Borong, Vox NTT- Saluran irigasi Wae Dingin menuju persawahan di Desa Sita, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) tersumbat lantaran longsor satu bulan lalu. Akibatnya, ratusan sawah di tempat tersebut menjadi kering hingga terancam gagal panen.
Disaksikan VoxNtt.com, Sabtu (29/4/2017) tampak bangunan saluran irigasi Wae Dingin untuk lokasi persawahan Satar Bubut, Weor, dan Tontong di wilayah desa Sita, kering tidak dialiri air. Seluruh tanaman padi yang berusia satu bulan lebih sejak tanam, terlihat mulai mengering. Dipastikan tanaman padi yang ada gagal tumbuh dan berbuah.
Ada juga sebagian tanaman padi di tiga lokasi persawahan ini, sudah mulai berbunga. Tapi karena sawah itu tidak mendapat pasokan air, terancam gagal berbuah. Kondisi tanah di sawah terbelah. Tersumbatnya saluran air di irigasi itu, mengakibatkan warga kesulitan air untuk konsumsi, mandi dan cuci, serta kebutuhan lainnya.
Informasi yang dihimpun VoxNtt.com, lokasi material longsor yang menyumbat irigasi itu terjadi di sekira mulut bangunan irigasi. Di mana saluran yang ditutup longsor itu dengan panjang mencapai sekira 30 meter. Material yang ada, tidak bisa dibersihkan secara manual. Karena bukan saja tanah, tapi bongkahan batu besar dan pohon kayu.
Aleks Labut, petani asal desa Aita yang ditemui VoxNtt.com di lokasi persawahan Bubut, Sabtu, mengatakan sudah satu bulan lamanya saluran irigasi untuk persawahan di wilayah itu, tidak mengalir air seperti biasanya.
Dikatakannya, kondisi itu yang menyebabkan tanaman padi milik petani, ikut kering dan gagal panen. Petani mengalami kerugian jutaan rupiah.
“jika kondisi saluran irigasi terus dibiarkan tidak dialiri air. Maka kami pasti menderita. Karena sumber penghasilan ekonomi hanya bersandar di sini,” kata Aleks.
Aleks pun berharap kepada pemerintah untuk bisa membersihkan material longsor yang menutup saluran irigasi tersebut. Sebab material longsor yang ada, sulit untuk bisa dibersihkan oleh warga secara manual. Namun butuh alat berat.
“Kami sudah lihat lokasi longsor itu. Kondisinya tidak bisa untuk dibersihkan tenaga manusia. Ini yang kami harapkan kepada pemerintah. Jika tidak, kami petani jadi menderita. Karena sumber untuk hidup sudah tidak bisa kelola. Akibat kekeringan ini saja, saya sendiri yang lokasinya tidak besar, itu sudah rugi mencapai Rp 1.500.000. Karena biaya bajak, tanam, bersih rumput, pupuk, dan obat,” kata Aleks.
Hal senada disampaikan Geradus Kon, kepada VoxNtt.com di lokasi persawahan, mengatakan musim tanam pertama tahun ini sudah membawa bencana bagi petani di wilayah itu.
Dikatakan Geradus, sawah dan tanaman padi yang berusia satu bulan lebih semianya kering. Petani mengalami kerugian besar karena sawahnya gagal panen. Ada sebagian petani yang gagal tanam. Karena setelah sawahnya usai bajak, air dari irigasi macet.
“Kali ini kami semua gagal panen. Pada hal banyak biaya yang sudah kita keluarkan. Kami ada upaya untuk gotong royong pergi bersih material longsor yang tutup saluran irigasi, tapi kondisinya tidak bisa dilakukan secara manual. Kalau hujan turun, mungkin masih bisa bantu. Tapi sejak irigasi ini kering, hujan juga tidak pernah turun,” kata Geradus
Disampaikan Geradus, petani dan masyarakat sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah. Untuk bisa mendatangkan alat berat dan membersihkan material longsor yang menutup saluran irigasi Wae Dingin. Biar ratusan areal sawah yang ada, bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Lanjut Dia, supaya warga tidak lagi kesulitan memperoleh air untuk minum, masak, mandi, cuci, dan keperluan lainya. Sejak irigasi Wae Dingin macet, sumber air jadi jauh. Sekarang warga harus mengambil air di Kali Wae Tegel yang jaraknya jauh. Selain airnya kotor, warga harus naik turun gunung.
“Sekarang, yang diharapkan oleh masyarakat dan petani, pemerintah bisa mendatangkan alat berat untuk bersih material longsor yang ada. Selain untuk airi sawah, juga warga tidak sulit memperoleh air untuk kebutuhan di rumah. Juga untuk kebutuhan di fasilitas kesehatan seperti Pustu dan sekolah yang ada di desa ini,” ujar Geradus. (Nansianus Taris/VoN)