Kota Kupang, Vox NTT-Wakil Ketua Komisi XV Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPR RI) Emanuel Melkhiades Laka Lena atau Melki Laka Lena mengklaim jika program beternak nyamuk Wolbachia sudah teruji secara ilmiah.
Menurut Melki, program ini sudah sejak lama berjalan dan diterapkan di Yogjakarta.
“Saya sudah pergi lihat langsung dan tangan saya diuji coba gigit nyamuk sebanyak puluhan,” kata Melki di Neo Aston Kupang, Rabu (29/11/2023).
Dikatakan Melki, usai uji coba digigit nyamuk itu, dirinya secara fisik tidak merasakan apa-apa.
Sebelumnya, program ini mendapat penolakan karena menggunakan metode penyebaran bibit nyamuk ke perkampungan warga.
Melki menyebut berdasarkan penjelasan Menkes melalui pola beternak nyamuk Wolbachia.
Disebutkan bahwa program ini pertama kali ditemukan di Australia.
“Sudah dijalankan pertama kali di Yogyakarta kurang lebih 10 Tahun. Metode ini di mana mereka menyuntikan suatu zat kepada nyamuk membuat nyamuk betina menghasilkan telur yang tidak mengandung penyebab Demam berdarah,” kata Melky.
“Lama kelamaan sel penyebab DBD itu akan mati. Di dunia serangga ada juga di serangga lain. Metode ini bisa dipakai untuk menekan demam berdarah. Metodenya memperbanyak nyamuk supaya nyamuk yang ada di satu wilayah itu tidak mengandung DBD,” papar Melki.
Menurutnya, Menkes menjelaskan bahwa program ini sudah cukup berjalan.
“Di Kota Kupang ini dibawah pengawasan langsung Kemenkes. Ini program kan melengkapi program yang sudah ada untuk mengatasi penyebaran DBD. Ada program 3 M, Kelambu, dan lain-lain,” tambah Melki.
Sebagai DPR, kata Melki, program ini setuju untuk berjalan.
“Sejauh ini tidak ada bukti yang cukup kuat bahwa program ini bermasalah. Sudah di uji di UGM pakai metode yang tidak keliru,” katanya.
Mengenai penolakan masyarakat, Melki menyebut bahwa harus Perkuat sosialisasi dan komunikasi publik.
“Saya jamin ini program bagus yah karena saya sudah coba digigit nyamuk itu. Tidak terjadi apa. Ini program sudah diuji secara ilmiah oleh UGM dan di Jogja. Membuat penyakit DBD turun dan secara ekonomi juga tidak membutuhkan anggaran yang banyak,” ujarnya.
“Pemerintah juta tidak akan memberikan program yang buruk bagi masyarakat,” tukasnya.
Penulis: Ronis Natom