Mbay, VoxNTT.com — Ratusan warga Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, antusias mengikuti kegiatan sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang digelar di Aula Kantor Desa Wolowea, Sabtu, 17 Mei 2025.

Kegiatan ini diinisiasi oleh Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Julie Soetrisno Laiskodat, sebagai bagian dari upaya memperkuat wawasan kebangsaan di tengah masyarakat.

Tenaga Ahli Julie Soetrisno Laiskodat di Kabupaten Nagekeo, Veronika Aja, menjelaskan kegiatan tersebut bertujuan membumikan nilai-nilai dasar bangsa, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Ibu Julie berkomitmen membawa nilai-nilai kebangsaan ini ke seluruh lapisan masyarakat, termasuk di daerah-daerah,” ujarnya.

Hampir seluruh kader Partai NasDem Nagekeo turut ambil bagian dalam kegiatan ini. Hadir pula Ketua DPD Partai NasDem Nagekeo, dr. Johanes Don Bosco Do, seluruh anggota DPRD Fraksi NasDem, serta sejumlah tokoh masyarakat.

Camat Boawae, Vitalis Bay, menjadi salah satu pemateri utama dalam kegiatan tersebut.

Ia menyampaikan materi tentang empat pilar kebangsaan dengan gaya yang lugas dan penuh semangat.

Vitalis, yang dikenal sebagai kader GMNI saat masa kuliah, mengajak warga untuk menghayati makna persatuan dan tanggung jawab bersama dalam membangun daerah.

“Empat pilar kebangsaan—Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika—adalah fondasi utama bangsa ini. Bila dipahami dan diterapkan, maka bapak ibu semua akan hidup secara rukun, menjaga persatuan, dan dapat bersama membangun daerah kita,” ungkap Vitalis dalam pemaparannya.

Selain sesi sosialisasi, kegiatan ini juga menjadi momen refleksi warga terhadap peran Julie Soetrisno Laiskodat di Kabupaten Nagekeo.

Salah satu warga, Florentina Ceme (42), memberikan testimoni tentang pengalaman dan dampak positif yang dirasakannya sejak mengenal istri mantan Gubernur NTT tersebut.

“Ibu Julie sangat peduli dengan masyarakat kecil, terutama para petani perempuan seperti kami. Tahun 2021, beliau menggagas budidaya bambu di Wolowea. Kami dilatih menanam, merawat, dan mengolah bambu menjadi produk bernilai ekonomi,” tutur Florentina.

Kelompok perempuan yang tergabung dalam Kelompok Delima berhasil menanam sekitar 4.000 anakan bambu.

Dari pelatihan tersebut, mereka kini mampu menghasilkan berbagai produk olahan bambu, seperti teh herbal dari daun bambu, biochar, dan asap cair dari ranting bambu.

Biochar merupakan arang aktif yang bermanfaat untuk kesuburan tanah dan menyerap racun, sedangkan asap cair digunakan sebagai pengusir hama alami, pengawet kayu, hingga bahan antiseptik.

Buah dari kerja keras itu mengantarkan Florentina dan rekan-rekannya hingga ke Osaka, Jepang, untuk mengikuti ajang Osaka Expo 2025.

“Kami tidak pernah membayangkan bisa sampai ke Jepang hanya karena bambu. Ini semua berkat bantuan dan perhatian Ibu Julie Laiskodat,” ujarnya bangga.

Penulis: Patrianus Meo Djawa