Kupang, Vox NTT- Wakil Bupati Kupang Jerry Manafe meluruskan persoalan yang terjadi dalam tubuh Gereja GMIT Agape.
Dalam tayangan chanel YouTube Timor Ekpres dikutip VoxNtt.com pada Senin (13/11/2023) malam, Jerry menjelaskan, Gereja Agape bukan sesuatu yang baru baginya. Sejak kecil dirinya menjadi bagian dari Gereja Agape.
Kemudian, Jerry Manafe ditunjuk menjadi majelis dan mengabdi selama kurang lebih 28 tahun.
“Yayasan misi Agape memiliki tiga misi utama yakni bergerak di bidang keagamaan, pendidikan dan sosial,” jelasnya.
Jerry merinci, dari ketiga misi itu khusus keagamaan dibangunlah Gereja Agape.
Di bidang pendidikan didirikan Sekolah Hosana dan memberikan beasiswa, kemudian bidang sosial lainnya.
“Di pendidikan termasuk membantu anak-anak beasiswa untuk sekolah teologi,” kata dia.
Dia menjelaskan, awalnya hanya bernama Gereja Agape. Tetapi pada tahun 2005 menjadi Jemaat GMIT Agape.
“Karena kita sudah serahkan Gereja Agape menjadi di GMIT maka namanya menjadi Jemaat GMIT Agape,” ujar dia.
Terkait dengan kasusnya yang kurang lebih menetapkan 8 tersangka, Wakil Bupati Kupang itu menjelaskan para tersangka sebenarnya mempunyai niat yang baik, namun caranya yang keliru.
“Sehingga menimbulkan perbedaan pendapat dan timbullah masalah hukum,” ujarnya.
“Kita berproses sudah cukup lama. Dalam situasi ketidakcocokan ini kita sudah dimediasi oleh Sinode GMIT. Dipimpin langsung oleh Ketua GMIT Ibu Merry Kolimun bersama wakil. Tiga kali tidak dapat titik temu,” kata dia.
Karena tidak bisa dimediasi, menurut Jerry, Majelis Sinode GMIT membentuk tim hukum untuk melakukan kajian dan memberikan rekomendasi.
Setelah itu, Pendeta Yandi Manobe cs melaporkan dirinya ke polisi dengan tuduhan melakukan penggelapan uang Sekolah Hosana sebanyak 3 miliar lebih.
“Mereka melaporkan saya karena penggelapan uang sekolah. Uang sekolah itu memang saya pegang karena saya masih Ketua Yayasan Misi Agape,” kata Jerry.
Jerry beralasan dipegangnya uang Sekolah Hosana itu karena belum ada pergantian kepengurusan secara resmi.
“Memang betul saya jadi Ketua sejak Tahun 2004 tapi sampai saat ini belum dilakukan rapat Anggota Lengkap untuk menggantikan,” katanya.
“Jadi, bukan saya yang mau pegang itu uang. Saya sendiri tidak mau juga. Saya mau serahkan tapi saya mau serahkan ke siapa. Ini yang menjadi beban saya,” sambung dia menegaskan.
Selanjutnya, kata dia, pada 20 Maret 2022 dirinya mendapat undangan untuk menghadiri sidang istimewa di bawah tahta Gereja GMIT.
Sidang itu, dibuka oleh Pendeta Paul Dima dan kemudian dipimpin oleh Pendeta Yandi Manobe untuk membahas dua agenda penting yaitu rencana pembangunam gereja dan menyepakati hal-hal legalitas gereja.
Menurut Jerry Manafe untuk pengurusan sertifikat bermasalah. Atas kesepakatan dibuat sertifikat atas nama Yayasan Misi Agape.
“Tapi dalam perjalanan sertifikat itu beralih nama jadi Yayasan Hosana Agape dan mengambil alih pembangunan gereja. Saya tidak bia serahkan uang ke Yayasan Hosana Agape karena sekolah ini dibawah Yayasan Misi Agape,” kata Jerry.
“Kalau saya serahkan ke Hosana Agape berarti saya salah karena ini sekolah di bawah Misi Agape,” tambahnya.
Menurutnya, usai miskomunikasi muncul tudingan kepadanya yakni melakukan penggelapan uang sekolah.
Padahal, kata dia, uang tersebut disimpan di BRI atas nama sekolah. Namun karena belum ada izin operasional.
“Dari BRI kena teguran OJK maka saya pindahkan ke Bank NTT. Bank NTT salah satu mitra pemda,” katanya.
“Saya pindahkan ke Bank NTT maka di situ saya penjamin maka atas nama Jerry Manafe Hosana. Uang ini masih ada masih aktif dan beserta bunganya masih ada,” ujar Jerry.
Dia menyebut jika kesalahpahaman itu muncul karena tudingan menggelapkan uang sekolah kepadanya.
“Salah paham di sini karena mereka kira saya pegang uang itu,” bebernya.
Sebelumnya diberitakan jika masalah ini akan menuju titik terang. Sebab Jerry Manafe sendiri membuka ruang untuk melakukan perdamaian.
Penulis: Ronis Natom