Ruteng, Vox NTT- Generasi muda harus bijak dalam menanggapi berbagai informasi tentang konten-konten suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang kian hari makin marak terjadi.
Menurut Dosen Sekolah Tinggi Pastoral (Stipas) St. Sirilus Ruteng Dr. Hironimus Bandur, generasi muda mesti memiliki daya kreasi dan critical thinking atau berpikir kritis dalam penggunaan media sosial.
Pastor Hiro menambahkan, Indonesia akan memasuki masa bonus demografi pada perayaan 100 tahun kemerdekaannya.
“Keberadaan orang muda yang kompeten, kreatif, dan inovatif merupakan impian terbesar negara Indonesia,” katanya saat menjadi narasumber pada seminar di SMAN 2 Ruteng, Desa Compang Namut, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Sabtu (06/04/2024).
Selain Pastor Hiro, narasumber lain yang dihadirkan antara lain; Rivan S, mahasiswa semester 6 Stipas Ruteng. Juga, Fransiska Dilgan B dan Ernestin D, mahasiswa semester 8 di kampus itu.
Ernestin mengatakan, bonus demografi bangsa Indonesia akan membawa dua kemungkinan. Pertama, akan membawa berkat bila para generasi muda sudah mempersiapkan diri untuk menyongsongnya.
Kedua, akan menjadi sebuah kutukan apabila para generasi muda lalai dalam mempersiapkan diri menuju Indonesia emas 2045.
Rivan juga berpandangan serupa. Ia megatakan, salah satu persiapan menuju Indonesia emas 2045 adalah dimulai dengan menumbuhkan sikap kreatif dan inovatif pada diri masing-masing siswa.
“Serta pemanfaatan alat-alat teknologi lebih bertanggung jawab,” imbuh dia.
Sementara itu, Fransiska mengatakan, penerapan budaya-budaya sekolah seperti kegiatan ekstrakurikuler sangat penting untuk menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme pada masing-masing individu peserta didik.
Sekolah Elemen Penting
Di tempat yang sama, Kepala SMAN 2 Ruteng Ferdinandus Jebarut menjelaskan, sekolah adalah salah satu elemen penting yang mampu mendorong dan menciptakan manusia berkarakter.
Sebab itu, menurut dia, seminar semacam ini sangat penting untuk mendorong dan memberikan pemahaman tentang moderasi beragama dan bonus demografi kepada para siswa.
Diketahui, seminar yang diikuti 200 siswa tersebut dipandu oleh Fransiska Tamala, guru di SMAN 2 Ruteng.
Para siswa sangat antusias mengajukan sejumlah pertanyaan kepada narasumber.
Setidaknya ada enam pertanyaan yang diajukan oleh para peserta didik kepada para narasumber untuk mendiskusikan tema moderasi beragama dan Indonesia emas 2045 ini, secara lebih mendalam.
Kontributor: Rofin Nenggor