Mbay, Vox NTT – Kondisi pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aeramo, Kabupaten Nagekeo, kian mengkhawatirkan akibat ketiadaan dokter spesialis.
Situasi ini telah memaksa pihak rumah sakit untuk memberlakukan sistem rujukan pasien ke rumah sakit di luar daerah, sebuah kebijakan yang belum pernah terjadi sebelumnya selama masa jabatan Bupati Nagekeo, Dokter Yohanes Don Bosco Do.
“Kalau harus dirujuk, jelas biaya non medis akan lebih besar. Pengobatan Mama sudah pakai KIS, tapi soal keperluan lain selama di Ende siapa yang mau tanggung?” tukas Yakobus Salvator Dhajo (59), belum lama ini.
Direktur Utama RSUD Aeramo, dr. Candrawati Saragih mengatakan, pihak rumah sakit telah mengajukan permohonan penambahan dokter spesialis melalui program Pemberdayaan Dokter Spesialis (PGDS). Posisi yang mendesak untuk diisi di antaranya adalah dokter spesialis bedah, radiologi, dan anestesi. Namun, hingga saat ini, belum ada jawaban dari pihak terkait.
“Kami sudah mengajukan penambahan dokter spesialis melalui program PGDS, khususnya untuk posisi yang saat ini kosong. Namun, hingga saat ini belum ada respons,” ujar dr. Candrawati saat diwawancarai di ruang kerjanya, Jumat (9/8/2024).
Selain melalui program PGDS, RSUD Aeramo juga berupaya mengatasi masalah ini dengan mengadopsi sistem sister hospital.
Dalam upaya ini, rumah sakit telah memperbaharui kerja sama dengan Rumah Sakit Dr. Sardjito dan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM). Kerja sama ini diharapkan dapat membantu suplai dokter spesialis yang sangat dibutuhkan.
“Kami telah menjalin kerja sama melalui sebuah dokumen perjanjian khusus untuk menyuplai tenaga dokter spesialis yang sedang kami butuhkan,” lanjut dr. Candrawati.
Penulis: Patrianus Meo Djawa