Kupang, Vox NTT- Setiap gembala umat dalam ajaran Kristen, entah Katolik maupun Protestan, melayani umat dalam urusan iman adalah sebuah pengharapan yang besar. Itu mutlak.
Pendeta maupun pastor berusaha agar selalu dekat dengan umat, memimpin ibadah di Gereja pun demikian dengan urusan gerejawi lain yang harus mereka kerjakan.
Itu merupakan bentuk tanggung jawab terhadap panggilan yang sudah diemban. Tidak ada tawar menawar.
Ada banyak kisah soal gembala umat yang mengambil jalan tertentu dengan membuat pola yang khas agar bisa dekat dan selalu ada bersama dengan umat.
Ada beberapa pastor maupun pendeta yang memilih bertugas dan bekerja di pedalaman kampung. Di pelosok yang masih jauh dari pembangunan.
Mereka gigih melayani yang sakit menyembuhkan kua batin umat dan membagikan firman Tuhan.
Salah satu yang menarik adalah kisah Pendeta Charles Ronald Damaledo. Awalnya, Pendeta Charles enggan membuka diri soal pekerjaan sampingannya yang merupakan driver mobil online di Kota Kupang.
Selang beberapa lama kemudian, dirinya memilih untuk bercerita soal tugas penggembalaan dan juga pekerjaannya.
Pendeta Charles tinggal di Perumnas, Kelurahan Oebobo, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.
Kini sebagai pendeta, dirinya menamatkan Sekolah Dasar Inpres Tiga Kupang, lalu melanjutkan studi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kota Kupang.
Setelah menyelesaikan pendidikan SMP, Pendeta Charles melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Kota Kupang.
Setelah tamat SMA, dirinya melanjutkan pendidikan di Kota Solo. Dia menyelesaikan pendidikan D II selama dua tahun di sana.
Kemudian, dirinya mengambil praktik selama kurang lebih lima tahun dan melanjutkan pendidikan D III dan menyelesaikan pendidikan sarjana pada tahun 2016.
Setelah itu, dia melakukan pelayanan. Pada tahun 2010, Pendeta Charles menikah dengan istrinya yang berasal dari Makassar.
Baginya, kisah itu tidak semenarik pendeta atau gembala umat lain yang lebih fokus pada urusan pelayanan bagi sesama.
Meskipun begitu, Pendeta Charles tak ragu membuka soal pekerjaan pelayanan dan juga aktivitasnya sebagai driver online.
“Kalau dari yayasan, saya pelayanan di yayasan mereka mengizinkan untuk mengambil panggilan di luar. Diberi kesempatan. Waktu pelayanan, untuk jemaat juga masih banyak yang free,” ujar Pendeta Charles, membuka dialog, Rabu (15/11/2023) siang.
Sejak tahun 2018, Pendeta Charles merupakan salah satu driver mobil online di Kupang. Setiap hari selain menyibukkan diri dengan urusan Gereja, dia juga mengambil job sampingan mengantarkan penumpang.
“Banyak kegiatan di Gereja itu kan di hari Sabtu atau Minggu,” katanya.
Salah satu alasan yang paling menarik yang diucapkan oleh Pendeta Charles adalah soal kedekatan dengan umat.
“Yang paling penting adalah kenapa saya ambil kerja sampingan jadi Grab, itu karena saya ingin lebih dekat dengan umat,” ujarnya.
Pendeta Charles mengatakan, saat mengantarkan penumpang, dia bertemu dan berinteraksi dengan berbagai masyarakat dengan latar belakang yang berbeda.
“Di mobil ini banyak orang yang bermasalah sebenarnya. Mereka tiba tiba bercerita soal masalah yang dihadapi, apalagi jika mereka sudah tahu gelar saya di belakang nama,” jelasnya.
Setelah mengetahui jika dirinya adalah seorang pendeta, sebagian penumpang yang beragama Kristen, cerita Pendeta Charles, mulai membuka diri dengan masalah yang mereka hadapi.
“Mereka punya sakit atau masalah, jadi saya bisa mengisi mereka dengan firman. Justru banyak orang diberkati,” katanya.
Tidak jarang, Pendeta Charles berjumpa dengan penumpang yang memakai jasanya sedang mengalami sakit.
“Justru banyak orang sakit yang saya kasih gratis. Malah saya minta boleh didoakan atau tidak. Lalu saat mereka mau bayar saya bilang tidak usah saja, mereka protes dapat untung dari mana,” katanya.
“Saya bilang tidak usah pikir saya dapat untung dari mana,” tambahnya.
Memutuskan untuk tidak meminta bayaran bagi penumpang yang sakit atau yang sudah meminta doa, bagi Pendeta Charles merupakan penyebaran kasih dan, paling tidak berkat akan diberikan oleh Tuhan kemudian.
“Ada saja berkat Tuhan. Yang jadi kesukaan saya itu, kalau di gereja kan hanya ketemu dengan majelis atau orang-orang itu saja,” katanya.
“Kalau di mobil saya bisa bertemu siapa saja, dari orang yang paling penting sampai orang yang tidak penting sekalipun dalam ukuran masyarakat kita,” ujarnya.
Pendeta Charles, menikah dengan istrinya Hilda Jonyi, 13 tahun silam. Mereka dikaruniai oleh dua orang anak perempuan, kembar.
Istri Pendeta Charles, Hilda mengaku sangat bangga dengan suaminya.
“Sebagai istri pendeta saya sangat bangga punya suami yang mau melayani Tuhan. Dia juga orang kerja. Sebagai driver online bagi saya itu tidak apa-apa,” katanya, Rabu.
Menurut Hilda, selain suaminya sebagai gembala umat atau Pendeta di Yayasan Api Karunia dan C3, dia adalah seorang suami dan juga kepala rumah tangga.
Hal itu, menuntutnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, apalagi sudah dikaruniai dua orang anak, Sharen dan Sharon. ‘
“Di samping sebagai pendeta, dia juga kan harus memenuhi kebutuhan keluarga,” katanya.
Hilda, mengaku tidak hanya senang tapi juga sangat bangga dengan pekerjaan sampingan suaminya.
Bagi Hilda, suami yang menikahinya 13 tahun yang lalu itu, merupakan sosok laki-laki pekerja keras.
“Saya senang, karena sambil Grab online dia juga sambil diskusi tentang firman Tuhan di dalam mobil dengan penumpang,” ujarnya.
“Ketemu dengan orang-orang setiap hari apa pun status sosial mereka, dia bisa melayani,” tambahnya.
Memilih jadi driver online, mengantar penumpang dan juga menyebarkan firman Tuhan adalah pilihan Pendeta Charles.
Meskipun sibuk dengan urusan gembala umat di Gereja, dia tidak serta merta melupakan pekerjaannya dan juga penyebaran aksi dan firman Tuhan dengan jalan yang juga tidak mudah.
Bayangkan, Pendeta Charles mengantarkan penumpang sekaligus memberikan penguatan dan doa juga penyebarluasan firman Tuhan.
Kisah Pendeta Charles barangkali bisa luput dari banyak perhatian, atau sebagian orang tidak melihatnya sebagai sebuah pelajaran penting. Akan tetapi, pekerjaan pelayanan adalah tugas mulia.
Mengimbanginya dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap panggilan adalah harapan yang bisa saja, luput dari ingatan banyak orang.
Kerendahan hati, kerelaan untuk bekerja dengan tulus ikhlas melayani adalah sebuah pembelajaran yang paling berharga.
Apalagi jika pelajaran-pelajaran soal misi kemanusian seperti ini dibagikan atau bahkan disebarluaskan bagi banyak orang.
Jika, menyebarkan firman Tuhan, kasih dan ketulusan di Gereja hanya dinikmati oleh beberapa orang, kasih seharusnya bisa mengambil jalan lain, agar bisa sampai ke hati orang yang sedang bermasalah secara iman.
Pendeta Charles adalah sebuah pembelajaran dan juga bahasa kasih yang paling baik.
Kota Kupang adalah kota Kasih, banyak kasih sayang yang selama ini mulai hilang seiring perkembangan zaman, maka, kita harus mulai merawatnya.
“Manusia seperti apa yang diharapkan, tentunya yang berintegritas dan itu hanya mungkin dibina melalui pendidikan.” (Fransiscus Go, Media Indonesia 9 Mei 2023).
Penulis: Ronis Natom