Kupang, Vox NTT- dr. Christian Widodo memiliki peluang besar untuk unggul dari pasangan calon lain di pemilihan wali kota Kupang tahun 2024 pada November mendatang.
“Mereka punya peluang. Muda dan energik,” sebut pengamat asal Undana Kupang, Lasarus Jehamat kepada VoxNtt.com, Kamis (18/7/2024) malam.
Hanya saja, untuk Kota Kupang dikatakan peneliti di LPM Undana itu, meski pemilihnya hidup di kota. Pemilihnya masih banyak yang tradisional.
“Aspek sosio politik bisa representatif dan menjadi representasi generasi muda, tapi dari sudut etno-politik, menurut saya, menjadi tantangan yang harus mereka jawab ini ke depan,” ujar Dosen Sosiologi Undana Kupang itu.
Kepala pusat kajian Budaya dan Pariwisata di LPM Undana itu mengatakan, pemilih di Kota Kupang masih bermain dalam ruang berpola.
“Kenapa? Karena secara kultural, Kota Kupang menggambarkan konfigurasi politik NTT yang kental dengan nuansa politik terpola menurut basis politik, budaya, etnis, dan agama,” kata dia.
Alumni Pascasarjana UGM itu menyebut alasan lain yang menjadi keunggulan pasangan Christian Widodo dan Serena Francis adalah soal wajah baru di bursa Pilwalkot Kupang.
“Keunggulan utama mereka sebetulnya, selain kualitas, juga karena mereka dua ini orang baru,” kata Jehamat.
“Masyarakat kota kelihatan sudah bosan dengan muka lama secara psikopolitis. Ini peluang besar mereka dua,” kata Dosen sementara menjalani studi Doktoral itu.
Publik Ingin Wajah Baru
Senada Lasarus, Pengamat politik sekaligus pengajar Sosiologi Politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK), Ahmad Atang, melihat bahwa dengan keunggulan Christian Widodo jika berhadapan dengan setiap kandidat petahana, maka bisa dimaknai bahwa publik Kupang menginginkan wajah baru untuk memimpin Kota Kupang.
Publik Kota Kupang menurutnya, sudah tahu plus-minus para kandidat petahana ketika mereka memimpin Kota Kupang.
Oleh karena itu, rekam jejak jabatan politik dari keempat kandidat akan mengukur tingkat popularitas dan elektabilitas masing-masing.
“Fenomena ini memberikan gambaran bahwa tingkat penerimaan publik terhadap walikota lebih tinggi pada kandidat yang bukan incumbent. Di sini dapat dikatakan bahwa para incumbent memiliki plus-minus di mata publik Kota Kupang, sehingga mereka lebih memberikan harapan baru bagi kandidat yang belum pernah memimpin kota,” kata Ahmad.
“Dengan demikian, ada semacam kejenuhan publik terhadap wajah lama dan lebih memilih wajah baru,” ujarnya menambahkan.
Penulis: Ronis Natom