Kupang, Vox NTT– Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma, berharap program Mentari bisa membawa manfaat bagi masyarakat NTT dengan memanfaatkan energi baru terbarukan, seperti matahari.
“Provinsi ini mempunyai potensi energi matahari yang sangat kuat, yang merupakan energi baru terbarukan yang merupakan energi masa depan bagi kita semua,” ujar Johni ketika menerima kunjungan tim program Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia (Mentari) di Ruang Kerja Wakil Gubernur NTT, Jumat, 7 Maret 2025.
Menurutnya, program Mentari tentu saja sebagai wujud nyata pembangunan energi yang berkelanjutan.
“Terima kasih, atas kunjungannya. Ini merupakan bukti kuatnya hubungan serta komitmen kita dalam membangun NTT yang lebih baik ke masa depan,” kata Johni.
Program Mentari merupakan sebuah kemitraan energi rendah karbon antara Negara Inggris dan Negara Indonesia yang telah berjalan selama 5 tahun (2020-2025) sebagai hasil kerja sama antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dan Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, dalam mendukung pengembangan energi rendah karbon di Indonesia.
Juru bicara tim program Mentarai, Trio Jirmia Reza, mengaku kedatangan mereka bertemu Johni Asadoma untuk mengundang Gubernur dan Wakil Gubernur NTT agar menghadiri secara langsung acara berbagi pembelajaran program Mentari bertajuk “Merawat Pengetahuan, Merawat Bumi: Membangun Swasembada Energi Bersih dari Desa” yang akan dilaksanakan pada Selasa, 11 Maret 2025 mendatang di Ballrom Hotel Harper Kupang.
Sebagai rangkaian dalam kegiatan ini, kata Reza, akan dilakukan juga sosialisasi dan penyerahan Dokumen Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi NTT 2025-2034 yang telah disusun dengan mengintegrasikan prinsip Gender, Disabilitas dan Inklusi Sosial (GEDSI) guna memastikan transisi energi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam pertemuan tersebut juga dibahas tentang proyek percontohan pembangunan dua unit PLTS dengan total kapasitas 95 kWp di Desa Mata Redi dan Mata Woga, Kabupaten Sumba Tengah serta pelaksanaan pelatihan di 42 lokasi penerima PLTS Dana Alokasi Khusus di Pulau Sumba.
Program ini juga telah mencakup pelatihan teknis dan non – teknis, penguatan BUMDes, serta pemanfaatan energi untuk meningkatkan nilai tambah pangan dan produk perkebunan lokal (kemiri, jahe dan serai). [VoN]