Mbay, Vox NTT — Klemens Dhae (45), warga RT 16 Dusun Wowo, Desa Pagomogo, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, menghadapi kenyataan pahit ketika istrinya, Maria Ernest Wonga (43), jatuh sakit parah.
Dalam kondisi darurat itu, Klemens harus menggotong sang istri sejauh 8 kilometer untuk mendapatkan perawatan medis di rumah sakit.
Akses transportasi yang terbatas dan kondisi jalan yang buruk memaksa warga di wilayah tersebut untuk berjuang keras dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka, termasuk mendapatkan layanan kesehatan.
Klemens adalah satu dari ratusan warga yang tinggal di tiga dusun—Dusun Wowo, Dusun Garo, dan Dusun Tua Nio—yang sudah bertahun-tahun menghadapi kesulitan akses transportasi.
Sejak Kabupaten Nagekeo bergabung dengan Kabupaten Ngada, wilayah ini seolah terlupakan dan tidak mendapat perhatian yang memadai dari pemerintah.
Kondisi ini semakin memprihatinkan ketika musim hujan tiba, yang memperburuk keadaan jalan di daerah tersebut.
Menurut Klemens, kondisi jalan sangat buruk, terutama saat musim hujan. Jalan trans Lena-Soroewa yang menjadi satu-satunya akses utama antara dusun-dusun tersebut, licin dan rawan bencana.
Tidak ada kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, yang berani melintasinya karena risiko kecelakaan yang tinggi.
“Kalau musim hujan, kali banjir besar. Setelah itu, batu-batu besar tutup jalan. Itu tidak mungkin bisa kita pindah kecuali pakai alat berat,” ungkapnya.
Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi masyarakat, terutama ketika mereka menghadapi situasi darurat, seperti sakit parah atau ibu hamil yang akan melahirkan.
Selain membahayakan nyawa, buruknya akses jalan juga menghambat perekonomian warga.
Mantan Kepala Desa Ulupulu 1, Emilianus Meze menjelaskan, meskipun wilayah ini memiliki hasil bumi yang melimpah, seperti kemiri, kakao, dan jambu mete, namun akses jalan yang buruk menyebabkan harga jual hasil pertanian mereka sangat rendah.
“Kalau pedagang beli langsung, harganya pasti murah. Kalau mereka mau jual ke pasar, mereka harus menyewa kendaraan dengan harga yang mahal,” ujar Emilianus.
Harapan warga untuk mendapatkan akses jalan yang layak kini bergantung pada perjuangan Anton Sukadame Wangge, anggota DPRD Nagekeo dari Partai NasDem.
Sebelumnya, perjuangan untuk pembangunan jalan ini sempat diperjuangkan oleh Fransiskus Julu Laga, anggota DPRD dari PKB, namun upaya tersebut terhenti setelah ia meninggal dunia pada Februari 2025.
Kini, Klemens Dhae bersama 150 kepala keluarga yang tinggal di wilayah tersebut berharap Anton Sukadame Wangge dapat melanjutkan perjuangan mereka.
Masyarakat mendambakan akses jalan yang lebih baik, agar mereka tidak lagi harus bertaruh nyawa hanya untuk mendapatkan layanan kesehatan atau menjual hasil bumi mereka dengan harga yang wajar.
Penulis: Patrianus Meo Djawa