Ruteng, Vox NTT – Unika St. Paulus Ruteng kembali mengadakan 4th International Conference on Education, Humanity, Health, and Agriculture (ICEHHA).
Konferensi internasional ini menghadirkan tiga pembicara kunci dengan tema yang relevan terhadap tantangan global saat ini.
Ketiga pembicara memberikan wawasan mendalam dalam bidang linguistik digital, kesehatan global, dan inovasi agrikultur yang berkelanjutan.
Pertama, Prof. Dr. Yazid Basthomi, pakar linguistik dari Universitas Negeri Malang. Ia membawakan materi berjudul; “Corpus Linguistics and Big Data: Analyzing Language in the Digital World.”
Yazid menjelaskan bagaimana big data telah merevolusi penelitian linguistik.
Penggunaan corpus linguistics, kata dia, untuk menganalisis bahasa berdasarkan data nyata dari teks dan ucapan yang terkumpul dalam jumlah besar.
Dengan teknologi big data, peneliti dapat memahami tren bahasa di media sosial, menganalisis sentimen masyarakat, dan mengidentifikasi perubahan pola bahasa secara real-time.
Yazid juga menyoroti pentingnya etika dan privasi dalam penggunaan data linguistik.
Kedua, Asst. Prof. Dr. Prapaporn Muangkaew, akademisi dari Thailand. Ia membawakan materi berjudul; Global Health: Challenges, Innovations, and Sustainable Solutions.
Prapaporn mengupas isu-isu mendesak di bidang kesehatan global, termasuk penyakit menular, dampak perubahan iklim, dan ketimpangan akses layanan kesehatan.
Ia menekankan perlunya kolaborasi inovatif antar-negara untuk menciptakan solusi berkelanjutan dalam meningkatkan kesehatan global.
Inovasi teknologi, kerja sama lintas disiplin, dan penguatan sistem kesehatan menjadi poin utama dalam membangun ketahanan kesehatan dunia.
Ketiga, Prof. Ir. Sahat Marulitua Pasaribu, M.Eng., Ph.D dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ia membawakan materi berjudul; Agritech and Inclusive Agricultural Financing to Support Production and Sustainable Food System.
Sahat membahas peran teknologi agrikultur (Agritech) dan pendanaan inklusif untuk mendukung sistem produksi pangan berkelanjutan.
Dengan latar belakang tantangan seperti perubahan iklim, keterbatasan lahan, dan rendahnya akses pendanaan bagi petani kecil, Prof. Sahat memaparkan bagaimana teknologi digital, pertanian presisi, dan kemitraan dengan startup agrikultur dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian.
Ia juga menyoroti pentingnya dukungan pemerintah dan pendidikan generasi muda di sektor agrikultur.
Hari pertama ICEHHA 2024 menawarkan wawasan kritis untuk menjawab tantangan di era digital, kesehatan global, dan pertanian yang berkelanjutan.
Ketiga pembicara kunci memberikan inspirasi dan solusi praktis bagi akademisi, peneliti, dan pembuat kebijakan.
Acara ini diharapkan dapat menjadi wadah kolaborasi untuk menciptakan perubahan positif di berbagai bidang. [VoN]