Oleh: Mateus Karmilus
Mahasiswa STIPAS St. Sirilus Ruteng
Keberagaman bangsa Indonesia adalah takdir. Sebuah pemberian Sang Pencipta untuk diterima dan tak perlu ditawar (taken for granted).
Sepaket anugrah bagi negri yang keindahan alamnya luar biasa. Syekh Mahmud Syaltut, Rektor Universitas Al Azhar mesir pada 1958-1963, saat mengunjungi Indonesia spontan berucap, “Indonesia adalah serpihan potongan surga yang diturunkan oleh Allah di bumi.”
Sulit dimungkiri, Indonesia memiliki keragaman budaya, bahasa daerah, adat istiadat, maupun agama yang hampir tidak tertandingi negara-negara di dunia.
Menurut Badan Pusat Stastistik (BPS) pada tahun 2013, suku dan sub susku di Indonesia berjumlah 1.331 secara keseluruhan atau 633 jika dikelompokan berdasarkan suku besar. Masin-masing mempunyai bahasa dan adat istiadat yang berbeda.
Badan Bahasa pada 2017 memverifikasi adanya 652 bahasa daerah di Indonesia , tidak termasuk dialek dan sub-dialeknya.
Kemudian terdapat enam agama yang paling banyak dipeluki oleh masyarakat Indonesia, di luar agama-agama lain dan ratusan aliran kepercayaan yang dihayati komunitas di berbagai daerah.
Di belahan dunia, konflik beragama masih menjadi masalah yang serius. Sikap intoleransi, ketegangan antara agama, dan kekerasan sering kali mengakibatkan perpecahan dan penderitaan bagi masyarakat yang terlibat.
Di tengah dinamika sosial dan politik yang kompleks, penting memperkauat nilai-nilai toleransi, kerukunan, dan moderasi beragama.
Moderasi beragama mengajak individu untuk memahami dan menghargai perbedaan keyakinan, serta berupaya untuk membangun hubungan yang harmonis antarumat beragama.
Dalam membangun hubungan yang harmonis, seimbang, dan terkendali dalam menjalankan keyakinan dan praktik keagaman, serta berinteraksi dengan individu atau kelompok dengan keyakinan berbeda, Kementerian Agama Kabupaten Manggarai Timur bersama rombongan DWP, Penyulu Lintas Agama, Stipas St. Sirilus Ruteng, OMK, Guru-guru, dan Siswa MAN Manggarai Timur mengadakan kegiatan penanaman pohon Ekomoderasi.
Kegiatan ini berlansung pada Sabtu, 8 Mei 2024 di Pantai Nanga Telage-Pota, Kecamatan Sambi Rampas.
Pendekatan penanaman pohon dalam konteks moderasi beragama ini merupakan langkah yang cerdas dan berkesan.
Selain memberikan manfaat ekologis yang jelas, seperti mengurangi polusi dan meningkatkan kualitas udara, penanaman pohon ini juga memiliki makna simbolis yang mendalam dalam memeperkuat toleransi dan kerukunan antara umat beragama.
Melalui kegiatan ini, masyarakat diajak untuk bersatu dalam melestarikan lingkungan sambil memupuk sikap saling menghormati dan memahami perbedaan keyakinan.
Jadi, kata Moderasi tidak hanya disebut namun harus mampu menerapkannya dalam kehidupan bersama. Dengan demikin, penanaman pohon ekomoderasi ini bukan hanya sekedar aksi ekologis, tetapi juga wujud nyata dari semangat kebersamaan dan toleransi antara umat beragama.
Pentingnya Moderasi Beragama
Moderasi beragama memainkan peran penting dalam membangun kerukunan antara umat beragama. Dengan menghargai perbedaan keyakinan dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, masyarakat dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa adanya konflik agama.
Ketika individu atau kelompok menganut sikap ekstrimis dalam agama mereka, hal ini dapat mengarah pada konflik, kekerasan, dan ketidak harmonisan di masyarakat.
Moderasi beragama membantu mencegah penyebaran idiologi radikal dan memperomosikan dialog damai sebagai cara untuk menyelesaikan perbedaan.
Moderasi beragama dapat memungkinkan individu untuk menjalani keyakinan agama mereka dengan penuh kebebasan, sambil tetap menghormati hak-hak dan keyakinan orang lain.
Ini membentuk identitas agama yang inklusif dan tolaran, yang menghargai keberagaman dan merangkul persatuan dalam perbedaan.
Moderasi beragama juga dapat mendorong keterlibatan aktif dalam upaya pembangunan berkelanjutan, seperti penanaman pohon untuk menjaga lingkungan hidup.
Ini membawa pesan bahwa nilai-nilai agama juga mencakup tanggung jawab untuk menjaga alam semesta dan memberi manfaat bagi seluruh umat manusia.
Simbolisme Pohon, Konteks Moderasi Beragama
Dalam banyak budaya dan agama, pohon seringkali dianggap sebagai simbol kehidupan dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dengan demikian, penanaman pohon tidak hanya melambangkan pewartaan terhadap alam, tetapi juga mewakili harapan akan kemajuan dan kedamaian dalam masyarakat yang beragam.
Simbol pohon dalam kontek moderasi beragama dapat dipahami sebagai berikut: pertama, akar yang menyatu dalam keseimbangan: konsep akar yang menyatu di bawah tanah menggambarkan hubungan yang dalam antar berbagai agama dan kepercayaan.
Meskipun mungkin berasal dari tradisi dan kepercayaan yang berbeda, akar-akar ini bersatu untuk mencapai fondasi yang kokoh bagi toleransi dan harmoni.
Kedua, cabang-cabang yang berbeda namun bersama-sama: seperti cabang-cabang yang bercabang dari batang pohon yang sama, berbagai agama dan kepercayaan dapat hidup berdampingan dalam keragaman.
Pohon sebagai simbol mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan dan membnangun hubungan yang saling mendukung diantara berbagai kelompok agama.
Ketiga, daun yang berbeda-beda namun tetap bernapas bersama: setiap agama memiliki ajaran dan tradisi yang unik, seperti daun-daun yang berbeda pada pohn yang sama.
Namun, semua masyarakat beragama benapas dengan udara yang sama, yang melambangkan kehidupan dan keterkaitan yang unuversal diantara semua manusia.
Dan keempat, pohon sebagai tempat perdamaian dan pertemuan: dalam banyak tradisi, pohon dianggap sebagai tempat perdamaian dan pertemuan.
Penanaman pohon sebagai bagian dari upaya moderasi beragama dapat menciptakan ruang fisik yang aman dan netral, di mana dialog antara umat beragama dapat terjadi tanpa ketakutan atau prasangka.
Jadi dengan memahami dan menghargai simbolisme pohon dalam konteks moderasi beragama, masyarakat dapat merangkul nilai-nilai toleransi dan harmoni yan esensial untuk membangun dunia yang lebih damai dan berkelanjutan.
Manfaat Penanaman Pohon
Penaman pohon ini memberikan manfata lebih bagi lingkungan diantarnya adalah: Pertama, langkah nyata untuk perlindungan tanaha dan air. Dengan penanaman pohon, sistem akar pohon membantu mengikat tanah, mencegah erosi, dan mengurangi risiko banjir.
Selain itu, pohon juga berperan dalam siklus air dengan menyerap air hujan dan mencegah erosi tanah.
Kedua, pemulihan ekoksistem. Penanaman pohon merupakan salah satu cara untuk mendukung pemulihan ekosistem yang terganggu akibat aktivitas manusia.
Ketiga, penghijauan dan penyediaan habitat. Dengan penanaman pohon menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan menyedikan habitat bagi berbagai felora dan fauna.
Keempat, peningkatan kualitas udara. Penanaman pohon membantu menyaring polusi udara dengan menangkap partikel-partikel di udara sehingga menghasilkan oksigen melalu peroses fotosintesis, sehingga kita dapat menghirup udara yang segara dan sehat.
Jadi, penaman pohon ini sebagi bentuk langkah nyata untuk merwat dan melestarikan ibu bumi.
Hubungan Lingkungan dan Perdamaian
Pada hakikatnya, manusia secara fundamental bergantung pada lingkungan untuk kelangsungan hidup. Kesimbangan ekologi yang terganggu dapat menyebapkan konflik atas sumber daya alam, seperti air dan tanah, yang pada gilirannya dapat memicu ketegangan dan pertikaian antara komunitas.
Hal lain bahwa perubahan iklim telah dikaitkan dengan meningkatnya konflik sosial dan politik, karena mengancam ketahanan pangan, air bersih, dan keamanan lingkungan.
Penanaman pohon sebagai bagian dari upaya ekomoderasi dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim dan mengurangi potensi konflik yang terkait.
Penanaman pohon dapat menjadi langka konkret dalam membangun perdamaian karena menfasilitasi kerja sama lintas agama dan lintas budaya.
Kegiatan-kegiatan penanaman pohon sering kali melibatkan partisipasi dari berbagai kelompok masyarakat, yang dapat mempromosikan pemahaman saling dan kerja sama yang berkelanjutan.
Melalui penanaman pohon, masyarakat dapat membangun ketergantungan positif pada sumber daya alam yang bersama-sama mereka kelola dan lindungi.
Ini dapat memperkuat rasa tanggung jawab bersama dan saling ketergantungan yang mendasari perdamaian dan stabilitas.
Jadi, dengan memmahami hubungan antara lingkungan dan perdamaian, masyarakat dapat mengenali pentingnya perlindungan lingkungan sebagai bagian dari upaya membangun masyarakatbyang damai, adil, dan berkelanjutan.
Dengan demikian penanaman pohon dalam konteks moderasi beragama bukan hanya sekedar upaya untuk menjaga lingkungan hidup, tetapi juga merupakan langkah penting dalam memperkuat nilai-nilai toleransi, harmoni, dan perdamaian di masyarakat.
Dalam dunia yang gejolak dan terkadang terpecah bela oleh konflik beragama, penanaman pohon menjadi simbol yang kuat tentang kesatuan dalam keragaman, di mana akar-akar yang bersatu di bawah tanah melmbangkan keterkaitan yang dalam antara berbagai keyakinan dan taradisi.
Melalui kegiatan ekomoderasi ini, kita dapat membangun fudasi yang kokoh bagi kerukunan sosial, menjauhkan diri dari ekstrimisme, dan membangun masa depan yang libih damai dan berkelanjutan untuk semua manusia.
Dengan demikian, penanaman pohon bukan hanya tindakan ekologis, tetapi juga merupakan langkah nyata dalam memperkuat moderasi beragama yang bermakna.