Oleh: Emilianus Julio
- Mahasiswa IFTK Ledalero Semester III
Ulasan penting hasil wawancara terhadap biarawati, Sr. Anas yang bergabung dalam “Asosiasi Lembaga Misionaris Awam (ALMA) Nita”.
Keterlibatan seseorang dalam melawat kaum-kaum marjinal (terpinggir) bukanlah hal yang gampang, apalagi peduli terhadap sesama yang menderita dan berkekurangan.
Bagi sebagian orang yang mempunyai kelebihan dalam hidupnya (mapan dan berkecukupan) mungkin mampu melakukannya.
Namun, peduli terhadap mereka yang berkebutuhan khusus (disabilitas) dan menjadi bagian dalam hidup mereka, merawat, menjaga dan membesarkan mereka dengan penuh kasih sayang.
Secara sosial tidak semua orang mampu melaksanakannya dengan penuh ikhlas. Terkecuali mereka yang terpanggil khusus untuk memberikan diri sepenuhnya bagi tugas mulia tersebut.
Begitulah, sepenggal ungkapan yang dapat menggambarkan sepotong cerita dan pengalaman kasih biarawati, para suster tarekat Asosiasi Lembaga Misionaris Awam (ALMA), yang berkarya membantu, mendidik dan membesarkan anak-anak disabilitas atau berkebutuhan khusus, di bawah naungan Yayasan Bhakti Luhu.
Kisah nyata perjuangan para suster Alma disoroti dan terpotret jelas di Komunitas Pimpinan Anak Cabang (PAC) Yayasan Bhakti Luhu Nita atau Panti Asuhan Alma Nita.
Lokasinya berada di Jalan Paudodo – No 296, tepatnya di Dusun Lalat, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ketika dikunjungi oleh berberapa frater Scalabrinian, pada Kamis, 12 September 2024 lalu, begitu banyak makna dan pengetahuan yang diperoleh para frater dari secuil cerita yang diberikan oleh salah satu suster di Panti Asuhan Alma Nita.
Sr. Anas menjelaskan, Alma merupakan kumpulan para misionaris awam yang dipanggil khusus untuk menjaga, merawat dan membimbing anak – anak berkebutuhan khusus (disabilitas).
Panti Asuhan Alma Nita dikelola oleh tiga orang biarawati. Mereka adalah Sr. Anas, Sr.Vemi, dan Sr. Rosa.
Selain para suster, Panti Asuhan Alma Nita, juga dibantu oleh tiga orang karyawan perempuan.
Ketiga karyawan tersebut merupakan bagian dari anak-anak yang pernah diasuh oleh para suster Alma Nita. Sekarang mereka telah dewasa dan mengerti dengan keadaan para suster.
Panti Asuhan Alma Nita berdiri sejak tahun 1992 di Kabupaten Sikka (Maumere) Nusa Tenggara Timur (NTT), sesudah gempa besar terjadi yang mengakibatkan kerusakan besar di Kabupaten Sikka pada masa itu.
Sr. Anas selaku formator di Alma Nita, mengungkapkan alasan utama mereka mendirikan Komunitas Alma di Maumere, karena ingin menjaga, merawat anak-anak yang berkebutuhan khusus dan terlantar yang diakibatkan oleh gempa tersebut.
“Pada saat ini kami para suster tengah merawat 21 orang anak yang berkebutuhan khusus di dalam panti, dan tiga di antaranya berkebutuhan khusus non-panti atau di luar Panti Asuhan Alma Nita,” kata dia.
Selain itu, Sr. Anas menjelaskan Komunitas Susteran Alma mulai bermisi di Indonesia, sekaligus dibangun pada tahun 1962, tepatnya di Malang, Jawa Timur.
Komunitas Susteran Alma merupakan kelompok yang dipanggil khusus untuk melayani kaum disabilitas atau anak-anak berkebutuhan khusus (disabilitas).
Mereka diberi tugas secara khusus untuk menjaga, merawat, serta mengalami suka-duka dari anak-anak yang menderita atau berkebutuhan khusus (disabilitas).
Karya yang diimani oleh para suster Alma ini sangat mulia, sebab di balik memperhatikan anak-anak tersebut, mereka masih mampu untuk mencari nafkah demi menghidupi komunitas mereka.
Mengerti, merawat, dan mendidik anak-anak berkebutuhan khusus tentu saja bukan masalah yang gampang atau semudah mengeluarkan kata-kata.
Susteran Alma juga menggandeng kaum awam untuk membantu meringankan tugas pelayanannya.
Kaum awam disekolahkan khusus di Yayasan Bhakti Luhur untuk dididik dan dibina mengasuh anak disabilitas serta hidup berdampingan dengan anak-anak disabilitas tersebut.
Anak-anak Panti Asuhan Alma dididik, dibina dan diasah keterampilan dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka mampu bertumbuh menjadi orang yang mandiri dan berdaya guna.
Sr. Anas mengatakan, jumlah anak-anak di Alma Nita semakin bertambah, dari usia dua tahun sampai umur 30-an tahun dengan beragam latar belakang yang berbeda.
“Ada juga beberapa yang normal, tapi kenapa mereka ada di sini? karena mereka punya cerita tersendiri. Ada yang karena ditelantarkan, orangtua merasa dibebankan, atau anak dari pasangan yang tidak bertanggung jawab.”
“Kita hanya mau menyelamatkan mereka, suatu saat mereka mau cari orangtua mereka, silakan! Intinya mereka sudah bisa mandiri,” kata Sr. Anas.
Dalam karya misi yang telah berkembang dan hidup, Sr. Anas mengaku, sejak berdirinya Panti Asuhan Alma Nita, hingga sekarang pihaknya belum memiliki donatur tetap yang siap membiayai dan membantu tugas pelayanan mereka.
Namun, tiap tahunnya, mereka selalu mendapatkan uluran kasih dari orang-orang yang hendak berbagi kasih dengan anak-anak Panti Asuhan Alma Nita.
“Kami juga membiayai kehidupan kami dari jerih lelah anak-anak panti yang telah memiliki keterampilan dan bisa menghasilkan duit dari karya-karya yang mereka buat, baik di bidang pertanian, peternakan dan tukang bangunan,” kata Sr. Anas.
“Kalau untuk donatur tetap kami tidak punya, tetapi dengan hasil keringat mereka, contoh berkebun dengan banyak kegiatan, hasil dari situ yang kita gunakan, bisa untuk biaya pendidikan mereka, kebutuhan sehari-hari untuk mereka.”
Di sisi lain Sr. Anas berterima kasih kepada Tuhan, sehinnga semuanya masih dapat bertahan hingga sekarang. Di saat bersusahan Tuhan selalu ada.
Dalam mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus (menderita karena cacat), Sr. Anas juga mengaku menuai banyak tantangan dan kendala. Namun pihaknya selalu berjuang mencari solusi di tengah kesulitan mereka.
Banyak orang yang beranggapan, secara khusus masyarakat lingkungan di sekitar Panti Asuhan Alma Nita, beranggapan bahwa kehidupan para suster Alma Nita, tidak pernah mengalami kekurangan dalam hal kebutuhan.
Namun, kenyataannya para suster Alma Nita, sangat mengharapkan uluran kasih dari berbagai pihak. Organisasi sanak saudara agar tergerak hatinya bersama-sama untuk berbagi kasih terhadap kaum disabilitas atau anak-anak berkebutuhan khusus yang tengah diasuh di Panti Asuhan Alma Nita.
Selain itu, Sr. Anas tidak pernah mengharapkan donatur yang tetap untuk membantu meringankan segalanya. Tetapi dia mengharapkan bagi siapa saja yang ingin berpartisipasi untuk membantu dan meringankan beban mereka, “silakan mengunjungi Panti Asuhan Alma Nita.”
Panti ini beralamat di Jalur Jalan Paudodo – No 296, tepatnya di Dusun Lalat, Kecamatan Nita, Kabupaten Sika, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Catatan:
Tulisan ini diangkat dari sebuah kisah nyata dan bagaimana penulis mengalami secara langsung cerita tersebut. Kehadiran wawancara amat membantu penulis, untuk mencari dan menggali lebih dalam keberadaan dari para suster Alma Nita.
Begitu banyak kesedihan dan kegembiraan yang dialami oleh para paenulis, ketika mendengar desas-desus dari salah satu Sr. Alma Nita yang menjadi pokok narasumber.
Dalam hal ini, harapan besar dari penulis ialah semoga tulisan ini dapat membuka wawasan dan kesadaran bagi para kaum muda serta berbagai pihak lingkungan sekitar tentang bagaimana cara melestarikan kasih terhadap sesama, secara khusus bagi kaum- kaum menderita cacat atau berkebutuhan khusus.