Kupang, Vox NTT- Setelah sekian lama berdiam diri di tengah hiruk pikuk politik NTT, Gabriel Suku Kotan kini mengibarkan benderanya.
Ia ingin Kembali mengabdikan dirinya di Kabupaten Lembata, Lewotana Leu Auk, kampung halamannya.
Politisi senior Partai Demokrat asal Pulau Lomblen ini sudah menyatakan siap maju sebagai calon bupati Lembata periode 2024–2029.
Misinya adalah menjadi perekat di antara semua perbedaan dan retakan politik yang selama ini membuat hubungan sosial menjadi tidak harmonis.
“Saya hadir sebagai kelompok poros tengah untuk merekatkan semua simpul kekuatan Lewotana untuk membangun Lembata secara utuh,” ujar Gabriel, Minggu (21/4/2024).
Ia lahir di “poros tengah” Lembata yakni di Desa Lodotodokowa, Kecamatan Lebatukan pada 26 Oktober 1966.
Gabriel lahir dari pasangan Paulus L. Kotan (Alm) dan Ibunda Ana Noe. Ia diwarisi keturunan Lewo Lama Lean, sebuah keyakinan spiritual yang mengisnpirasi kekuatan Gabriel dalam cita-cita politiknya.
Ia mengaku ingin kembali mengabdi ke kampung halamannya karena panggilan Lewotana, panggilan leluhur di Lewo Lama Lean atau kini disebut dengan Lembata.
Gabriel memiliki segudang pengalaman yang tidak diragukan lagi. Pernah berprofesi sebagai pengacara kondang di Kota Kupang, kemudian merambah ke politik dan pernah menjadi Anggota DPRD Provinsi NTT.
Sejak saat itu, Gabriel mulai mengepakkan sayap pengabdiannya ke Lembata.
Gabriel membangun hubungan positif dengan kalangan pemuka-pemuka agama, para pelaku ekonomi serta kalangan budayawan serta tokoh-tokoh adat sebagai pemangku kepentingan di Lembata.
Ia juga sukses membawa masuk anggaran untuk membantu perkembangan koperasi Ankara melalui Lembaga Pengelolah Dana Bergulir (LPDB) Koperasi dan UMKM sebesar Rp5 miliar dari APBD Provinsi NTT.
Selama menjabat anggota dewan, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membangun kampung halamannya.
“Sudah banyak hal yang telah kita perjuangkan untuk membangun Lewotana. Tetapi rasanya tidak berhenti sampai di situ. Keinginan dan hasrat untuk terus membangun kampung halaman terus bergemuruh di dalam batin saya, sehingga keputusan menjadi bupati Lembata adalah murni untuk membuat kampung halaman lebih maju dan lebih baik dari semua aspek,” tutur Gabriel.
Ia mengatakan, dirinya telah mempersiapkan diri dari semua aspek. Terutama pengetahuan mendalam tentang kondisi politik, sosial dan kebudayaan di Lembata secara utuh.
Politik menurutnya, telah mengubah banyak hal, baik yang positif maupun negatif.
Secara fisik, telah terjadi banyak perubahan. Namun secara spiritual dan basis budaya, Lembata mengalami pergeseran yang luar biasa.
Kenikmatan perubahan hanya terlihat di kota, tetapi banyak masyarakat di desa-desa yang masih mengeluh tentang pelayanan pemerintah.
Mereka masih berharap agar kondisi di kota segera tiba di desa-desa.
Oleh karena itu, kehadiran putra Lembata yang satu ini ingin menjawab tantangan tersebut.
Salah satu program unggulannya adalah ‘Membangun dari Desa ke Kota’.
Artinya, desa harus menjadi prioritas program pembangunan pemerintah daerah, dari sektor pertanian, kelautan dan juga perkebunan yang seluruhnya berbasis di desa.
“Jika desa kuat, maka kabupatennya juga menjadi kuat,” katanya.
Dengan pemikiran ini, Gabriel menegaskan, segala kemampuan pemerintah akan dikerahkan menuju ke desa.
Sinergitas anggaran melalui APBD dan juga Dana Desa akan dikerahkan untuk memperbaiki pola produksi masyarakat dari sektor potensial yang ada di Lembata.
“Saya akan lebih banyak di desa-desa, menjumpai rakyatku yang ada di dusun-dusun, mendengar keluhan mereka dan bersama mereka merancang program-program strategis untuk kemajuan Lembata,” janji Gabriel.
Ia berjanji akan bersama rakyat merancang masa depan Lembata, dengan kejujuran, niat tulus, serta ada kerendahan hati untuk menerima semua perbedaan.
“Satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan juga adalah memperbaiki Kembali hubungan dengan semua pemangku kepentingan untuk bersama membangun Lembata,” tegasnya.
Selain membangun desa dengan sumber daya alam yang potensial, kesediaan Sumber Daya Manusia juga harus disiapkan.
Manusia yang unggul untuk melanjutkan pembangunan Lembata harus siap secara akademik dan siap juga secara fisik.
Salah satu program konkretnya adalah memperhatikan sungguh-sungguh kesehatan masyarakat. Mulai dari kesehatan ibu dan anak, serta ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai.
Untuk menjawab persoalan ini, menurut Gabriel, harus ada program beasiswa bagi generasi Lembata yang hendak melanjutkan pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi dan Fakultas Kodokteran.
Setiap tahun harus ada putra-putri Lembata yang disekolahkan menjadi dokter dan juga spesifikasi lain guna mendukung perkembangan pembangunan.
Selain itu, Gabriel menuturkan, pemerintah juga akan menyiapkan sejumlah anggaran untuk pasien-pasien yang hendak rujuk ke luar Lembata, agar mereka tidak mengalami hambatan saat ada di luar.
“Hal ini terasa sangat simple, tetapi inilah keluhan-keluhan yang sering kita peroleh di bidang kesehatan terutama masyarakat yang hendak meminta pertolongan pemerintah,” pungkas Gabriel.
Ia mengklaim tidak punya mimpi di awang-awang. Gabriel hadir untuk memberi solusi terhadap kesulitan rakyat kecil yang sering dijumpai di desa-desa.
“Mereka harus aman dari sisi kesehatan, kemakmuran dan bisa meraih pendidikan setinggi-tingginya dengan keahlian yang hebat. Sebab merekalah yang akan meneruskan peradaban di Pulau Lembata,” ujar Gabriel.
Penulis: Ronis Natom