Oleh: Frido Umrisu Raebesi
Jurnalis VoxNtt.com di Malaka
Timor Leste adalah sebuah negara pulau di Asia Tenggara. Negara yang berada di sebelah utara Australia dan bagian timur Pulau Timor itu sudah secara resmi bernama Republik Demokratik Timor-Leste.
Sebelum merdeka dari Indonesia, namanya Timor Timur.
Di Timor Leste juga ada korps kepolisian sama seperti di negara lainnya. Polisi Timor Leste bernama Policia Nacional de Timor Leste (PNTL).
PNTL adalah kepolisian nasional di yang bertanggun jawab atas keamanan dalam negeri dan di bawah Kementerian Dalam Negeri.
Pada pemerintahan sebelumnya, PNTL di bawah Kementerian Pertahanan dan Keamanan khususnya Sekretariat Negara urusan Keamanan.
Berbicara mengenai PNTL atau polisi Timor Leste, ada pengalaman menarik kami para jurnalis asal Indonesia (Malaka NTT) bersama mereka.
Dari Indonesia (Malaka) ke Timor Leste (Maliana)
Kami berangkat dari Kabupaten Malaka tepat pukul 07.00 Wita, Rabu, 15 November 2023. Jalur yang kami tempuh adalah pintu batas Motaain di Kabupaten Belu.
Kami tiba di PLBN Motaain kurang lebih jam 9 pagi. Di sana, banyak menyita waktu guna mengurus administrasi untuk berkunjung ke Maliana Timor Leste selama dua hari.
Maklum agak lama karena Republik Indonesia adalah negara administrasi. Kami ke Maliana difasilitas oleh Pemkab Malaka untuk mengikuti Festival Frontrera Interkambiun Kultura Ba Hametin Rekonsiliasaon di Bobonaro Maliana. Peserta 70 orang lebih termasuk kami para jurnalis ada 4 orang.
Singkat cerita, kami tiba di Maliana sekitar pukul 15.00 waktu Timor Leste. Ada homestay yang sudah disiapkan pemerintah Timor Leste khusus jurnalis dari Kabupaten Malaka.
Semuanya gratis, dari penginapan hingga makan minum selama dua hari ditanggung penuh oleh pemerintah Timor Leste.
Dua Polisi Timor Leste Baik Hati
Menariknya, ada dua personel polisi yang ditugaskan menjaga kami selama kegiatan berlangsung. Mereka berdua bernama Nelvio Soares dan Martinho Pereira.
Dua personel PNTL ini juga kami mulai dari penginapan, makan minum hingga pengawalan di tempat kegiatan. Dikawal seperti pejabat besar. Hal inilah yang memantik rasa kagum kami beberapa jurnalis dan sopir rental dari Malaka.
“Di Malaka orang tidak anggap kita, tapi di Timor Leste polisi kawal kita 24 jam seperti pejabat besar,” kata seorang sopir travel bernama Albinus disambut tawa dari kami para jurnalis.
Menurut dua orang polisi yang mengawal kami, mereka diperintahkan khusus menjaga keselamatan dan kenyamanan kami selama berada di Timor Leste.
“Ini perintah negara dan kami siaga 1 untuk ini. Kami dipastikan untuk jaga kaka mereka selama berada di Timor Leste. Kalian itu tamu negara yang harus dilayani,” ungkap salah satu polisi yang kelihatan lebih senior dibandingkan dengan temannya.
Hebatnya, mereka tidak tidur saat kami tidur pulas menghilangkan lelah seharian penuh. Dengan setia, mereka bergantian menjaga kami. Salut dan luar biasa bapak polisi berdua.
Sedikit pengalaman berkesan bersama dua polisi Timor Leste ini.
Satu kata yang perlu diapresiasi adalah bertanggung jawab dan rendah hati untuk kedua polisi Timor Leste ini.
Bagaimana tidak, segala kesulitan di Timor Leste dapat diatasi oleh dua personel PNTL ini.
Pengalaman pertama adalah soal BBM untuk tiga mobil rental yang disewa pemerintah khusus untuk kami jurnalis asal Indonesia (Malaka).
Informasi yang kami peroleh, pemerintah Timor Leste hanya memfasilitasi mobil milik Pemerintah Kabupaten Malaka. Khusus yang berplat merah (mobil dinas) yang difasilitasi BBM oleh panitia.
Mendengar hal itu, para sopir rental sedikit risau. Pasalnya, persediaan bahan bakar di tangki mobil mereka sudah menipis.
Sesuai kesepakatan dengan Pemkab Malaka, mereka hanya dibayar untuk antar dan jemput di Maliana.
Tapi ternyata, situasi dan keadaan berubah setelah tiba di Maliana. Mereka akhirnya menginap bersama kami sampai habis kegiatan (15 – 17 November 2023).
Rupanya kerisauan mereka dimengerti oleh dua personel PNTL yang menjaga kami tersebut.
“Saya upayakan kupon minyak untuk kaka bertiga. Ini wajib ditanggung penuh oleh Timor Leste. Mobil rental tapi disewa oleh pemerintah. Harus dapat kupon untk isi minyak gratis,” ungkap Martino Pereira, PNTL.
Setelah itu, dia langsung menelepon panitia Festival Frontrera yang mengurus BBM untuk para tamu. Dalam percakapannya, dia meminta agar tiga mobil yang dikawalnya juga mendapat kupon BBM.
Puji Tuhan. Sorenya 3 mobil itu mendapatkan kupon dan langsung mengisi bahan bakar gratis.
Mobil Kami Mogok
Tak terasa, tiga hari berlalu. Kami akhirnya harus pamit pulang ke Malaka. Namun nasib nahas menimpa kami dan para sopir travel. Mobil jenis Avansa yang kami tumpangi rusak berat.
Tali kipasnya putus. Sialnya, semua bengkel mobil di Maliana tidak menyediakan suku cadangnya.
Lagi – lagi polisi dua orang yang setia bersama kami menjalankan perannya sebagai pengawal tamu negara. Mereka berdua naik – turun mencari suku cadang mobil tersebut. Dua kali tali kipas yang dibeli putus lagi saat dicoba.
Semua rombongan dari Malaka sudah bergerak menuju pintu batas sejak pukul 8.00 waktu Timor Leste. Sedangkan di waktu yang sama, kami masih berusaha mencocokkan tali kipas milik mobil merk lain yang dimodifikasi. Kami hampir putus asa. Menurut warga setempat, toko bengkel di Maliana tidak lengkap.
“Kami biasa belanja di Atambua (Indonesia),” kata salah satu warga Maliana.
Namun berkat kesabaran dan keuletan para sopir dibantu dua orang polisi Timor Leste tadi, mesin mobil akhirnya hidup kembali dengan dimodifikasi oleh mekanik dadakan sopir Kadis Pariwisata Malaka.
Kami akhirnya keluar dari Maliana dengan langkah yang kurang yakin. Namun tetap juga tiba dengan selamat sampai Malaka.
Terima kasih PNTL yang sudah memberikan pelayanan terbaik saat kami berada di Maliana.
Terima kasih atas kebaikan hati yang diberikan kepada kami. Dari kalian kami belajar saling menghargai dan mencintai sesama kami.
Kalian adalah sosok polisi teladan untuk Indonesia dan Timor Leste. Semoga kita dapat bertemu lagi, diskusi bersama karena kita adalah saudara satu daratan, hanya berbeda negara.
Dua personel PNTL berpose mengapit para jurnalis dari Kabupaten Malaka