Ruteng, Vox NTT– Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng kembali menyelenggarakan Konferensi Internasional ke-4 atau 4th ICHELAC.
Konferensi ini berlangsung selama dua hari yakni Jumat (7/6/2024) hingga Sabtu (8/6/2024). Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Dekan FKIP Unika Santu Paulus Ruteng, Dr. Yohanes Mariano Dangku, Jumat (7/6/2024).
Dalam sambutan pembukaannya, Mariano menyoroti pentingnya memanfaatkan teknologi digital secara bijak di dunia pendidikan tinggi.
“Teknologi digital telah mengubah dunia secara global, masif, dan luar biasa. Namun, kemajuan ini juga membawa tantangan tersendiri bagi pendidikan tinggi,” katanya.
Mariano kemudian menyebutkan tiga tantangan utama yang dihadapi dalam dekade terakhir, yakni informasi berlebihan (information overload), gangguan digital (digital distraction), dan ekspansi ChatGPT.
Informasi yang berlebihan seringkali menimbulkan kebingungan dan ambiguitas. Sementara gangguan digital dapat menipu dan menjerumuskan individu ke dalam jebakan ketergantungan teknologi.
ChatGPT, yang menawarkan kenyamanan luar biasa, berisiko melemahkan kemampuan manusia untuk berpikir dan berkarya secara mandiri.
“Ketergantungan pada ChatGPT dapat menyebabkan orang-orang menjadi penyair atau penulis tanpa perlu belajar secara mendalam. Apakah semua ini benar-benar karya manusia atau GPT?” tukas Mariano.
Menurut dia, konferensi ini bertujuan untuk menemukan cara memperkuat kewarganegaraan global yang tangguh, kreatif, dan inovatif di era digital.
Melalui diskusi tentang bahasa, keragaman budaya, kemanusiaan, dan konektivitas berkelanjutan, konferensi ini diharapkan dapat mendorong transformasi pendidikan tinggi dalam era digital.
Mariano juga menyambut para pembicara utama, presenter, dan peserta dengan hangat.
“Kami menyambut Anda dengan hati yang paling hangat. Ini adalah rumah kami, tempat untuk menyajikan, berbagi, dan mendiskusikan ide-ide segar, sudut pandang multi, dan hasil penelitian baru di sekitar tema dan subtema konferensi,” katanya.
Ucapan terima kasih khusus disampaikan kepada para pembicara utama, antara lain, Mariane Turner dari Monash University Australia, Anuncius Gumawang Jati dari Institut Teknologi Bandung, Semiarto Aji Purwanto dari Universitas Indonesia, dan Sebastianus Menggo dari Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng.
Selain itu, Mariano juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh presenter, peserta, serta panitia yang telah bekerja keras menyelenggarakan konferensi ini.
“Sebagai Dekan FKIP, saya menghargai dan menghormati Anda. Tema yang dipilih sangat strategis dan relevan untuk merangsang dan memprovokasi kita, bukan untuk bertarung tetapi untuk bertukar ide,” ujarnya.
Konferensi ini diharapkan tidak hany menjadi pertemuan tahunan, tetapi juga sejarah tentang diskusi akademis yang indah, semangat kolaboratif, dan pertemuan yang ramah.
“Kami sangat berterima kasih kepada Tuhan atas kesempatan dan anugerah yang diberikan-Nya kepada kita sepanjang konferensi ini. Sebelum, dengan, dan di dalam-Nya, kita akan memulai konferensi ini. Tuhan memberkati kita semua,” pungkasnya.
Konferensi Internasional 4th ICHELAC ini menjadi wadah penting bagi para akademisi dan praktisi untuk berdiskusi dan mencari solusi terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam dunia pendidikan tinggi di era digital.
Penulis: Leo Jehatu