(Sebuah Tilikan Linguistik)

Oleh: Fransiskus Bustan
Dosen FKIP Undana Kupang

Perayaan Natal 2024 memang sudah kita lalui beberapa hari silam, namun resapan harapan yang diisyaratkan melalui tema yang diusungnya, “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem”, niscaya masih mengiang di kuping setiap umat Kristiani.

Mengapa? Karena tema tersebut begitu unik dan menarik jika dibedah dan dikuliti secara cermat dan saksama ditilik dari perspektif linguistik atau ilmu bahasa.

Ditilik secara khusus dari perspektif linguistik, bentuk tekstual satuan kebahasaan sebagai unsur bawahan yang membentuk tema tersebut memang tampak singkat dalam struktur mukaan.

Meskipun demikian, esensi isi pesannya padat makna karena bergayut dengan konteks situasi peristiwa sejarah kelahiran Yesus Sang Juru Selamat di sebuah kota kecil bernama Betlehem.

Karena konteks selalu hadir mendahului teks, tema itu hadir karena adanya konteks kelahiran Yesus Sang Juru Selamat di Betlehem.

Karena itu, tema tersebut tidak dilihat sebagai sebuah bongkah sintaksis lepas konteks sesuai kaidah yang berlaku dalam analisis wacana linguistik.

Sesuai kenyataan bentuk tekstual satuan kebahasaan yang tampak secara fisik dalam struktur mukaan, tema perayaan Natal tahun 2024 tampil sebagai sebuah kalimat ajakan yang ditandai dengan penggunaan kata ‘marilah’. Kata ini merupakan hasil perpaduan kata ajakan ‘mari’ dan partikel ‘–lah’ yang kehadirannya menyebabkan ajakan itu terasa lebih bersifat persuatif.

Penggunaan partikel ‘-lah’, selain mengandung keindahan bentuk dalam struktur mukaan, juga mengundang kenikmatan inderawi ketika tema itu dituturkan dan disimak. Seandainya partikel ‘-lah’ dilesapkan atau dihilangkan, aspek kenikmatan inderawi tidak begitu menyengat rasa ketika dituturkan.

Selain penggunaan partikel ‘-lah’ sebagai penanda ajakan, karakteristik bentuk tekstual satuan kebahasaan yang digunakan dalam tema tersebut sangat unik dan menarik ditilik dari struktur gramatikal.

Keunikan aspek struktur gramatikal ditandai dengan posisi kata (adverbia) ‘sekarang’ sebagai keterangan waktu yang berfungsi pemarkah temporal.

Kata (adverbia) ‘sekarang’ sebagai keterangan waktu yang berfungsi pemarkah temporal tidak diletakkan pada posisi akhir kalimat sesudah keterangan tempat ‘ke Betlehem’ sebagai adverbia pemarkah lokatif yang menyatakan tujuan verba tindakan ‘pergi’ sebagai predikat.

Kata (adverbia) ‘sekarang’ justru diletakkan pada posisi tengah antara kata ‘marilah’ sebagai pemarkah ajakan dan kata ‘kita’ sebagai pronomina persona pertama jamak yang berfungsi sebagi subjek kalimat tersebut.

Pengedepanan posisi kata (adverbia) ‘sekarang’ bertujuan menegaskan makna pesan tentang aspek kewaktuan dari verba tindakan ‘pergi’ ke Betlehem sebagai keterangan tempat tujuan.

Karena berfungsi menegaskan, tidak heran kata (adverbia) ‘sekarang’ menggunakan intonasi menaik ketika dituturkan sehingga dirasakan kenikmatan inderawi ketika disimak pendendar sebagai pihak penerima pesan.

Penegasan itu mengingatkan ‘kita’ sebagai umat Kristiani dalam kapasitas peran sintaksis sebagai subjek kalimat agar jangan menunda lagi kepergian ke Betlehem menyambut kedatangan Yesus Sang Juru Selamat karena Dia sudah lahir di sebuah palungan sederhana beralas jerami di sebuah kandang domba.

Kalau bukan sekarang, kapan lagi kita umat Kristiani pergi ke Betlehem sembari menikmati kesederhanaan sebagai mahkota keindahan dalam bingkai iman Kristiani. Semoga …