Oleh: Pater Darmin Mbula, OFM
Ketua Presidium Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK)
Makna terdalam dari Satu Bumi, Satu Roh, Satu Cinta adalah panggilan suci untuk hidup dalam kesatuan yang harmonis, di mana seluruh ciptaan dipersatukan oleh Roh Kudus dalam cinta kasih yang mengilhami misi peradaban persaudaraan semesta yang adil, inklusif, damai, dan bahagia berkelanjutan.
Satu Bumi, Satu Roh, Satu Cinta mengajak umat manusia menyadari bahwa kita hidup di rumah yang sama, dihembusi oleh Roh yang satu, dan dipersatukan oleh cinta yang melampaui segala perbedaan.
Misi ini menuntun kita untuk membangun peradaban yang tidak lagi berpusat pada dominasi dan kepentingan diri, tetapi pada harmoni, belas kasih, dan tanggung jawab bersama terhadap sesama dan alam.
Dalam kesatuan yang mendalam ini, peradaban semesta bertumbuh sebagai cermin kasih ilahi yang hidup dan bekerja di tengah dunia.
Roh Cinta Kasih membaharui planet Bumi dengan menanamkan semangat kasih sayang, kepedulian, dan solidaritas dalam hati setiap manusia, sehingga tercipta kehidupan yang harmonis dan damai di antara semua makhluk.
Melalui kesadaran akan pentingnya cinta kasih, manusia terdorong untuk menjaga alam, menghargai perbedaan, dan membangun peradaban yang berlandaskan persaudaraan sejati tanpa batas suku, agama, atau bangsa.
Planet Bumi, sebagai rumah bersama, menjadi tempat yang layak dihuni ketika setiap orang berkontribusi menciptakan keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta, sehingga terwujud tatanan kehidupan yang adil, lestari, dan penuh harapan bagi generasi kini dan mendatang.
Satu Bumi
Satu Bumi sebagai misi peradaban semesta merupakan panggilan mendesak bagi umat manusia untuk membangun kehidupan global yang berakar pada kesadaran akan keterhubungan seluruh makhluk dalam satu ekosistem kehidupan yang utuh.
Misi ini menuntut perubahan paradigma dari dominasi terhadap alam menuju relasi saling merawat yang dilandasi cinta kasih dan tanggung jawab kolektif.
Ilmuwan dan teolog seperti Thomas Berry dalam bukunya The Great Work: Our Way into the Future menekankan bahwa tugas besar zaman kita adalah membangun peradaban yang selaras dengan prinsip-prinsip kosmik, di mana bumi bukan hanya tempat tinggal, tetapi subjek yang hidup dan sakral.
Dalam semangat yang sama, Berry bersama Brian Swimme dalam The Universe Story menggambarkan bahwa misi umat manusia adalah menjadi bagian sadar dari evolusi semesta, yang digerakkan oleh kekuatan cinta yang menyatukan.
Dengan demikian, Satu Bumi menjadi lebih dari sekadar ide ekologis; ia adalah panggilan spiritual dan peradaban baru yang menghidupi Roh Cinta Kasih dalam seluruh dimensi kehidupan.
Satu Bumi sebagai visi peradaban semesta menegaskan bahwa seluruh umat manusia dan ciptaan hidup dalam satu rumah bersama yang saling terhubung secara mendalam dan tak terpisahkan.
Visi ini bukan sekadar kesadaran ekologis, tetapi juga panggilan spiritual yang digerakkan oleh Roh Cinta Kasih Roh yang menjiwai alam semesta dan mempersatukan segala yang beragam dalam harmoni ilahi.
Dalam semangat ini, manusia diajak untuk meninggalkan cara hidup yang eksploitatif dan egoistik, dan mulai membangun relasi yang penuh penghormatan, keadilan, serta kasih sayang terhadap sesama dan bumi.
Roh Cinta Kasih membimbing umat manusia menuju peradaban baru yang menempatkan kasih sebagai pusat kehidupan, di mana keutuhan ciptaan dijaga, martabat manusia dihormati, dan perdamaian semesta menjadi tujuan bersama.
Komunitas Roh Kudus
Komunitas umat manusia digerakkan dan dijiwai oleh satu Roh Kudus yang menghadirkan kasih, persatuan, dan pembaruan dalam setiap relasi antar pribadi dan ciptaan.
Dalam terang Roh ini, umat manusia dipanggil membangun peradaban semesta yang berlandaskan cinta, keadilan, dan damai demi kebaikan bersama seluruh makhluk
Umat manusia yang berziarah di muka bumi merupakan komunitas global yang sedang menjalani perjalanan spiritual, sosial, dan ekologis menuju kepenuhan hidup yang saling terhubung.
Dalam konteks ini, ziarah bukan sekadar perpindahan fisik, melainkan sebuah proses pertumbuhan batin dan transformasi kolektif.
Umat manusia dipahami sebagai satu keluarga besar yang dipanggil untuk berjalan bersama dalam solidaritas, saling menopang di tengah tantangan zaman, serta menyadari bahwa kehidupan di dunia ini adalah anugerah yang harus dirawat bersama.
Pandangan ini selaras dengan pemikiran Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’ (2015), yang menekankan pentingnya ekologi integral dan kesadaran bahwa “segala sesuatu saling terkait.”
Komunitas umat manusia ini digerakkan oleh Roh Cinta Kasih yakni Roh Kudus yang menjiwai dan menyatukan segala keberagaman dalam semangat cinta kasih persaudaraan universal.
Roh Kudus bukan hanya bekerja di dalam institusi keagamaan, tetapi hadir dalam relasi antar manusia yang diwarnai dengan kasih, pengampunan, dan pengharapan.
Teolog kontemporer seperti Leonardo Boff dalam bukunya Holy Spirit: Inspiration and Work in the World menegaskan bahwa Roh Kudus adalah kekuatan yang menyatukan seluruh ciptaan, mendorong umat manusia untuk menciptakan dunia yang adil, damai, dan penuh kasih.
Dalam perspektif ini, Roh Kudus tidak hanya membimbing individu menuju kekudusan pribadi, tetapi juga menggerakkan umat manusia untuk membangun peradaban cinta kasih yang konkret dan berkelanjutan.
Sebagai komunitas Roh Kudus, umat manusia dipanggil untuk hidup dalam semangat dialog, keadilan sosial, dan keutuhan ciptaan.
Komunitas ini melampaui batasan etnis, agama, dan bangsa, serta menghargai keberagaman sebagai kekayaan yang memperdalam pemahaman akan kasih Allah.
Hal ini ditegaskan pula oleh teolog Karl Rahner, yang menyebut bahwa karya Roh Kudus menjangkau semua umat manusia, bahkan yang di luar batas-batas eksplisit agama, karena kasih Allah bersifat universal dan menyeluruh (Theological Investigations).
Dengan demikian, ziarah umat manusia di muka bumi adalah perjalanan spiritual kolektif yang ditandai oleh keterbukaan terhadap karya Roh Kudus, yang menuntun dunia menuju peradaban kasih dan kedamaian sejati.
Ciri utama dari Komunitas Roh Kudus adalah kesadaran reflektif dan keinginan untuk bertumbuh bersama.
Para anggotanya memiliki komitmen untuk saling mendengarkan dengan empati, merangkul keberagaman, serta terbuka terhadap pembelajaran dari kegagalan maupun keberhasilan.
Komunitas ini tidak mendasarkan relasi pada kekuasaan atau kepentingan pribadi, melainkan pada relasi yang setara dan saling memperkaya.
Ada semangat kolaboratif yang tinggi, di mana setiap anggota merasa memiliki peran dalam memperkuat nilai-nilai cinta kasih di dalam komunitas dan lingkungan sekitarnya.
Selain itu, komunitas Roh Kudus memiliki budaya dialog, inklusivitas, dan keberlanjutan nilai.
Dialog menjadi jantung dari interaksi, bukan hanya untuk menyampaikan pendapat, tetapi untuk membangun pemahaman yang mendalam dan saling transformasi.
Inklusivitas berarti semua orang diterima apa adanya, tanpa diskriminasi dan yang terpenting, komunitas ini mendorong setiap anggotanya untuk menghidupi nilai-nilai cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran tidak berhenti di ruang komunitas, melainkan mengalir menjadi aksi nyata yang membentuk peradaban cinta kasih di tengah dunia.
Hidup Harmoni
Umat manusia yang sedang berziarah di planet Bumi ini berjalan dalam semangat satu cinta yang menggerakkan hati dan langkah mereka menuju kesadaran akan hidup harmoni dalam cinta persaudaraan sejati.
Cinta itu menjadi kekuatan pengikat yang melampaui perbedaan, mengajak setiap individu untuk hidup dalam harmoni dan saling menghormati sebagai bagian dari satu keluarga besar semesta.
Dalam perjalanan ziarah ini, manusia membangun peradaban cinta kasih yang meneguhkan keadilan, kedamaian, dan keberlanjutan bagi semua makhluk ciptaan.
Hidup harmoni dalam peradaban cinta kasih merupakan visi mendalam tentang kehidupan bersama yang dilandasi oleh kasih sebagai kekuatan utama yang menyatukan dan menghidupkan seluruh ciptaan.
Dalam pandangan teolog dan ilmuwan Ilia Delio, cinta kasih bukan sekadar emosi atau tindakan moral, melainkan kekuatan kosmik yang menjadi dasar evolusi dan keterhubungan semua makhluk.
Dalam bukunya The Unbearable Wholeness of Being: God, Evolution, and the Power of Love (2013), Delio menegaskan bahwa semesta bergerak menuju kesatuan dalam cinta, dan manusia memiliki peran aktif dalam proses ini melalui relasi yang saling membangun dan menghormati.
Hidup harmoni berarti menyadari bahwa kita adalah bagian dari jejaring kehidupan yang saling tergantung, dan oleh karena itu kita dipanggil untuk hidup dalam solidaritas dengan sesama manusia dan seluruh ciptaan.
Peradaban cinta kasih, menurut Delio, lahir dari kesadaran akan kehadiran Roh Cinta Kasih yang terus bekerja dalam sejarah dan alam semesta.
Buah-buah Roh seperti damai, kesabaran, kelembutan, pengendalian diri, dan sukacita bukan hanya nilai-nilai pribadi, melainkan fondasi dari tatanan sosial baru yang memulihkan relasi yang rusak oleh egoisme dan dominasi.
Delio melihat bahwa spiritualitas cinta kasih yang terbuka terhadap ilmu pengetahuan dan perkembangan dunia digital adalah kunci untuk membentuk masyarakat masa depan yang lebih inklusif, adil, dan penuh kasih.
Dengan memadukan mistisisme dengan ekologi dan teknologi, Delio menawarkan sebuah paradigma baru: bahwa iman bukan menolak perubahan, tetapi justru menuntun kita untuk menghadapi perubahan dengan hati yang penuh kasih dan tanggung jawab.
Kebahagiaan berkelanjutan, dalam kerangka ini, bukan sekadar kesejahteraan materi, melainkan kondisi di mana seluruh makhluk mengalami kedamaian, saling keterhubungan, dan pertumbuhan yang selaras.
Ilia Delio menekankan bahwa cinta kasih sejati membawa kita kepada transformasi diri dan masyarakat secara terus-menerus, menuju kesatuan dalam keanekaragaman.
Hidup harmoni sebagai buah Roh Cinta Kasih bukanlah utopia, tetapi sebuah panggilan nyata untuk menghidupi spiritualitas yang dinamis, terbuka, dan berorientasi pada masa depan.
Dalam dunia yang terfragmentasi dan penuh konflik, visi Delio memberikan harapan bahwa cinta adalah kekuatan yang mampu membentuk dunia baru, dunia yang berakar pada relasi, belas kasih, dan keterbukaan pada misteri ilahi yang terus mengalir dalam sejarah umat manusia.