anak di kelas III itu sudah punya keterampilan membaca. Saya meyakini keterampilan membaca di kelas III akan mampu mengantarkan anak anak ke jenjang selanjutnya. Kita harus pastikan literasi dan numerasi harus dilakukan. Sejak tahun 2017 kita sudah melakukan itu,” katanya.
Penulis: Ronis Natom