Oleh: Karolina Mutiara Gambur
Mahasiswi Semester 7 STIPAS St. Sirilus Ruteng
Persoalan pemahaman terhadap pebedaan keagamaan dan keyakinan selalu berdampak pada permusuhan, konflik, pembunuhan, dan peperangan. Seperti agama lainnya, Gereja Katolik selalu meneguhkan kehadiran dan komitmennya dalam kehidupan masyarakat.
Gereja melibatkan masyarakat tidak hanya dengan cara-cara amal (karitatif) tetapi juga dengan menunjukkan ketulusannya melalui pengajaran yang jelas, sudut pandang yang kuat, dan upaya keterlibatan yang tulus di tengah realitas hidup uamt beragama.
Keprihatinan Gereja terhadap keadaan dan masalah sosial direfleksikan dengan munculnya Ajaran Sosial Gereja.
Ajaran Sosial Gereja (ASG) merupakan jawaban Gereja terhadap permasalahan perjuangan kolektif banyak orang untuk memecahkan permasalahan perekonomian, sistem hukum, dan masyarakat nasional dan internasional.
Problem yang menarik dikaji saat ini adalah kurangnya komunikasi antar umat beragama sehingga menimbulkan kesalahpahaman di kalangan umat beragama.
Terkadang agama dianggap penting bagi sebagian orang, namun tidak menghargai agama atau keyakinan lain.
Di satu sisi umat beragama berdoa kepada Tuhannya, namun di sisi lain saling mengafirkan agama lainnya dan menciptakan permusuhan antara penganut agama dengan mengajarkan berbagai ajaran yang menyesatkan.
Sesungguhnya beragama tidak hanya menjamin hubungan antara manusia dengan Tuhan, tetapi juga keharmonisan dan kesejahteraan antarmanusia.
Konflik agama dapat diartikan sebagai suatu perdebatan yang melibatkan kegiatan damai atau kekerasan fisik yang berkaitan dengan nilai, tuntutan dan identitas serta melibatkan tema, slogan atau ekspresi keagamaan.
Bagi sebagian penganut agama dan keyakinan tertentu, perbedaan agama dan keyakinan dapat menimbulkan pertentangan ajaran antara satu agama dengan agama lainnya: Kristen dengan ajaran Kristennya, Islam dengan ajaran Islamnya, dan agama lain dengan ajarannya.
Konflik agama sering terjadi di negara-negara yang keberagaman agamanya tinggi, dan Indonesia adalah salah satunya.
Contoh konflik agama yang pernah terjadi di Indonesia yaitu Konflik Poso yang berlangsung dari Desember 1998, lalu berlanjut dua tahun kemudian, serta puncaknya berlangsung dari Mei hingga Juni 2000.
Konflik ini tidak hanya disebabkan oleh benturan ajaran yang berbeda, tetapi terdapat upaya penunggangan kepentingan politik.
Akar dari konflik Poso adalah perebutan kekuasaan antarelit politik lokal untuk memegang puncak pimpinan daerah.
Kepentingan politik telah memakan puluhan korban jiwa di Poso, akibatnya terjadi pembantaian dan konflik agama antara Muslim dan Kristen.
Konflik lain terjadi di negara kawasan Timur Tengah, Israel dan kelompok Hamas, Palestina. Kelompok Hamas menyerang Israel dengan melakukan pengeboman sebagai upaya merebut kembali tanah air warga Palestina dari penduduk Israel. Konflik ini memakan banyak korban jiwa baik yang tewas ataupun luka-luka.
Gema Ensiklik Fratteli Tutti
Melihat konflik antar umat beragama ini, bagaimana tanggapan Gereja Katolik? Paus Fransiskus menegaskan bahwa jalan perdamaian antaragama adalah mungkin.
Dalam ensikliknya Fratelli Tutti, Paus Fransiskus mengatakan bahwa agama itu melayani persaudaraan di dunia kita dan bahwa kebencian bukan disebabkan oleh agama namun oleh karena penafsiran yang salah terhadap teks-teks agama.
Ensiklik Fratteli Tutti sendiri terbagi atas delapan bab yang fokus membahas tentang persaudaraan dan persahabatan sosial.
Bab pertama menggambarkan dalam metafora awan hitam di atas dunia yang tertutup. Selain itu, Sri Paus mengapresiasi kemajuan teknologi sekaligus menyoroti fenomena kelam budaya globalisasi karena menghalangi perwujudan persaudaraan semesta.
Pada bab kedua Paus Fransiskus merefleksikan makna menjadi orang asing di jalanan.
Hal ini mengingatkan kita pada perumpamaan Orang Samaria yang Baik Hati; sebuah perumpamaan alkitabiah yang mendorong setiap orang untuk mengambil tanggung jawab untuk menciptakan masyarakat yang peduli.
Wajah Kristus selalu hadir dalam diri setiap orang yang terpinggirkan. Dalam bab ketiga Paus Fransiskus berbicara tentang dunia terbuka yang dapat dipikirkan dan dibentuk bersama.
Dengan kehangatan cinta kita harus meninggalkan individualisme agar keadilan dan perdamaian dapat ditegakkan serta memungkinkan terwujudnya visi persaudaraan universal. Bab keempat Paus Fransiskus menjelaskan tentang keterbukaan.
Bab kelima Paus Fransiskus merefleksikan tentang bentuk politik yang lebih baik. Bab keenam Paus Fransiskus mendorong kemajuan dialog dan persahabatan di masyarakat.
Pada bab ketujuh, Paus menguraikan jalan perjumpaan yang patut diperbarui di masa kini, khususnya melalui pengampunan.
Lebih jauh lagi, perdamaian sebagai rekonsiliasi dan negosiasi bertujuan untuk menciptakan masyarakat baru. Penciptaan masyarakat baru ini didasarkan pada saling melayani.
Ia kemudian membahas isu perang dan hukuman mati yang selalu mengancam jiwa. Perang menghilangkan hak asasi manusia dan menjadi serangan mematikan terhadap lingkungan dalam skala global. Hukuman mati menghancurkan hak untuk hidup pada tingkat individu.
Bab terakhir Paus Fransiskus mengajak semua agama untuk secara sistematis melayani persaudaraan dan persahabatan sosial di dunia.
Paus kembali mengutip dokumen persaudaraan manusia. Dia menyerukan dukungan global untuk melaksanakan perjanjian yang terkandung dalam pernyataannya dengan Syekh Ahmad al-Tayeb.
Fratteli Tutti dan Dialog
Berkaitan dengan konflik antarumat agama, bisa diselesaikan dengan banyak cara. Salah satu cara ialah dengan melakukan dialog antar umat beragama.
Dengan adanya ruang untuk berdialog, umat beriman dapat berkarya bersama demi kebaikan bersama dan penyejahteraan kaum-kaum miskin.
Dialog membantu manusia untuk bisa saling mendekatkan dan mengungkapkan diri, saling memandang dan mendengarkan, saling memahami dan mencoba mengenal satu sama lain untuk mencari titik temu bersama.
Dialog dapat membantu manusia atau individu agar terhindar dari radikalisme dan tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama dan Tuhan.
Sehubungan dengan dialog ini, Paus Fransiskus dalam ensikliknya hendak mengajak semua umat beriman agar berdialog dan terbuka terhadap sesama dalam perbedaan, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antar umat beragama.
Lebih lanjut Paus ingin menegaskan bahwa dialog antarumat beragama tidak semata-mata dilakukan atas diplomasi, kesopansantunan, atau toleransi, tetapi tujuan dialog adalah membangun persahabatan, perdamaian, harmoni dan berbagai nilai dan pengalaman moral dan spiritual dalam semangat kebenaran dan kasih.