Kupang, Vox NTT— Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Melki Laka Lena, menginisiasi langkah tak biasa dengan mengajak seluruh bupati dan wali kota se-NTT untuk “mendatangi” langsung kementerian-kementerian di Jakarta.
Bukan untuk pelesiran, tetapi untuk menyampaikan proposal pembangunan secara langsung dan mengetuk pintu-pintu kementerian dengan semangat baru dari wilayah timur Indonesia yang selama ini kerap terpinggirkan dari perhatian pusat.
Langkah strategis dan progresif ini menyita perhatian dan menuai pujian dari berbagai kalangan, termasuk para alumni Seminari Pius XII Kisol (Sanpio) di Kupang.
Dalam diskusi bulanan yang digelar pada Rabu, 9 April 2025, para alumni menyatakan optimisme mereka terhadap kepemimpinan Melki yang dinilai bukan hanya pandai bicara, tapi juga piawai dalam mengeksekusi kebijakan.
“NTT sedang bersiap berlari lebih cepat, dan Melki sedang membuktikan diri sebagai pemimpin yang bekerja nyata,” ujar Aloysius Sukardan, salah satu senior Sanpio dalam forum diskusi tersebut.
Gagas Perubahan lewat Konsolidasi dan Jaringan
Optimisme tersebut, menurut para alumni, tidak lahir dari euforia semata. Melki dinilai memiliki kekuatan jaringan politik dan ekonomi yang kuat, serta kemampuan konsolidasi baik di tingkat lokal maupun nasional.
“Sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat, Pa Melki tahu cara menjahit jaringan-jaringan ini untuk membangun NTT,” tambah Aloysius.
Dalam diskusi tersebut, Gubernur Melki juga membeberkan pengalamannya saat mendatangi berbagai kementerian, salah satunya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dipimpin Bahlil Lahadalia.
Pertemuan dengan Bahlil, yang juga Ketua Umum Partai Golkar, digelar hingga larut malam.
“Kami rapat dari jam 11 malam sampai jam 1 dini hari. Pak Bahlil sampai geleng-geleng kepala, katanya belum pernah ada kepala daerah yang datang lengkap seperti kami,” kisah Melki.
Pertemuan itu tidak berhenti pada diskusi semata. Gubernur dan para kepala daerah NTT mendesak agar hasil pertemuan segera ditindaklanjuti dengan keputusan anggaran.
“Sudah rapat sampai tengah malam, saat mau pulang kami paksa supaya langsung ditetapkan berapa angkanya,” ungkap Melki yang disambut tawa para alumni.
Hasilnya, NTT dipastikan mendapatkan alokasi program hilirisasi garam dan rumput laut — sebuah capaian konkret dari pendekatan yang berani dan tidak konvensional.
Strategi Politik yang Efektif
Menurut Rudy Jeharum, alumni Sanpio sekaligus mantan frater di Unwira Kupang, pendekatan Melki adalah bentuk strategi politik yang keluar dari kebiasaan birokrasi.
“Ia tak menunggu anggaran turun. Ia tak sekadar menulis proposal. Ia datang langsung, mengetuk, berbicara, meyakinkan, dan menuntut,” ujarnya.
Senada, Eren Holivil, dosen FISIP Undana Kupang dan analis politik, menyebut langkah ini sebagai angin segar dalam birokrasi yang kerap formal dan lamban.
Gaya Melki yang blak-blakan justru menjadi kekuatan, apalagi ditopang oleh jaringan pusat yang strategis.
“Hubungannya dengan tokoh pusat bukan sekadar relasi partai, tapi dijadikan jalur distribusi kebijakan yang nyata bagi rakyat NTT,” jelas Eren.
Para alumni Sanpio meyakini bahwa langkah Melki ini baru awal dari gerakan yang lebih besar untuk membangkitkan NTT.
“Kalau cara seperti ini terus dijalankan selama lima tahun, bukan mustahil NTT bisa benar-benar bangkit. Bahkan di tengah situasi global yang sedang tidak pasti,” tutup Eren dalam diskusi tersebut.
Penulis: Ronis Natom