Oleh: Pater Darmin Mbula, OFM

Ketua Presidium Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK)

Kebangkitan Nasional yang dipelopori oleh Dr. Sutomo melalui pendirian Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, memiliki relevansi yang kuat di era Society 5.0, yakni era ketika teknologi digital seperti kecerdasan buatan dan internet of things digunakan untuk menyelesaikan tantangan sosial ekologis.

Semangat persatuan, kesadaran kebangsaan, dan tekad untuk memajukan bangsa yang digagas saat itu menjadi landasan penting dalam menghadapi tantangan modern seperti disrupsi digital, kesenjangan sosial, dan krisis identitas nasional.

Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi, nilai-nilai Kebangkitan Nasional mengingatkan generasi masa kini untuk tetap menjaga jati diri bangsa, berkolaborasi lintas sektor, serta memanfaatkan teknologi demi kemajuan Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan.

Society 5.0: Berpusat pada Manusia

Society 5.0 adalah konsep masyarakat masa depan yang berpusat pada manusia, di mana teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), big data, dan robotika dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Jepang, khususnya oleh Keidanren (Federasi Bisnis Jepang), sebagai respons terhadap Revolusi Industri 4.0 yang lebih menekankan pada otomatisasi dan digitalisasi.

Society 5.0 bertujuan menciptakan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kebutuhan sosial dengan menempatkan manusia sebagai pusat inovasi, bukan sekadar objek dari perubahan teknologi.

Beberapa ciri utama dari Society 5.0 antara lain:  Integrasi ruang fisik dan digital, di mana data dari berbagai sumber digunakan untuk menciptakan solusi yang berdampak nyata dalam kehidupan sehari-hari;
Pusatnya adalah manusia, bukan mesin, artinya teknologi digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia;
Inklusivitas sosial, yakni mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi melalui distribusi teknologi yang merata dan keberlanjutan dengan fokus pada pengelolaan sumber daya yang efisien dan ramah lingkungan.

Dengan demikian, Society 5.0 tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada keseimbangan sosial dan lingkungan.

Konsep Society 5.0 dikembangkan dan dipopulerkan oleh pemerintah Jepang melalui Keidanren, tetapi tokoh kunci yang dikenal sebagai pencetus utama ide ini adalah Shinzo Abe, mantan Perdana Menteri Jepang yang mendorong implementasi konsep ini sebagai bagian dari kebijakan nasional Jepang.

Selain itu, para pakar dari bidang teknologi dan sosial di Jepang turut berperan, termasuk para ilmuwan dan akademisi dari Japan Science and Technology Agency (JST) dan Institute for Future Initiatives di Universitas Tokyo.

Mereka berkontribusi dalam menyusun kerangka kerja dan strategi implementasi Society 5.0 sebagai model masyarakat masa depan yang inklusif dan berkelanjutan.
Masyarakat Inklusif, Adil dan Berkelanjutan
Kebangkitan Nasional bukan sekadar momen historis, tetapi juga sebuah semangat untuk merancang masa depan bangsa yang lebih baik dan beradab serta humanis ekologis.

Di era modern, makna kebangkitan ini perlu dimaknai ulang sebagai ajakan kolektif untuk membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan sejahtera serta bahagia berkelanjutan.

Masyarakat masa depan yang ideal bukan hanya maju secara teknologi dan ekonomi, tetapi juga menghargai keberagaman, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, serta memastikan bahwa tidak ada satu kelompok pun yang tertinggal dalam proses pembangunan.

Dalam semangat ini, kebangkitan nasional menjadi titik tolak untuk mengatasi berbagai bentuk ketimpangan dan mendorong solidaritas sosial lintas lapisan.

Ketimpangan sosial dan kerusakan ekologis adalah tantangan besar yang harus dihadapi bersama dalam proses membangun peradaban manusia masa depan.

Kebangkitan nasional mengajak kita untuk berpikir ulang tentang model pembangunan yang eksploitatif dan tidak berkelanjutan.

Desain masyarakat masa depan harus menjamin distribusi sumber daya yang adil, akses pendidikan dan kesehatan yang merata, serta sistem ekonomi yang tidak hanya menguntungkan segelintir pihak.

Selain itu, keberlanjutan ekologis menjadi syarat mutlak: lingkungan hidup harus dijaga demi generasi mendatang, dengan pendekatan yang menyeimbangkan antara pembangunan dan pelestarian alam.

Kebangkitan nasional adalah panggilan untuk bertindak—bukan hanya untuk kemajuan, tetapi juga untuk keadilan sosial dan ekologis.

Kebangkitan nasional pada akhirnya adalah jalan menuju masyarakat yang bahagia secara menyeluruh, bukan semata-mata karena kemajuan ekonomi tetapi karena terwujudnya harmoni antara manusia, masyarakat, dan alam.

Kebahagiaan berkelanjutan berarti setiap indivdu memiliki kesempatan untuk berkembang, hidup sehat, terlibat dalam komunitas yang saling mendukung dan merasa aman secara sosial dan lingkungan.

Dengan menjadikan inklusivitas, keadilan, dan keberlanjutan sebagai fondasi, kebangkitan nasional abad ke-21 membuka ruang bagi desain sosial yang menempatkan manusia dan alam secara sejajar.

Ini adalah wujud nyata dari cita-cita para pendiri bangsa: Indonesia merdeka yang tidak hanya berdiri tegak, tetapi juga mampu menyejahterakan seluruh rakyatnya secara adil, beradab dan lestari.

Akses Pendidikan Berkualitas Unggul

Akses pendidikan berkualitas unggul untuk semua merupakan fondasi utama dalam membentuk masyarakat yang inklusif, adil, dan berdaya di era Society 5.0.

Dalam era ini, kecakapan digital, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis menjadi kunci untuk dapat berkontribusi dalam masyarakat berbasis teknologi.

Tanpa pemerataan akses terhadap pendidikan yang bermutu, kesenjangan sosial justru akan semakin melebar, karena hanya sebagian kecil masyarakat yang memiliki peluang untuk mengembangkan diri dan beradaptasi dengan perubahan zaman.

Oleh karena itu, pendidikan harus dirancang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja, tetapi juga untuk membentuk karakter, kepedulian sosial, dan kemampuan kolaboratif yang menjadi landasan dari masyarakat yang inklusif.

Lebih dari sekadar transfer pengetahuan, pendidikan unggul harus mampu memberdayakan setiap individu untuk menjadi bagian dari solusi atas persoalan sosial dan ekologis yang dihadapi bersama.

Dengan akses pendidikan yang merata, setiap warga negara memiliki kesempatan yang setara untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan yang berkelanjutan.

Pendidikan yang inklusif dan relevan di era Society 5.0 juga harus mendorong kesadaran akan pentingnya keadilan, keberlanjutan, dan tanggung jawab kolektif.

Dengan demikian, investasi pada pendidikan berkualitas bukan hanya mencetak individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga membangun fondasi kuat bagi masa depan masyarakat yang adil, harmonis, dan sejahtera secara menyeluruh.