Oleh: Prof. Dr. Drs. Fransiskus Bustan, M.Lib
Guru besar Undana Kupang
Jangan mencuri. Demikian tagline yang diusung pasangan Orias Petrus Moedak dan Sebastianus Salang, yang dikemas dengan akronim OASE, sebagai paket bakal calon (balon) Gubernur dan Wakil Gubernur dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah NTT periode 2024-2029.
Tagline itu menarik untuk dikaji secara khusus karena sangat unik ditilik dari perspektif linguistik, terutama jika disingkap melalui dua kutub tanda linguistik, bentuk dan makna.
Tagline itu ingkat sehingga mudah diucap dan gampang diingat karena hanya terbentuk dari dua kata, jangan dan mencuri, sebagai unsur bawahannya.
Meski demikian, berdasarkan hasil simak penulis ketika bertukar tutur dengan Sebastianus Salang beberapa waktu lalu, esensi isi pesan yang tersurat dan tersirat di balik bentuk tagline mereka yang begitu singkat dalam tataran mukaan ternyata bersifat multidimensional dan padat makna.
Kembali pada soal bentuk, tagline yang diusung paket OASE merupakan sebuah kalimat imperatif larangan dengan tujuan melarang untuk melakukan sesuatu.
Hal itu ditandai dengan penggunaan kata (adverbia) ‘jangan’ sebagai bentuk pemarkah sangkalan yang berdistribusi mendahului kata (verba) ‘mencuri’.
Sesuatu dimaksud adalah larangan melakukan tindakan mencuri atau mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.
Selain menyentuh dimensi kesalehan sesuai yang termaktub dalam ajaran agama samawi, tagline itu juga merengkuh kesucian sosial manusia sesuai kapasitas peran yang dimbannya masing-masing.
Tidak terkecuali bagi paket OASE sebagai calon pemimpin yang hendak bertarung dalam kontestasi pemilihan kepala daerah yang akan menakodai Provinsi NTT lima tahu ke depan.
Sesuai konteks sebagai lingkungan nirkata yang melatari kehadiran dan penggunaannya, kesucian sosial tersebut menyiratkan resapan asa atau harapan kaum papa atau miskin yang tersebar di seluruh persada Flobamorata yang sudah sekian lama mendambakan tetesan kesejahteraan.
Secara maknawi, tagline itu menyingkap gambaran integritas diri pasangan Orias Petrus Moedak dan Sebastianus Salang sebagai sosok yang jujur.
Integritas menjadi citra diri mereka sebagai sosok jujur tercermin dari rekam jejak dalam menapaki kiprah hidup mereka selama ini.
Mereka tidak tercoreng dengan sematan predikat dan atribut berkonotasi makna negatif padahal mereka berkarya di lingkungan yang begitu limpah dengan susu dan madu.
Mengapa? Karena susu dan madu adalah racun yang melingkari medan kiprah kerja dapat merobek citra diri sebagai kaum beriman jika mereka tidak mampu mengendalikan diri dari ketamakan duniawi.
Guratan makna tersebut menjadi penuntun moral dan pedoman etika utama bagi pasangan OASE jika mereka terpilih menakodai NTT dalam rentang waktu lima tahun ke depan. Bagi mereka: Korupsi? No. Kesejahteraan rakyat banyak dan rakyat kebanyakan? Yes.
Itu adalah salah satu komitmen paket OASE sehingga beranjak pulang kampung agar NTT tidak lagi diplesetkan dengan sederetan stigma negatif seperti Nanti Tuhan Tolong dan Nasib Tidak Tentu karena mayoritas penduduknya masih termasuk dalam kategori kaum papa.
Karena kaum papa sebagai kelompok sasaran yang menjadi passion mereka, maka tagline yang mereka usung dapat diibaratkan dengan ‘the voice of voiceless’.
Pasangan Orias Petrus Moedak dan Sebastianus Salang ikut bertarung dalam ajang kontestasi pilkada NTT bertujuan membebaskan sesama saudaranya yang selama ini masih hidup dalam kerangkeng kepapaan.
Kesederhanaan mereka tidak hanya tampak dalam tagline yang begitu singkat, tetapi juga dalam foto yang terpampang melalui baliho yang menunjukkan gambaran rasa persahabatan dengan sesama saudara senasib kaum papa yang tersebar seantero nusa Flobamorata.
Meski sudah sekian lama hidup di luar rahim kebudayaan NTT dengan gelimang dunia ragawi, raut wajah mereka tetap tampak biasa dan apa adanya sebagaimana kebanyakan orang NTT. Mereka tetap jadi diri mereka sendiri sebagai anak NTT. Karena itu, selamat berjuang paket OASE.
Semoga kepesertaan OASE dalam pentas politik mencapai keberhasilan sesuai resapan asa kaum papa persada Flobamorata.
Mengingat nama adalah tanda dan setiap tanda niscaya punya makna, maka OASE tentu bukan sekedar akronim, tetapi juga sebuah nama yang niscaya punya makna.
Melalui sentuhan kepemimpinan dengan nama paket OASE, NTT yang sekarang raganya masing gersang akan menjadi suatu daerah subur dan dikelilingi mata air yang bersumber dari pepohonan berdaun rindang.
Demikian pula dengan aroma cendana dari pulau Timor sebagai bagian dari persada Flobamorata akan kembali mewangi sampai ke negeri Cina seperti tempo dulu sesuai kisah sejarah yang dipelajari anak-anak NTT sejak sekolah dasar. Bukankah manusia adalah makluk menyejarah dan sejarah adalah nafas kehidupan manusia.
Semoga torehan sejarah kepemimpinan paket OASE jika dipercayakan rakyat NTT menjadi pemenang, nama NTT akan harum sejagat sebagaimana harumnya cendana.
Nama NTT tidak lagi dipandang sebelah mata karena medan makna yang menjadi kancah kiprahnya hanya selebar daun kelor. Paket OASE akan menulis lembaran baru sejarah kehidupan rakyat NTT yang aman dan nyaman.
Sesuai siratan makna melalui taglinenya, paket OASE akan selalu berupaya menulis lurus di garis bengkok dan bukan menulis bengkok di garis lurus.
Semoga perjuanganmu berjalan mulus di bawah kucuran kasih Sang Ilahi sebagai Sang Pencipta dan Arsitek Agung. God Bless You.