Waingapu, Vox NTT-Dalam kunjungannya ke Kabupaten Sumba Timur, anggota DPR RI asal NTT, Dr. Benny K. Harman, SH berkesempatan berdialog dengan pemuda Gereja Kristen Sumba (GKS).
Dialog ini dilakukan dalam Rapat Pimpinan Pemuda Sinode GKS di Klasis Patawang, Waingapu pada Sabtu (21/10/17).
Pada kesempatan itu, panitia meminta anggota DPR yang akrab disapa BKH itu untuk menyampaikan kisah hidupnya sampai seperti sekarang ini.
Panitia berharap, kisah BKH bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak muda GKS.
“Saya tidak tahu secara persis mengapa saya diundang untuk membagi pengalaman hidup saya di depan teman-teman semua. Apakah karena memang pengalaman hidup saya dianggap benar-benar mampu menginspirasi atau karena saya sebagai calon gubernur NTT,” ujar BKH sambil tersenyum dengan gaya khasnya.
Selanjutnya mantan ketua Komisi III DPR RI ini mengisahkan kehidupan keluarga dan masa kecil di Denge, kisah jual kerbau orangtua untuk masuk SMP Tubi di Ruteng, lalu masuk Seminari Kisol, kuliah di Malang dan perjalanan karirnya.
BKH juga membagikan pengalaman kuliahnya menempuh gelar doktor serta membangun jaringan selama di Jakarta.
Menurut BKH, kisah hidupnya biasa-biasa saja.
“Saya merasa kisah hidup saya tidak luar biasa, tetapi biasa-biasa saja. Kisah saya tidak berbeda dengan teman-teman. Kita berasal dari desa terpencil dengan segala kisah heroiknya yang saya yakin, teman-teman juga punya”, ucapnya.
Namun, lanjutnya, yang berbeda mungkin cara kita memaknai hidup dan melihat kisah kehidupan sebagai epos perjuangan atau tidak.
Dalam pandangan BKH, untuk sukses tidak perlu banyak hal.
“Saya hanya memiliki dua kunci yang saya yakini bisa dimiliki siapa saja yakni integritas dan selalu mengasa intelektualitas”, jelasnya
BKH memberi pesan, kalau mau menjadi politisi atau apapun, harus bisa menjaga integritas.
“Menjaga integritas di zaman seperti sekarang ini bukan soal gampang. Kita banyak tenggelam dalam hidup serba instan, mudah tergoda hasil dan melupakan proses”, ucap politisi Demokrat NTT ini.
Selain itu, BKH juga menceritakan perjalanan intelektualitasnya dengan menikmati pendidikan setinggi-tingginya.
“Saya kuliah sampai S-3 dengan penuh semangat karena saya yakin bahwa sekolah itu bisa mengubah hidup. Dengan sekolah kita dipaksa untuk membaca banyak dan bergaul dengan banyak orang. Saya sekolah bukan untuk mengejar gelar doktor tetapi mengejar ilmu. Ilmu itu penting untuk membuka wawasan kita, pengetahuan kita dan cara kita berpikir”, tegas alumnus dari Universitas Indonesia ini.
BKH meyakini bahwa masyarakat yang mencintai pengetahuan pasti masyarakat yang terbuka dan menghendaki kemajuan.
“Pendidikan adalah kata kunci untuk perkembangan peradaban manusia dan instrumen untuk meninggalkan keterbelakangan atau ketertinggalan. Kalau mau daerah ini maju, tidak ada cara lain, tidak bisa hanya dengan uang. Ini yang saya alami, yang saya rasakan sampai saat ini”, ujar BKH menutupi pembicaraannya.
Kontributor: Ancik
Editor: Boni