Oleh: Prof. Dr. Drs. Fransiskus Bustan, M.Lib
Guru besar Undana Kupang
Menyelesaikan masalah tanpa masalah adalah slogan atau jargon yang diusung pegadaian. Sebagaimana tampak secara fisik dalam struktur mukaan, slogan itu memang singkat sesuai kaidah yang berlaku dalam penciptaan dan pembentukan sebuah slogan.
Sesuai kaidah yang dipersyaratkan, sebuah slogan mesti singkat dalam struktur mukaan agar mudah diucap dan gampang diingat.
Meskipun tampak singkat secara fisik dalam struktur mukaan, esensi isinya padat makna. Mengapa? Karena pegadaian dapat membantu menuntaskan masalah keuangan yang dialami warga masyarakat dengan cara cepat.
Tanpa tedeng aling-aling dan prosedur administrasi berbelit-belit, masalah keuangan warga masyarakat diurus tuntas dalam rentang waktu relatif singkat. Karena itu, dalam perspektif ini, slogan menyelesaikan masalah tanpa masalah yang diusung pegadaian layak diacungi jempol.
Terkait dengan pemakaian kata masalah, slogan yang diusung pegadaian seolah-olah tidak berlaku bagi orang Manggarai.
Mengapa tidak? Karena, seperti dilansir sejawat penulis dalam suatu pertemuan keluarga beberapa waktu silam, orang Manggarai suka sekali membawa masalah dalam proses penyelesaian suatu masalah. Pengaruh kehadiran orang Manggarai dalam proses penyelesaian suatu masalah menyebabkan terjadinya surplus masalah.
Dikatakan demikian karena, ketika mereka bertatap muka dan bertukar tutur dengan orang Manggarai, salah satu khasanah kosakata yang hampir selalu hadir dan dipakai adalah kata masalah. Ibarat tidak ada hujan dan tidak ada angin, kata masalah meluncur mulus dari mulut orang Manggarai.
Kata masalah seolah-olah bertengger setiap saat di pinggir bibir orang Manggarai dan selalu dalam keadaan siap siaga melompat ke luar secepat kilat ketika mulutnya mulai dibuka.
Bukan cuma itu. Suatu fenomena menarik yang ditemukan ketika bertatap muka dan bertukar tutur dengan orang Manggarai, kalau bukan kata masalah, kata lain yang selalu dipakai sebagai sandingan adalah kata pengaruh.
Hubungan antara kata masalah dan kata pengaruh ketika bertatap muka dan bertukar tutur dengan orang Manggarai ibarat hubungan dua sejoli yang lagi mabuk asmara sehingga keduanya selalu hadir secara bersamaan dan saling bergantian peran dalam menabur dan menebar api asmara lagi membara.
Terlepas dari adu kekuatan antara kata masalah dan kata pengaruh dalam merebut lahan cakap ketika bertatap muka dan bertukar tutur dengan orang Manggarai, pemakaian kata masalah dan kata pengaruh merupakan salah satu kekhasan sebagai kekhususan pembeda orang Manggarai ketika disanding dengan orang dari latar linguistik berbeda.
Kekhasan tersebut merupakan kekhususan pembeda atau ciri pemerlain lain dalam komunikasi lisan dengan mitra tutur orang Manggarai.
Dengan demikian, tidak heran jika fenomena pemakaian satuan kebahasaan atau satuan tuturan itu menjadi salah satu dagelan linguistik bagi mitra tutur dari latar linguistik berbeda ketika bertatap muka dan bertukar tutur dengan orang Manggarai.
Karena persoalan itu merengkuh aspek linguistik yang bergayut dengan bahasa dalam pemakaian, kebiasaan orang Manggarai yang suka membawa kata masalah dalam sandingan dengan kata pengaruh ketika bertatap muka dan bertukar tutur tentu bukan berarti orang Manggarai termasuk orang toxic. Yakni orang yang beracun atau membawa dampak buruk terhadap orang lain, terutama dalam aspek psikis.
Meskipun orang Manggarai suka membawa kata masalah dalam paduan kata pengaruh ketika bertatap muka dan bertukar tutur, sesuai hasil penelitian etnografi Verheijen (1991), orang Manggarai termasuk kelompok masyarakat adat berwatak tenang dan suka damai.
Hal itu tidak hanya menyatu dalam perilaku verbal, tetapi juga menyata dalam perilaku nonverbal ketika berkomunikasi, baik dengan sesama saudara orang Manggarai maupun dengan sesama saudara yang berasal dari latar linguistik berbeda.
Perilaku berwatak tenang dan suka dami dalam komunikasi verbal dan nonverbal adalah salah satu kearifan lokal yang perlu dijaga dan dirawat agar tetap lestari dalam keseharian hidup orang Manggarai.
Karena itu, kehadiran orang Manggarai dalam berbagai interaksi sosial semuka diharapkan mampu menyelesaikan masalah tanpa masalah meskipun kata masalah dalam sandingan dengan kata pengaruh selalu dipakai dalam proses penyelesaian masalah tersebut.
Pemakaian kata masalah dalam kesejoliannya dengan kata pengaruh hanya soal kebiasaan dalam pilihan kata ketika orang Manggarai tatkala bertatap muka dan bertukar tutur.
Hal itu hanya bertalian dengan diksi atau pilihan kata ketika melakukan komunikasi lisan dalam konteks situasi tatap muka dan tukar tutur.
Karena banyak fakta menunjukkan, dalam komunikasi tulis hasil karya orang Manggarai yang penulis telaah, pemakaian kata masalah dan kata pengaruh memang dipakai, namun dipakai sesuai konteks yang melatari kehadirannya.
Pada sisi lain, diharapkan kebiasaan membawa masalah dalam bertatap muka dan bertukar tutur dapat meransang banyak orang Manggarai menjadi peneliti hebat. Mengapa? Karena menemukan masalah adalah salah satu langka kerja yang rada sulit dalam suatu proses penelitian.
Meskipun demikian, diharapkan pula agar tidak semua judul penelitian yang diusung orang Manggarai selalu diawali dengan kata pengaruh sesuai kebiasaannya dalam bertatap muka dan bertukar tutur. Selamat membaca sesama saudaraku orang Manggarai.