Oleh: Sirilus Aristo Mbombo
Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Widya Mandira Kupang
Pada hakikatnya manusia dilahirkan di dunia ini atas dasar cinta. Cinta merupakan suatu anugerah yang tak ternilai yang diberikan oleh Tuhan sang sumber kehidupan kepada semua manusia ciptaannya di jagad raya ini.
Perasaan cinta muncul karena disebabkan oleh rasa suka maupun rasa kagum di dalam diri seorang manusia terhadap subjek yang ia temukan di dalam menapaki keseharian hidupnya.
Cinta adalah perasaan yang datang tanpa ada kompromi mengenai rasa yang tertanam dalam benak jiwa. Cinta ialah perasaan yang datang tanpa mengenal batasan ruang dan waktu.
Cinta ialah perasaan yang dapat memberikan kebahagiaan yang tak terhingga. Ia tak mampu diucapkan melalui kata-kata semata melainkan membutuhkan perjuangan dan pengorbanaan yang ideal.
Cinta dapat melahirkan kecemasan yang tak terhingga pula bagi kehidupana remaja milenial saat ini maupun pasangan-pasangan yang sudah dinikahkan secara sah yang disebabkan oleh berbagai problem kehidupan yang kian menantang di dalam kehidupanya.
Di dalam konteks kehidupan di era milenial saat ini, kita melihat banyak remaja sudah memberanikan diri untuk berpacaran atau saling mengenal dengan lawan jenisnya tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Terkesan pacaran zaman ini telah kehilangan arah mata angin yang benar dan terjebak dalam jaring ketidakpastian misi pacaran.
Entahkah pacaran hanya dikatakan sebagai cinta monyet semata atau monyet yang mengatasnamakan cinta.
Masa remaja merupakan suatu masa transisi di mana terjadi perubahan dan perkembangan, baik yang terjadi secara fisik maupun secara psikologis.
Jika kita melihat dari perkembangan secara fisik, tentu ditandai dengan kematangan di dalam organ-organ tubuh termasuk kematangan organ reproduksi pada semua remaja.
Dan jika kita melihat dari kacamata psikiologis, tentu memiliki perkembangan yang sangat tampak pada kematangan pribadi dan juga kemandirian di dalam diri seorang remaja.
Pada umumnya gejala-gejala seperti ini terjadi pada remaja yang masih duduk di bangku SMA maupun jenjang mahasiswa di Perguruan Tinggi.
Mereka lebih cenderung untuk saling berkenalan satu sama lain. Bukan hanya sebatas saling mengenal tetapi hubungan mereka mengarah ke jenjang spesial yang lazimnya disebut dengan istilah pacaran bagi kaum muda milenial saat ini.
Konteks pacaran di dalam realitas keseharian anak muda terkhususnya remaja milenial saat ini lebih cenderung bisa dikatakan sebagai suatu proses yang dilalui untuk mencari seorang teman akrab, teman curhat, teman berbagi cerita, teman berbagi keluh kesah hidup ataupun teman dalam tanda tanya semata (teman-temanan).
Di dalamnya mencangkup relasi atau hubungan dekat dalam berkomunikasi dengan tujuan yang dibangun tanpa dasar yang kuat dan memicu berbagai persoalan, serta berbagai problem serius di dalam hubungan asmara dan bahkan mengancam ritme kehidupan mereka di masa depan.
Analogi di Balik Kehidupan Remaja Milenial (Anak Kos Modern, Gerbang Terbuka Pintu Tertutup)
Istana yang begitu megah. Lampu obor istana bernyala sangat redup seolah-olah warga istana berada dalam kegelapan tanpa makna.
Semua istana terlihat indah dari beribu pasang mata dari kejauhan.
Dari kejauhan tampak jelas gerbang istana yang megah itu terbuka lebar tanpa pengawal. Lantas ke manakah pengawal istana? Ini masih menjadi pertanyaan di balik isi pikiran warga istana.
Gerbang sebenarnya mengungkapkan ada harta berharga yang harus dijaga di dalam istana.
Lantas mengapa gerbang istana dibuka tanpa ada pengawal? Di mana pengawal yang diperintahkan oleh raja dan ratu?
Ataukah pengawal tertidur karena bekerja semalam? Pengawal harus menjalankan tugasnya sebagai penjaga istana.
Jika pengawal istana menjalankan tugasnya dengan baik maka istana akan mendapatkan keamanan dan kedamaian.
Istana aman dan damai semua warga istana memperoleh ketenangan dan kedamaian. Tetapi di sisi lain warga istana dalam keadaan penuh kecurigaan.
Pintu ratu dan raja tertutup rapat. Ada apa dengan ratu dan raja? Apakah raja dan ratu sedang berdoa kepada Dewa mohon diturunkan seorang pangeran?
Ataukah raja dan ratu sedang berunding mengenai kehidupan istana? Ataukah raja membunuh ratu di dalam kamar istana itu?
Semuanya warga istana hanya sebatas menduga-duga dari luar kamar raja dan ratu.
Semua warga istana menaruh kecurigaan mendalam dengan keberadaan ratu dan raja di dalam kamar istana.
Apa yang diperbuat oleh ratu dan raja di balik pintu kamar yang tertutup itu?
Analogi ini sebenarnya ingin menyampikan pesan mendalam pada anak remaja terkhususnya pada kehidupan remaja mahasiswa milenial saat ini.
Banyak hal sering terjadi dalam hubungan pacaran zaman sekarang. Banyak hal terjadi di balik pintu kamar ratu dan raja milenial yang tertutup.
Penyimpangan-penyimpangan yang berbaur negatif sering terjadi di dalam kehidupan anak remaja milenial saat ini.
Misalnya, berbagi kejadian kumpul kebo terjadi di kalangan remaja milenial baik yang berada di bangku SMA maupun pada jenjang Mahasiswa di perguruan tinggi.
Secara sederhana kumpul kebo atau lazimnya disebut kohabitasi merupakan kehidupan bersama suatu pasangan laki-laki dan perempuan di luar penikahan.
Istilah kumpul kebo pada umumnya merujuk pada kehidupan suatu pasangan yang belum menikah secara sah yang terlibat dalam hubungan romantis atau hubungan intim.
Hubungan pasangan yang seperti ini biasanya melakukan hubungan seksual di luar pernikahan dalam jangka panjang atau permanen di dalam hubungan mereka.
Dan hal seperti ini yang terjadi di dalam realitas kehidupan sebagaian besar remaja milenial saat ini.
Kumpul kebo menjadi tantangan dan hambatan serius bagi kehidupan remaja milenial saat ini. Lantas dimana akal sehat pikiran mereka?
Apakah mereka hanya dikatakan kaum terdidik, kaum intelektual semata tetapi kehendaknya lemah di dalam mengatasi hal-hal duniawi semata?
Ini menjadi pertanyaan eksistensial bagi kehidupan remaja milenial saat ini maupun kehidupan manusia pada umumnya sebagi makluk rasional, makluk yang senantiasa terus berpikir.
Dan jika kita melihat jauh lebih mendalam, hakikat pacaran biasa diartikan dengan suatu pergaulan di antara laki-laki dan perempuan yang didasari oleh perilaku yang wajar dan bermoral.
Lalu, tidak menciptakan penyimpangan-penyimpangan atau bahkan membuka peluang untuk berbuat dosa, yang melanggar norma agama dan juga adat atau kebudayaan yang sudah ditetapkan menjadi landasan dan kaidah hidup di dalam mengatur tindakan dan perilaku kehidupan manusia.
Di dalam zona kehidupan manusia di era milenial saat ini pada dasarnya istilah pacaran bukan lagi menjadi suatu hal yang tabu atau sesuatu hal yang tertutup melainkan merupakan suatu hal yang biasa-biasa saja.
Dan jika kita melihat realitas yang terjadi saat ini banyak remaja mempunyai suatu anggapan yang sedikit kurang baik atau bisa dikatakan negatif bahwa di era sekarang jika tidak berpacaran justru dianggap sebagai remaja yang hidup di era kuno, kolot atau bahkan kurang pergaulan karena tidak mampu mengikuti perkembangan zaman.
Dan pandangan-pandangan seperti ini yang memicu kekeliruan di dalam membuat konsep pacaran di balik kerangka pikiran positif manusia.
Pada hakikatnya tujuan pacaran yang awalnya memiliki nilai yang baik dan positif, yakni untuk saling mengenal lebih jauh dalam memilih dan memilah di antara dua insan manusia yang suatu saat nanti akan menuju ke jenjang penikahan.
Tetapi justru di era milenial saat ini pacaran bisa dikatakan sebagai awal dari konflik dan kesenjangan sosial yang membawa dampak negatif bagi remaja.
Ini melibatkan pertengkaran hebat di antara hati dan pikiran dan menimbulkan ketidaknyamanan, ketidakbahagiaan bagi remaja di dalam menjalani keseharian hidupnya karena persoalan pacaran semata.
Dan di sisi lain pula kelihatan banyak remaja ataupun orang muda hidup dalam keadaan cemas dan penuh dengan dilema di dalam memilih dan menentukan calon ratu dan raja yang cocok bagi kehidupannya di masa depan.
Lantas apa yang mereka pikirkan? Apakah mereka lebih memikirkan calon ratu dan raja atau memikirkan pekerjaan dan karir yang harus dimiliki untuk menafkahi ratu dan raja di masa depan?
Persoalan-persoalan ini menjadi pertanyaan refleksi mendalam bagi kehidupan remaja milenial saat ini.
Di sisi lain pula konteks milenial di era saat ini sangat dihiasai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghadirkan berbagai kemudahaan untuk mengakses semua sumber informasi yang dibutuhkan manusia.
Pernyataan ini dipicu karena lahirnya teknologi seperti HP, laptop dan televisi sehingga membantu manusia untuk memperoleh informasi dengan mudah dari berbagai belahan dunia lainnya.
Hal ini bisa membawa pikiran atau ide positif bagi kehidupan manusia pada umumnya dan juga bisa membawa dampak negatif yang kurang baik bagi perkembangan remaja yang dapat menghancurkan masa depannya.
Dan jika dlihat dari kacamata realitas banyak remaja belum mampu mendewasakan pikiran untuk memfilter, memilih dan memilah sumber informasi yang ia peroleh di dalam keseharian hidupnya.
Misalnya ada sebagian remaja yang melihat gambar-gambar dan video-video dewasa yang masih di luar batas usianya.
Jika hal ini dilakukan terus-menerus dapat memicu hancurnya masa depan dan kepribadian dari sosok pribadi ini.
Di era sekarang sebagaian besar remaja memperoleh ilmu dan informasi dari sekolah maupun dari kampus bahkan lebih banyak yang diperoleh dari internet.
Namun remaja saat ini belum mampu berpikir secara bijaksana dan rasional mengenai hakikat dari kehidupan ini.
Sehingga masih terjadi penyimpangan-penyimpangan yang mungkin membawa persoalan bagi diri sendiri, keluarga maupun sesama.
Contohnya seperti yang terjadi di realitas kehidupan saat ini, ada begitu banyak remaja baik yang berada di sekolah maupun mahasiswa di jenjang perguruan tinggi, banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan seperti melakukan hubungan seks dengan kekasih (pacar) di luar nikah tanpa memikirkan dan memperhitungkan efek dan dampak yang akan terjadi bagi kelangsungan hidupnya di masa depan.
Misalnya kehamilan yang terjadi di luar nikah, penyakit menular seksual dan bahkan masih banyak hal lain yang menggangu pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja serta mengganggu proses pendidikan yang sedang berlangsung di dalam hidupnya.
Dan jika hal ini terus dilakukan maka akan membawa dampak yang sangat negatif bagi masa depan kehidupan kaum milenial dengan berdasarkan pada perbuatan-perbuatan yang sangat menyimpang sehingga bisa mencoreng nama baik keluarga.
Dalam menemukan solusi atau jalan keluar dari penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di era milenial saat ini seperti untuk menghindari seks di luar nikah, kehamilan di luar nikah dan bahkan masih banyak hal lain yang menjadi problem di dalam kehidupan kaum remaja milenial saat ini maupun di masa yang akan datang.
Tentu tidak pernah terlepas dari kesadaran total dari diri sendiri setiap remaja milenial mengenai arti hidup baik yang seharusnya dipetik di jagad raya ini.
Dan dengan kesadaran total serta berpikir rasional akan kehidupan yang baik dengan prinsip mengelakkan tindakan buruk, jahat dan melakukan hal baik di dalam ritme kehidupannya.
Saya berpikir penyimpangan-penympangan di dalam kehidupan remaja milenial saat ini dapat diatasi.
Dan juga di sisi lain tanpa mengabaikan dorongan dan bimbingan orang tua kepada anaknya.
Karena pada hakikatnya keluarga menjadi dasar atau landasan utama yang mampu mengikat persatuan tali kekeluargaan di dalam suatu keluarga yang harmonis dan bermoral.
Orang tua harus mampu memberikan bimbingan berupa pengajaran-pengajaran positif ke dalam hidup anaknya mengenai makna moralitas, makna kebijaksanaan di dalam hidup, makna di dalam menghayati dan mengimani agama yang baik serta mematuhi ajaran-ajaran agama yang dianut.
Dan hal yang paling penting bagi kehidupan milenial saat ini yakni harus mampu mendengarkan dan mematuhi petuah-petuah atau nasihat-nasihat positif, baik dari orang tua maupun siapa saja yang memberikan pengajaran yang baik mengenai makna dan hakikat dari kehidupan ini.
Tujuannya tentu saja untuk menjamin kehidupan milenial yang penuh dengan cahaya kesuksesan dalam mewarnai perjalanan hidupnya.
Sebab makna dari kehidupan sejati adalah menemukan makna berharga dalam setiap momen-momen kehidupan manusia.