Oleh: Maria Rozari Wulandari Jebarut
Kelabu
Malam kelam berteman sunyi,
Senyum tuan tak terpancar lagi.
Baju lusu menjadi bukti derita
Seakan teriakan tangis terpancar.
Pelukan hujan tak terasa menyiksa
Dingin seakan tak mempan.
Tapi pandangan jijik
Menghiasi wajah mereka yang memandang. Seakan menusuk kalbu.
Tuhan ooo Tuhan serendah inikah hambamu?
Mengapa dunia kejam kepada pelacur?
Apakah aku ini.
Dipandang sebagai bunga layu di pinggir jalan?
Langka-langkah kecil, seakan mencari jalan pulang.
Tangis jatuh, merintih pengampunan.
Seakan berharap warna hidup tak lagi hitam.
Ruteng, 28 Februari 2024