Ruteng, Vox NTT- Masyarakat Desa Wae Ri’i, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengaku kecewa dengan kebijakan pelayanan Perumda Tirta Komodo Unit Poka lantaran diduga melakukan diskriminasi pelayanan dan pembayaran air bagi pelanggan.
Menurut warga, terdapat tujuh rumah pelanggan Perumda Tirta Komodo yang mendapatkan perlakuan istimewa. Perlakuan istimewa yang dimaksudkan berupa tidak ada pemasangan meteran air di tujuh rumah, sehingga berdampak pada tidak adanya pembayaran air bulanan.
Ironisnya, pemberlakuan khusus tersebut bukan saja terjadi pada satu atau dua bulan saja melainkan berlaku sejak pihak PDAM mulai beroperasi di sana yakni tahun 2019. Sampai sekarang, mereka masih bebas biaya bulanan tanpa ada pungutan seperti pelanggan lain.
Informasi yang diperoleh VoxNtt.com, salah satu dari ketujuh pelanggan PDAM yang sambung air secara langsung dan tidak membayar iuran wajib bulanan adalah Kepala Desa Wae Ri’i, Kristian Apul.
Menurut warga, kebijakan pembayaran air secara khusus kepada tujuh pelanggan itu merupakan bentuk permainan pihak Perumda Tirta Komodo. Hal itu disebabkan karena pemberlakuannya sudah sejak tahun 2019 sampai sekarang.
Tidak hanya itu, warga yang enggan dimediakan identitasnya itu merasa sangat kecewa dengan sistem pelayanan dari pihak Perumda Tirta Komodo karena peraturanya hanya tajam kepada masyarakat tertentu dan tumpul kepada masyarakat yang lain.
Warga yang terdiri dari 43 pelanggan itu pun melakukan aksi mogok bayar lantaran tidak terima dengan pelayanan PDAM yang dinilai pilih kasih dalam pemberlakuan dan penerapan aturan seputar air minum bersih.
“Kenapa yang tujuh pelanggan ini dibiarkan sambung langsung tanpa menggunakan meteran. Apakah mereka ini sengaja diistimewakan dari pihak perusahaan, sehingga sambungan langsung dibiarkan secara terus menerus,” tuturnya kepada media ini.
Keluhan yang sama disampaikan Gregorius Amal, salah satu pelanggan Perumda Tirta Komodo yang beralamat di Wade, Desa Wae Ri’i.
Ia mengaku, dirinya bersama 43 warga pelanggan Perumda Tirta Komodo lainnya melakukan aksi mogok bayar air sebagai bentuk protes terhadap kebijakan perusahaan itu.
“Saya merasa kecewa terkait pelayanan PDAM Tirta Komodo yang tidak adil dan tebang pilih, alasan saya tidak membayar selama ini karena banyak juga yang sambung langsung dari pipa tanpa pakai meteran, tetapi PDAM membiarkan itu. Buktinya hingga hari ini tidak ada tindakan,” ujar Gregorius pada Selasa, (21/11/2023).
Menanggapi berbagai keluhan dan tuduhan miring pelanggan itu, VoxNtt.com mendatangi langsung perusahaan yang beralamat di sebelah timur Gereja Katedral Ruteng itu.
Pihak perusahaan melalui Kabag Humas Lidia G. Dosi mengaku bahwa pencabutan meteran kepada 43 pelanggan itu dilakukan karena tidak melakukan pembayaran iuran bulanan selama ini.
Sementara, terkait adanya kebijakan istimewa kepada tujuh pelanggan PDAM, dirinya menyarankan untuk meminta klarifikasi kepala satuan pengawas interen (SPI).
“Kalau bisa ketemu langsung dengan Pak Flori sebagai SPI karena saya tidak tau persis persoalan 7 orang itu,” tutupnya.
Atas saran tersebut, VoxNtt.com mencoba menghubungi yang bersangkutan melalui pesan singkat WhatsApp. Namun hingga berita ini diturunkan yang bersangkutan belum kunjung memberikan klarifikasi.
VoxNtt.com juga telah berupaya menghubungi Kepala Desa Wae Ri’i Kristian Apul, salah satu dari 7 pelanggan yang tidak membayar air PDAM untuk dimintai alasan di balik langkahnya.
Namun, Kades Apul tidak menjabarkan secara detail alasannya karena masih harus berkonsentrasi pada kegiatan yang sedang diikutinya.
“Saya masih mengikuti kegiatan di Hotel Revayah. Sehingga belum bisa memberikan keterangan secara detail tentang itu,” ujarnya kepada VoxNtt.com, Rabu (22/11/2023).
Penulis: Igen Padur