Oleh: Prof. Dr. Drs. Fransiskus Bustan, M.Lib
Dosen Pascasarjana Undana Kupang
Tidak dapat disangkal lagi. Pendidikan, secara dasariah, bertujuan memanusiakan manusia. Tujuan ini disasarkan pada peningkatan dan pemertahanan harkat dan martabat manusia sebagai makluk ciptaan Tuhan paling mulia di muka bumi ini.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan, peran sekolah sangat penting dan menentukan. Mengapa? Karena selain sebagai suatu lembaga pendidikan formal, sekolah juga mengemban peran sebagai pusat kebudayaan dan pusat peradaban manusia.
Kebermaknaan peran sekolah tersebut diharapkan tidak hanya menyatu selama proses pembelajaran berlangsung, tetapi juga menyata secara empiris dalam luaran yang dihasilkan.
Hal itu ditandai dengan adanya perubahan pola perilaku dan cara pandang luaran sekolah yang mampu memberikan pakaian arti atau pakaian makna terhadap eksistensi hidup dan kehidupannya di tengah masyarakat.
Perubahan pola perilaku dan cara pandang itu bertalian erat secara maknawi dengan esensi isi pesan yang tersurat dan tersirat dalam sebuah pepatah Latin, Non scholae sed vitae discimus.
Secara eksplikatif, pepatah itu menyiratkan makna, bahwa kita mengikuti pendidikan sekolah, selain bertujuan memperoleh ijazah, juga bermaksud meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan kita sebagai anggota suatu masyarakat.
Mengapa? Karena ijazah sebagai Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) adalah salah bukti administrasi formal yang menandakan sudah berakhir atau selesainya proses persekolahan dalam jenjang pendidikan formal tertentu, termasuk dalam jenjang Pendidikan Tinggi.
Takaran kebermaknaan ijazah tidak hanya ditandai dengan indeks prestasi yang dicapai, tetapi juga ditandai dengan pemilikan pengetahuan dan kecakapan hidup sebagai modal dasar dalam menjalankan kehidupan nyata di tengah masyarakat.
Demikian kristalisasi beberapa pokok pikiran yang tersurat dan tersirat dalam sambutan yang disampaikan Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana), Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M. Sc, dalam Upacara Pengukusan Lulusan, Wisuda Doktor, Magister, Profesi, Sarjana, dan Diploma, Universitas Nusa Cendana, Periode Kedua Juni Tahun 2024 yang dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Juni 20024 di Gedung Graha Cendana Universitas Nusa Cendana Kupang.
Kepada para wisudawan-wisudawan, dia menitip sepenggal pesan agar kehadiran mereka di tengah masyarakat setelah diwisuda akan menjadi ‘mata air’ bagi masyarakat dan bukan membawa ‘air mata’ bagi masyarakat sebagai ungkapan rasa sedih atas kepercumaan mengenyam pendidikan.
Sambutan itu diriuhi tepuk tangan karena disisipi pantun dengan pilihan kata-kata dan cara pengungkapan yang mengandung keindahan bentuk dan mengundang keindahan inderawi ketika disimak.
Pantun yang didendangkan bukan sekedar menimpali pantun yang sempat didendangkan wakil wisudawan dan wisudawati ketika menyampaikan sambutan, tetapi menyiratkan resapan harapan alma mater Undana, bagaimana semestinya mereka bersikap dan berperilaku di tengah masyarakat sebagai jebolan Undana.
Demikian cuilan resapan keinginan dan harapan sebagai kado dari alma mater Undana untuk para wisudawan dan wisudawati guna menjadi penuntun hidup mereka di tengah masyarakat NTT.
Di atas pundakmu, NTT niscaya sukses dan NTT niscaya sejahtera. Keniscayaan itu akan melesapkan stigma NTT dengan plesetan Nanti Tuhan Tolong dan Nasib Tidak Tentu yang sempat dikuakkan selama ini berkat kehadiran cendikiawan dan cendikiawati jebolan Undana setiap tahun.
Undana jaya, NTT jaya. NTT jaya, Undana jaya. Mengapa? Karena Undana adalah universitas negeri tertua di NTT. Semakin tua usia Undana, semakin berminyak luaran Undana setiap tahun yang menebar bersamaan dengan semerbaknya wangi minyak cendana yang sudah terkenal seantero jagat. Semoga …