Kupang, Vox NTT- Kepala BSKAP Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Indonesia, Anindito Aditomo, mengapresiasi kemitraan Indonesia dan Australia dalam mewujudkan kemajuan pendidikan.
Terlebih melalui program Inovasi yang merupakan program kemitraan di sektor pendidikan dasar antara Indonesia dan Australia.
“Apresiasi bagi pemerintah Australia sudah mendukung pendidikan Indonesia sejak Tahun 2016,” ujar Anindito, saat acara peluncuran Buku “Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran, Selasa (26/09/2023) siang.
“Ini kemitraan yang paling bermanfaat bagi kita. Kami sangat berharap dukungan ini bisa dilanjutkan untuk tahun tahun selanjutnya,” tambah dia.
Diketahui, Buku “Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran, berisi dua tahun setelah pandemi. Buku ini merupakan studi Pusat Studi Kebijakan Kemendikbudristek dan Inovasi menemukan adanya indikasi pemulihan hasil belajar (learning recovery).
Studi yang dilakukan selama tiga tahun ini menemukan bahwa pembelajaran yang fokus pada kebutuhan siswa adalah faktor yang berkontribusi pada terjadinya learning recovery.
Metode utama yang digunakan meliputi asesmen diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, dan penerapan kurikulum adaptif yang menitikberatkan pada kemampuan dasar literasi dan numerasi serta kebutuhan tiap siswa.
Menariknya, praktik-praktik seperti ini ternyata selaras dengan karakteristik utama dari Kurikulum Merdeka.
Temuan tersebut dipublikasikan dalam buku “Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran” yang akan diluncurkan pada Selasa (26/9/2023) di Kemendikbudristek, Jakarta.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim mengatakan, waktu Covid-19 terjadi banyak kebijakan yang dilakukan itu dalam nama pemulihan. Kebijakan itu memang sudah lama ingin dilakukan.
“Walaupun Covid-19 punya dampak yang sangat buruk bagi learning lost. Saya mendapat mandat untuk menghentikan krisis itu,” jelasnya Nadiem.
Menurutnya, krisis pembelajaran bukan hanya karena pandemi saja. Sistem punya banyak sekali tantangan.
“Kurikulum ribetnya luar biasa. Fokusnya ke kejar tayang, peduli apa kalau anak itu tidak mengerti. Tantangan terbesar perubahan minset. Banyak orang bingung program guru penggerak. Kaderisasi pemimpin di mana-mana. Kita mengambil guru guru yang paling berani,” katanya.
“Nanti akan menjadi kepala sekolah dan pengawas. Ini program paling sulit tanpa ada bayaran tambahan,” tambah Menteri Nadiem.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Stephen Scott menjelaskan, pihaknya membantu sekolah dan siswa Indonesia untuk menghadapi masa depan pendidikan, itu merupakan inti dari kemitraan itu.
“Anda telah mendengar tentang program Inovasi saat ini yang fokus pada literasi dan numerasi, namun aspek lain dari dukungan pendidikan termasuk program Australia Awards yakni program beasiswa bagi Indonesia,” katanya.
Sisi lain, demikina Stephen, Pemerintahan Australia juga menyiapkan beasiswa bagi pelajar Indonesia dan membantu beberapa kampus di Indonesia.
“Alumni kami juga mendukung Kemitraan antara Indonesia dan Australia dan kami ada program baru diluncurkan awal tahun ini yaitu hubungan dalam keunggulan akademis dan penelitian antara kedua negara kami,” jelasnya.
Penulis: Ronis Natom